Aspek Komitmen Organisasi Hubungan antara komitmen organisasi dengan intensi prososial anggota komunitas Sant` Egidio Yogyakarta...

dengan Maria Felisia yang pada waktu itu sedang berkunjung ke Roma. Maria Felisia menceritakan tentang kondisi kota Padang yang kemudian Valeria Martano mengatakan bahwa komunitas bisa di mulai di sana. Pada tahun 1990 setelah Maria Felisia kembali ke Padang, Valeria Martano datang ke Indonesia untuk pertama kalinya. Kegiatan yang dilakukan adalah belajar berdoa dan memulai pelayanan dengan anak-anak di Bukit Karang. Komunitas Sant’Egidio mulai berada di Yogyakarta karena kunjungan seorang anggota Komunitas dari Padang ke Yogyakarta. Pada tanggal 9 Mei 2001 mereka memulai komunitas di Yogyakarta dengan mengadakan doa dan melakukan pelayanan yang diawali dengan mengunjungi anak-anak jalanan di perempatan Condongcatur dan membantu mereka untuk belajar. Saat ini kegiatan rutin Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta adalah doa komunitas yang dilakukan setiap hari Selasa, Rabu dan Minggu; kunjungan terhadap orang-orang kusta yang berada di perempatan Sagan; membantu belajar anak-anak asuh yang tinggal di Prayan, PA Sayap Ibu, dan pondok asuh di gang Beo, Mrican; Komunitas juga melakukan kunjungan terhadap pastor-pastor sepuh yang tinggal di Domus Pacis Pringwulung. Selain kegiatan tersebut, Komunitas Sant’Egidio juga sering mengikuti kegiatan-kegiatan seperti dialog, doa damai dan mengadakan acara menjelang perayaan hari-hari suci yang ada di Indonesia.

3. Visi dan Misi Komunitas Sant’Egidio

Komunitas Sant’Egidio memiliki karakteristik yaitu doa, membaca Injil, solidaritas terhadap sesama, ekumenisme dan dialog. Komunitas Sant’Egidio mengajak semua orang untuk membangun jembatan cinta kasih tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras, dan golongan. Komunitas juga diajak untuk lebih menghidupi Injil bersama dengan orang-orang yang lebih lemah seperti orang miskin, anak terlantar, orang-orang lanjut usia, korban perang, gelandangan, orang sakit, orang terpenjara, penderita kusta dan AIDS, dan juga terhadap berbagai bentuk kemiskinan lainnya. Sampai saat ini, Komunitas Sant’Egidio berperan serta dalam perdamaian di dunia diantaranya memprakarsai perdamaian di Mozambiq, Albania, Aljeria, Kosovo, Pantai Gading dan di negara-negara Afrika serta Eropa Timur lainnya. Setiap tanggal 1 Januari Komunitas Sant’Egidio melakukan “Pawai Damai” serta “pengumpulan tanda tangan untuk seruan damai” yang nantinya di kirim ke Vatikan. Selain itu juga selalu diadakan doa dan dialog perdamaian atau yang lebih dikenal dengan sebutan “Ziarah Damai” dari kota satu ke kota lainnya setiap tahunnya. Seperti pada tanggal 21 sampai 23 Oktober 2007 lalu, “Doa dan Dialog Damai Antar Agama” dilakukan di kota Napoli. Para pemuka agama dari Katolik Roma, Katolik Ortodoks, Kristen Protestan, Islam, Hindu, Budha dan berbagai aliran kepercayaan serta ribuan orang berkumpul untuk menyerukan perdamaian bagi dunia. Di samping itu Komunitas Sant’Egidio menyelenggarakan “Sekolah Damai” untuk membantu anak- anak dalam belajar dan mengembangkan kreativitasnya serta mendidik mereka menjadi anak-anak yang mencintai perdamaian. Komunitas Sant’Egidio juga menyediakan pengobatan gratis bagi para penderita AIDS di Afrika secara terus menerus melalui program “Dream of Africa”. Tak kurang dari 400 bayi yang dapat lahir dengan selamat tanpa terjangkit virus HIV walaupun ibu mereka menderita penyakit AIDS. Lebih dari 5000 anak dari seluruh dunia mendapatkan orang tua angkat dalam program “adopsi jarak jauh Komunitas Sant’Egidio”. Selain itu satu langkah penting yang dilakukan oleh Komunitas Sant’Egidio adalah memperjuangkan hak hidup di dunia. Pada tanggal 30 November ditetapkan sebagai Hari Internasional “City for Life – City Againts the Death Penalty” “Kota Untuk Kehidupan – Kota Menentang Hukuman Mati” yang diusulkan oleh Komunitas Sant’Egidio dan region Tuscany di bawah pemerintahan kota Roma, kemudian diimplementasikan oleh banyak kota, organisasi-organisasi dan kelompok- kelompok lainnya atas usaha mereka sendiri.

D. HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DAN INTENSI

PROSOSIAL Sejak manusia dilahirkan sampai meninggal selalu membutuhkan kehadiran orang lain dan cenderung berinteraksi dengan orang lain. Dalam sikap sosial individu akan menjalin interaksi dengan orang lain, terutama