Manfaat teoritis Pengertian Intensi Prososial

1. Aspek-aspek Intensi Prososial

Mussen dkk dalam Ikawati dan Hery Wahyuningtyas, 2005 memandang bahwa perilaku prososial mencakup tindakan-tindakan menolong, bekerjasama, berbagi perasaan, bertindak jujur, dan bertindak dermawan terhadap orang lain. Menurut Samptson dalam Ikawati dan Hery Wahyuningtyas, 2005, aspek-aspek yang terkandung dalam perilaku prososial adalah sebagai berikut : a. Memberi atau menyumbang donating, yaitu berlaku murah hati pada orang lain. b. Memberi fasilitas untuk kesejahteraan orang lain, yaitu peduli terhadap permasalahan orang lain. c. Berbagi rasa sharing, yaitu kesediaan untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. d. Bekerjasama cooperating, yaitu melakukan pekerjaan atau kegiatan secara bersama-sama berdasarkan kesepakatan untuk mencapai tujuan bersama pula. e. Peduli caring, yaitu mampu memberi perhatian dan membantu orang lain dengan cara meringankan beban fisik atau psikologis yang sedang dirasakan orang tersebut. Hal senada diungkapkan juga oleh Staub 1978 perilaku prososial dapat ditinjau dari perilaku-perilaku yang lebih spesifik karena cakupannya yang sangat luas. Uraian dari spesifikasi perilaku-perilaku prososial menurut Staub adalah sebagai berikut : a. Sharing, merupakan tindakan membagi, danatau menggunakan secara bersama-sama sesuatu baik bersifat materi maupun nonmateri. b. Cooperating, merupakan kerjasama dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. c. Donating, merupakan memberi atau menyumbang barang atau uang kepada yang memerlukan. d. Caring, merupakan tindakan memberikan perhatian kasih sayang, merawat, menjaga perasaan orang lain. Dari aspek-aspek perilaku prososial di atas dapat disimpulkan bahwa intensi prososial terdiri dari aspek-aspek sebagai berikut :

a. Intensi untuk sharing, merupakan niat untuk melakukan tindakan

membagi perasaan dan ada kesediaan untuk ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.

b. Intensi untuk donating, merupakan niat untuk melakukan tindakan

murah hati dengan memberi menyumbangkan barang atau uang kepada orang lain.

c. Intensi untuk cooperating, merupakan niat untuk bekerjasama dengan

melakukan pekerjaan atau kegiatan bersama-sama berdasarkan kesepakatan untuk mencapai tujuan bersama pula.

d. Intensi untuk caring, merupakan niat untuk melakukan tindakan

memberi perhatian, kasih sayang, menjaga perasaan orang lain dan membantu meringankan beban fisik atau psikologis yang sedang dirasakan orang tersebut.

2. Faktor Intensi

Tingkah laku yang muncul pada manusia merupakan pembentukan hubungan timbal balik antara keyakinan belief, sikap attitude dan intensi intention individu Fishbein dan Ajzen, 1975. Berdasarkan konsep tersebut maka dapat disimpulkan beberapa faktor intensi sebagai berikut : a. Keyakinan belief, dikategorikan sebagai aspek kognitif yang melibatkan pengetahuan, pendapat, dan pandangan individu terhadap objek. Seseorang yang memiliki keyakinan tinggi tentang suatu objek berarti orang itu memiliki pengetahuan, pendapat dan pandangan yang tinggi tentang objek tersebut maka intensi untuk melakukan objek tersebut juga tinggi. Begitu pula sebaliknya, ketika seseorang memiliki keyakinan yang rendah tentang suatu objek maka intensi untuk melakukan objek tersebut juga rendah. b. Sikap attitude, dikategorikan sebagai aspek afektif yang mengarah pada perasaan individu terhadap suatu objek serta evaluasi yang dilakukannya. Sikap tersebut dapat positif atau negatif tergantung dari banyak sedikitnya pengetahuan terhadap aspek positif atau negatif tentang objek. Semakin positif sikap seseorang terhadap suatu objek maka semakin tinggi intensi untuk melakukan objek tersebut. Begitu pula sebaliknya, semakin negatif sikap seseorang terhadap suatu objek maka semakin rendah pula intensi seseorang untuk melakukan objek tersebut. Secara sistematis, kerangka teori Fishbein Ajzen 1975 dapat dilihat pada bagian berikut : Gambar 1. Kerangka Konseptual untuk Meramalkan Suatu Intensi atau Perilaku tertentu Menurut Fishbein Ajzen 1975 Penjelasan Bagan : Keyakinan pribadi akibat konsekuensi dari suatu perilaku X adalah suatu hal yang berisi pengetahuan tentang X, yaitu akibat positif dan akibat negatif yang akan diperoleh subjek bila dia melakukan perilaku X Keyakinan akan akibat dari perilaku X Sikap terhadap perilaku X Intensi untuk melakukan perilaku X Perilaku X Keyakinan normatif akan akibat perilaku X Norma subjektif tentang perilaku X : Pengaruh : Umpan Balik Keterangan : tersebut. Semakin banyak segi positif yang sekiranya akan diperolehnya, maka semakin positif sikap orang tersebut terhadap perilaku itu, dan semakin besar peluang orang orang itu untuk melakukan perilaku tersebut. Keyakinan normatif akan akibat dari perilaku X dalah komponen pengetahuan tentang perilaku X yang merupakan pandangan dan pendapat orang lain lingkungan yang berpengaruh pada kehidupan orang tersebut. Untuk selanjutnya, individu dapat menerima dan mengolah pengaruh- pengaruh tersebut. Pengaruh dari orang lain yang diterima oleh individu itu, digunakan oleh individu untuk membuat norma subjektif individu mengenai perilaku X tersebut. Norma subjektif tersebut berisikan keputusan-keputusan yang dibuat oleh individu setelah mempertimbangkan beberapa unsur yang mempengaruhinya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa intensi adalah kemungkinan subjektif seorang individu untuk melakukan suatu perilaku tertentu yang berhubugnan dengan target yang hendak dicapai dalam situasi dan waktu tertentu, serta dipengaruhi oleh sikap dan norma subjektif yang dimiliki.

B. KOMITMEN ORGANISASI

1. Pengertian Komitmen Organisasi

Seperti yang telah dibahas dalam latar belakang masalah bahwa hampir semua manusia mengikat dirinya dalam komitmen antar manusia sebagai bentuk kebutuhan yang mendasar Firdaus, 2007. Komitmen