dewasa tapi juga anak-anak yang beranjak remaja. Dalam laporan salah satu organisasi yang memperhatikan hak-hak anak Save the Children UK SCKU
yang bekerja di Indonesia khususnya wilayah Ambon dan sekitarnya melaporkan bahwa dalam konflik di Ambon ada anak-anak yang terlibat
secara aktif dalam konflik ataupun anak yang menjadi korban langsung dan anak yang menjadi saksi konflik yang terjadi di Ambon. Dampak yang
dirasakan anak-anak mulai dari rasa takut, rasa tegang, sedih, gangguan makan dan tidur sampai dengan menyimpan dendam dan merasakan kebencian yang
terus menerus. Save the Children juga mencatat bahwa konflik di Ambon mengakibatkan anak-anak terpisah dari teman-teman mereka yang pergi atau
tewas karena koflik. Ketakutan dan kebencian baru terhadap anggota komunitas dan agama lain mengakibatkan hilangnya pertemanan yang dulu
ada serta munculnya keterbatasan dalam membentuk hubungan-hubungan baru dengan teman sebaya. Situasi seperti ini mendorong SCUK melakukan
tindakan-tindakan rekonsiliasi yang juga melibatkan anak-anak sebagai fasilitator perdamaian untuk sesama anak-anak sendiri juga.
D. TINGKAT PRASANGKA REMAJA PADA TEMAN YANG BERBEDA AGAMA SETELAH KONFLIK DI AMBON
Remaja sebagai bagian dari tahap perkembangan mengalami banyak sekali perubahan baik dari fisik, emosi, maupun sosial. Perubahan sosial
ditunjukkan dengan semakin kuatnya hubungan dengan teman-teman sebaya. Hal ini disebabkan karena remaja lebih sering berada diluar rumah bersama-
sama dengan teman-teman sebayanya Hurlock, 1980. Menurut Santrock 2003 teman sebaya adalah anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat
kedewasaan yang sama dan bagi remaja hubungan dengan teman sebaya sangatlah penting. Menurut Sullivan Santrock, 2003 teman bagi remaja
sebagai orang kepercayaan yang penting yang mampu menolong remaja melewati berbagai situasi yang kurang menyenangkan. Remaja juga
mengungkapkan informasi yang bersifat mendalam dan pribadi kepada temannya. Menurut Hurlock, 1980 dan Mappiare Ali dan Asrori, 2004
pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga. Mengapa pengaruh
teman sebaya menjadi hal yang penting bagi remaja dapat dipahami karena menurut Erikson dalam Gunarsa, 1984 dan Santrock, 2003 masa remaja
merupakan masa pembentukan identitas diri namun pembentukan identitas tidaklah mulai ataupun berakhir hanya pada masa remaja. Menurut Soekanto,
1989 pembentukan identitas berawal dari keluarga pada masa anak-anak dan kemudian pada masa remaja kelompok teman sebayalah peers yang
merupakan tempat bagi pembentukan identitas diri. Remaja menginginkan teman yang mempunyai minat , pola tingkah
laku, ciri fisik dan kepribadian yang sama. Penjelasan tersebut menunjukan bahwa interaksi remaja dengan teman yang sebaya merupakan hal yang
penting. Tetapi konflik yang terjadi selama 4,5 tahun di Ambon bisa meruntuhkan kepercayaan remaja terhadap teman. Ketidakpercayaan kepada
teman merupakan dampak yang ditimbulkan karena orang dewasa atau orang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tua yang mempunyai pandangan dan perasaan negatif mengkomunikasikan pandangan dan perasaan negatif kepada anak-anaknya. Orang tua juga akan
marah bila anak-anaknya bergaul denagn teman yang berbeda agama dalam Save The Children, 2006. Hubungan yang penuh dengan konflik ini dapat
menimbulkan jarak sosial. Menurut Sherif Sherif dalam Atmadji, 2002 jarak sosial adalah
sikap negatif anggota kelompok tertentu pada anggota kelompok lain yang dijadikan norma-norma kelompok. Sikap negatif inilah yang bisa berakibat
timbulnya prasangka antara remaja terhadap teman sebayanya. Prasangka tidak hanya sebatas sebuah pandangan atau wacana tetapi juga sebagai sebuah
sikap. Menurut Baron dan Byrne, 2004 prasangka juga merupakan suatu sikap negatif yang ditujukan kepada kelompok lain ataupun orang lain. Selain itu
prasangka juga dapat muncul karena proses belajar yang salah. Sikap orang tua dalam keluarga yang menunjukkan sikap negatif terhadap orang lain atau
kelompok lain dipelajari oleh remaja. Sikap negatif yang dipelajari remaja dari orang tua diperkuat dengan reinforcement positif yang diterimanya dari
lingkungan ataupun teman-temannya. Keadaan ini menyebabkan remaja dalam memilih teman tidak lagi
berdasarkan minat, pembicaraan, sikap serta perilaku teman-teman sebayanya tetapi lebih pada agama dan keyakinan yang sama dengan dirinya. Bila teman
sebayanya tidak memiliki keyakinan yang sama dengan dirinya maka akan timbul penilaian yang negatif terhadap temannya dan berdampak pada sikap
yang ditunjukkan kepada teman sebayanya. Kondisi ini sejalan dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penjelasan dalam laporan Save the Children 2006 bahwa konflik di Ambon juga mengakibatkan ketakutan dan kebencian baru terhadap anggota
komunitas dan agama lain mengakibatkan hilangnya pertemanan yang dahulu ada serta munculnya keterbatasan dalam membentuk hubungan-hubungan
baru dengan teman sebaya. Hurlock 1980 menyatakan bahwa bertambah tau berkurangnya prasangka dan diskriminasi selama masa remaja sangat
dipengaruhi oleh lingkungan dimana remaja berada dan oleh sikap serta perilaku rekan-rekan dan teman-teman baiknya. Keadaan ini menunjukkan
adanya prasangka yang muncul antara remaja dengan teman sebayanya dimana seharusnya remaja dalam berteman tidaklah mempertimbangkan
faktor agama dan keyakinan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang
berdasarkan data-data dengan cara menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi Acmadi. A dan Narbuko Cholid, 2001. Penelitian deskriptif
merupakan penelitian yang bertujuan mendeskripsikan, mencatat, menganalisis dan menginterpretasikan kondisi yang sekarang ini terjadi atau
ada. Penelitian ini tidak menguji atau tidak menggunakan hipotesa tetapi hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai variabel yang diteliti
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif mengenai variabel yang diperoleh melalui analisis skor jawaban subjek pada
skala sebagaimana adanya. Dengan demikian jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian deskriptif kuantitatif yaitu memberikan gambaran
tentang tingkat prasangka remaja terhadap teman yang berbeda agama setelah konflik di Ambon. Seberapa tinggi atau rendah tingkat prasangka remaja
terhadap teman yang berbeda agama dan menunjukkan bagaimana prasangka tersebut terlihat melalui indikasi-indikasi yang tergambarkan.
B. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian adalah Prasangka agama.
23 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI