Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Individu yang memiliki prestasi tingggi keberadaannya diakui dalam kehidupan sehari-hari. Bagi masyarakat Indonesia individu yang berprestasi sangat dihargai dan biasanya mendapat tempat yang layak dalam kehidupan sosial masyarakat. Keadaan semacam ini membuat lingkungan di mana kita tumbuh dan berkembang berusaha mendorong dan menciptakan situasi demi tercapainya suatu prestasi, baik di sekolah, di tempat kerja maupun dalam masyarakat. Prestasi yang tinggi di sekolah sangat didambakan oleh semua remaja, karena dengan adanya nilai atau prestasi yang bagus di sekolah akan menimbulkan perasaan bangga bagi remaja yang bersangkutan. Prestasi yang baik dapat memberikan kepuasan pribadi dan ketenaran. Prestasi juga sangat penting bagi remaja karena apabila remaja memiliki prestasi tentu akan memperoleh status pekerjaan yang lebih besar di masa yang akan datang dari pada remaja yang prestasinya rendah Rola, 2006. Inilah sebabnya mengapa prestasi, baik dalam olah raga maupun tugas-tugas sekolah menjadi minat yang kuat sepanjang masa remaja Hurlock, 1991 sehingga membuat remaja terdorong untuk terus menerus berusaha mencapai prestasi di sekolah. Faktor yang amat penting dalam mendorong terciptanya prestasi di sekolah salah satunya adalah motivasi berprestasi di sekolah yang kuat dalam diri remaja, selain itu dapat pula dipengaruhi oleh keinginan untuk diterima secara sosial dalam pergaulan sehari-hari di sekolah dan masyarakat. Motivasi berprestasi di sekolah dalam hal ini adalah suatu dorongan yang melatar belakangi individu berbuat untuk mencapai keberhasilan yang berkaitan dengan pelajaran-pelajaran di sekolah Gunarso, 2001 :140. Motivasi berprestasi di sekolah pada remaja sering kali mengalami perubahan, hal ini di sebabkan keinginan manusia selalu berubah-ubah sesuai dengan kebutuhannya atau kepentingannya, misalnya pada suatu waktu tertentu remaja hanya menginginkan nilai yang tinggi semata, tetapi pada waktu yang lain remaja menginginkan ilmu bukan lagi nilai. Ke dua contoh tersebut memperlihatkan bahwa motivasi berprestasi di sekolah setiap remaja bersifat dinamis dan gerakannya sesuai dengan kepentingan-kepentingannya. Motivasi berprestasi di pengaruhi oleh banyak faktor. Faktor -faktor ini ada yang mendukung dan ada pula yang menghambat perkembangan dan terwujudnya motivasi berprestasi. Faktor ini berupa pengaruh internal dari dalam diri individu seperti kebutuhan, minat, keingintahuan dan kesenangan serta faktor eksternal yang bersumber dari lingkungan di luar diri individu Woolfolk, 1995:332 . Salah satu faktor internal yang mempengaruhi motivasi berprestasi adalah minat. Pada masa remaja , individu mengalami perubahan dalam minat, antara lain minat pada prestasi. Veroff Martaniah, 1984:51 mengemukakan minat pada prestasi menyebabkan remaja berusaha untuk berprestasi bahkan menimbulkan persaingan di antara remaja akibat dari terjadinya integrasi pola- pola motivasi yang mengandung kompetisi dengan diri sendiri dan dengan orang lain pada masa remaja. Faktor la in yang mempengaruhi adalah faktor eksternal, yaitu lingkungan berupa nilai-nilai kebudayaan yang berkembang di masyarakat di mana individu tinggal Martaniah, 1984:18. Pengaruh dari lingkungan tersebut membuat motivasi berprestasi secara akademik setiap remaja berbeda-beda. Lingkungan yang mempengaruhi motivasi berprestasi remaja, diantaranya adalah lingkungan keluarga , masyarakat dan sekolah. Lingkungan yang paling berpengaruh adalah pergaulan dengan teman sebaya. Pergaulan dengan teman sebaya berpengaruh besar terhadap segi-segi karakterologis anak, termasuk motivasi berprestasinya yang bisa tinggi atau rendah Gunarso, 2001:145. Peranan kawan-kawan di sekolah bisa dijadikan patokan atau ukuran sejauh pengaruh positif atau pengaruh negatif mempengaruhi sikap- sikapnya terhadap pelajaran atau terhadap guru-gurunya . Pengaruh negatif tersebut bisa menimbulkan kemalasan dan kurangnya gairah untuk mencapai angka setinggi-tingginya. Interaksi antara guru dan siswa dapat mendorong atu pun menghambat motivasi berprestasi di sekolah. Cara berinteraksi guru dan teman sebaya yang baik membuat siswa merasa senang dan terdorong untuk belajar dan mencapai nilai sebaik -baiknya, sehingga ia mempunyai motivasi berprestasi di sekolah Gunarso,2001:145 . Sebaliknya jika interaksi antara guru dan teman sebaya di sekolah tidak baik maka siswa akan sulit untuk belajar dan tidak mempunyai motiva si untuk berprestasi di sekolah. Berdasarkan hal tersebut maka seorang remaja harus bisa berinteraksi dengan baik di sekolah dengan melakukan penyesuaian diri dengan orang lain yang dinamakan dengan penyesuaian sosial Penyesuaian sosial adalah keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan orang lain Hurlock, 1997:214. Seorang remaja harus mampu melakukan penyesuaian sosial dengan baik terutama dengan teman sebaya di sekolah, karena remaja memiliki kebutuhan yang tinggi untuk berelasi dengan orang lain khususnya dalam kelompok teman sebaya. Kebutuhan yang tinggi untuk berelasi dengan teman sebaya, menurut Hurlock 1991 disebabkan karena remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebayanya. