Perkembangan Sosial Remaja REMAJA

membagi kurun usia tersebut dalam 2 bagian yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Menurut Stanley Hall Santrock, 2003, remaja adalah masa antara usia 12 sampai 23 tahun. Stanley Hall Santrock, 2003 menggambarkan remaja sebagai masa goncangan strom and stress yang ditandai dengan konflik dan perubahan suasana hati. Menurut Hall Santrock, 2003 pikiran, perasaan, dan tindakan remaja berubah-ubah antara kesombongan dan kerendahan hati, baik dan godaan, kebahagian dan kesedihan. Perubahan ini digambarkan oleh Hall Santrock, 2003 seperti ini: pada satu saat remaja mungkin akan bersikap jahat pada temannya tapi juga bisa bersikap baik di waktu yang lain atau ingin berada sendirian tetapi sesaat kemudian mencari teman. Berdasarkan uraian diatas maka remaja adalah masa antara usia 12 sampai dengan 23 tahun dan ditandai dengan perubahan fisik, sosial, emosional maupun mental. Remaja mengalami perubahan suasana hati yang timbul secara bergantian antara senang dan sedih, namun perubahan seperti ini wajar terjadi di masa remaja.

2. Perkembangan Sosial Remaja

Remaja lebih banyak berada diluar rumah bersama dengan teman- teman sebaya sebagai kelompok, maka dapat dimengerti bahwa pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga Hurlock, 1980. Misalnya sebagian besar remaja mengetahui bahwa bila mereka memakai model pakaian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yang sama dengan pakaian anggota kelompok yang popular, maka kesempatan baginya untuk diterima oleh kelompok menjadi lebih besar Hurlock, 1980. Remaja tidak lagi memilih teman-teman berdasarkan kemudahannya entah di sekolah atau di lingkungan tetangga sebagaimana halnya pada masa kanak-kanak. Kegemaran pada kegiatan-kegiatan yang sama tidak lagi merupakan faktor penting dalam pemilihan teman Hurlock, 1980, tetapi remaja menginginkan teman yang mempunyai minat, pola tingkah laku, ciri fisik dan kepribadian yang sama Hurlock, 1980 dan Mappiare dalam Ali dan Asrori,2004 . Persamaan tersebut membuat para remaja dapat saling mengerti dan merasa aman, sehingga dapat mempercayakan masalah-masalah juga membahas hal-hal yang tidak dapat ia bicarakan dengan orang tua maupun guru Hurlock, 1980. Sullivan Santrock, 2003 menyatakan bahwa remaja dapat lebih mengungkapkan informasi yang bersifat mendalam dan pribadi kepada teman-teman mereka daripada para anak yang lebih kecil. Remaja juga lebih mengandalkan teman daripada orang tua untuk memenuhi kebutuhan kebersamaan, untuk meyakinkan harga diri dan keakraban. Menurut Santrock 2003 teman sebaya peers adalah anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama dan bagi remaja hubungan teman sebaya merupakan bagian yang paling penting dalam kehidupannya. Hubungan teman sebaya yang baik perlu bagi perkembangan sosial yang normal pada masa remaja. Menurut Hightower dalam Santrock, 2003 hubungan teman sebaya yang harmonis pada masa remaja berhubungan dengan mental yang positif pada usia pertengahan. Menurut Sullivan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Santrock, 2003 melalui interaksi teman sebayalah anak-anak dan remaja belajar mengenai pola hubungan yang timbal balik dan setara, menggali prinsip-prinsip kejujuran dan keadilan dengan cara mengatasi ketidaksetujuan dengan teman sebaya. Melalui hubungan dengan teman sebaya, remaja belajar menjadi teman yang memiliki kemampuan dan sensitif terhadap hubungan yang lebih akrab dengan menciptakan persahabatan yang lebih dekat dengan teman sebaya yang dipilih. Teman bagi remaja sebagai orang kepercayaan yang penting yang mampu menolong remaja untuk melewati berbagai situasi yang menjengkelkan kesulitan dengan orang tua atau putus pada hubungan romantis dengan menyediakan dukungan emosi dan nasihat yang memberikan informasi. Kondisi yang digambarkan diatas menunjukkan bahwa kelompok teman sebaya peers merupakan hal yang penting dan positif bagi perkembangan remaja. Menurut Gunarsa, 1984 kelompok remaja merupakan hal yang positif karena kelompok teman sebaya dapat memberikan kesempatan yang luas bagi remaja untuk melatih cara bersikap, bertingkah laku dan berhubungan sosial. Kelompok teman sebaya menjadi hal yang positif dan berguna juga bagi remaja untuk pembentukan identitasnya. Menurut Erikson dalam Gunarsa, 1984 ; Santrock, 2003 pada masa remaja tujuan utama dari seluruh perkembangan adalah pembentukan identitas diri namun pembentukan identitas tidak dimulai ataupun berakhir hanya ada masa remaja. Menurut Erikson dalam Gunarsa, 1984 ; Hurlock, 1980 ; Santrock, 2003 pertanyaan-pertanyaan tentang siapa saya, apakah yang ada pada diri PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI saya, dimana tempat saya merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan remaja yang berkaitan dengan konsep identitasnya. Maka remaja untuk membentuk konsep identitasnya ini memerlukan tempat atau wadah agar dapat menjawab setiap pertanyaan-pertanyaan ini. Tempat yang menjadi awal pembentukan identitas remaja berawal dari keluarga dimasa anak-anak kemudian setelah memasuki masa remaja kelompok teman sebayalah yang diperlukan remaja untuk menjadi tempat untuk menggembangkan identitasnya dalam Soekanto,1989 Berdasarkan informasi diatas maka dapat disimpulkan bahwa teman sebaya merupakan sosok yang penting dan terpercaya bagi remaja selain orang tua. Teman merupakan tempat bagi remaja untuk mengungkapkan perasaan yang dirasakannya atau pemikiran-pemikirannya, hal ini mungkin disebabkan karena rasa aman dan dimengerti yang didapatkan remaja dari temannya. Teman sebaya yang dipilih oleh remaja adalah teman yang memiliki persamaan minat, kesukaan, kepribadian tanpa melihat suku, ras dan agama.

B. PRASANGKA