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubunga n dengan masyarakat sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum Mu’tadin, 2002. Penyesuaian sosial di sekolah dilakukan oleh remaja terhadap teman sebaya nya, karena sebagian besar waktu mereka dihabiskan bersama teman- temannya , sehingga ia harus bisa menyesuaikan diri dengan teman-teman sebayanya. Kemampuan remaja dalam melakukan pe nyesuian sosial di sekolah berbeda-beda, ada yang mampu melakukan penyesuaian soaial dengan baik dan ada yang kurang. Remaja yang berhasil dalam penyesuaian sosial akan mengalami kebahagiaan, sedangkan remaja penyesuaian sosialnya buruk akan sedih dan kurang diterima oleh teman-teman sekelas dan merasa tidak mengalami kegembiraan sebagaimana dialami teman-teman sekelas, sehingga ia akan membenci sekolah dan tidak berminat pada pendidikan Hurlock, 1991: 221 Remaja yang kurang berminat pada pendidikan biasanya menunjukkan ketidak senangan dengan cara menjadi orang yang berprestasi rendah, bekerja di bawah kemampuannya dalam setiap mata pelajaran dan membolos Hurlock, 1991: 221. Berdasarkan hal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa remaja yang tidak mampu melakukan penyesuaian sosial dengan teman sebayanya di sekolah kurang memiliki motivasi berprestasi di sekolah. Fenomena yang nampak di lapangan menunjukkan bahwa remaja yang memiliki banyak teman lebih mudah untuk mengadakan kegiatan kelompok belajar. Dengan melakukan kegiatan tersebut bersama kelompoknya, maka remaja dengan mudah mencari berbagai informasi yang dibutuhkan untuk menunjang belajarnya sehingga ia dapat belajar dengan baik dan memperoleh prestasi yang baik. Selain itu remaja yang memiliki banyak teman akan mempunyai semangat yang tinggi untuk mengikuti kegiatan- kegiatan di sekolah yang meliputi kegiatan belajar dan ekstrakurikuler sehingga ia mempunyai motivasi yang tinggi untuk berprestasi. Remaja yang tidak memilik i banyak teman dan kesepian secara tidak langsung akan berdampak negatif terhadap prestasi belajarnya. Ia sulit untuk bertukar pikiran dengan teman mengenai masalah dalam pelajaran, sehingga ia mengalami kesulitan dalam belajar dan menjadi malas yang akhirnya membuat ia tidak mempunyai motivasi berprestasi di sekolah. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa penyesuaian sosial terhadap teman sebaya yang baik akan berdampak baik pula terhadap motivasi berprestasinya di sekolah. Artinya apabila remaja memiliki kemampuan untuk melakukan penyesuaian sosial terhadap teman sebaya dengan baik maka ia akan memiliki motivasi berprestasi di sekolah. Di sisi lain nampak pula fenomena yang menunjukkan bahwa remaja yang memiliki banyak teman, mudah bergaul, diperhatikan oleh banyak teman justru berakibat buruk pada prestasinya. Hal ini disebabkan karena remaja yang bersangkutan lebih banyak menggunakan waktu dan tenaganya untuk melakukan berbagai kegiatan bersama kelompoknya, dimana kegiatan tersebut mengarah pada kegiatan yang kurang bermanfaat pada tugas belajarnya. Remaja yang mampu melakukan penyesuaian sosial dengan baik tidak menjamin dia akan memiliki motivasi berprestasi yang baik, bila tidak didukung oleh pemanfaatan waktu yang tepat untuk belajar. Uraian di atas didukung oleh penelitian-penelitian sebelumnya yaitu bahwa kemampuan penyesuaian sosial memiliki hubungan yang positif dengan motivasi belajar siswa Hindari, 2004. Selain itu penyesuaian sosial juga akan mempengaruhi prestasi belajar siswa Wanito, 2000 Berkaitan dengan kemampuan penyesuaian sosial dan melihat fenomena -fenomena yang terdapat di lapangan serta melihat hasil penelitian sebelumnya mengenai kemampuan penyesuaian sosial terhadap teman sebaya maka timbul pertanyaan dalam diri peneliti yaitu apakah ada hubungan antara kemampuan penyesuaian sosial terhadap teman sebaya dengan motivasi berprestasi di sekolah pada remaja?. Penjelasan dan pertanyaan di atas mendorong penulis untuk mengembangkan penelitian untuk melihat lebih jauh hubungan mengenai kemampuan penyesuaian sosial terhadap teman sebaya dengan motivasi berprestasi di sekolah pada remaja.

B. Rumusan Masalah