dilakukan komunitas, kurang memberi perhatian dan kasih sayang bagi orang yang dilayani dan lain sebagainya. Hal tersebut berarti bahwa orang itu kurang
mendukung visi dan misi yang dilakukan dalam Komunitas yaitu perilaku prososial.
Dari uraian di atas, peneliti melihat bahwa intensi anggota untuk melakukan perilaku prososial sangat penting dalam Komunitas Sant’Egidio.
Hal tersebut dimaksudkan demi kelangsungan Komunitas Sant’Egidio dalam mencapai visi serta misi yang dilakukan yaitu mensejahterakan, memberi,
menumbuhkembangkan dan menghargai orang yang di tolong yaitu orang miskin dan terlantar.
Salah satu faktor yang mendukung tercapainya visi dan misi serta kelangsungan Komunitas Sant’Egidio adalah komitmen organisasi yang tinggi
dari anggota. Menurut Porter dalam Mowday, dkk, 1982 pengertian komitmen organisasi adalah kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam
mengidentifikasikan keterlibatan dirinya ke dalam bagian organisasi, sedangkan Steers 1985 mendefinisikan komitmen organisasi sebagai rasa
identifikasi kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi dan loyalitas keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang bersangkutan yang
dinyatakan oleh seorang anggota terhadap organisasinya. Steers berpendapat bahwa komitmen organisasi merupakan kondisi dimana anggota sangat
tertarik terhadap tujuan, nilai-nilai, dan sasaran organisasinya. Untuk itu peneliti menjadi tertarik ingin mengetahui apakah ada hubungan antara
komitmen organisasi dengan intensi prososial anggota Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta.
A. RUMUSAN MASALAH
Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah ada hubungan antara komitmen organisasi dengan intensi prososial
anggota Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta?
B. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk melihat hubungan antara komitmen organisasi dengan intensi prososial anggota komunitas Sant’Egidio
Yogyakarta.
C. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap bidang ilmu psikologi sosial mengenai komitmen
organisasi dan intensi prososial dalam sebuah organisasi informal.
2. Manfaat praktis
Bagi Komunitas Sant’Egidio, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi diri maupun kelompok, seberapa besar
komitmen yang ada untuk melakukan perilaku prososial, dalam hal ini
adalah melayani orang miskin dan terlantar serta menjadi bahan refleksi ke depan dalam mengembangkan serta meningkatkan komitmen yang
ada untuk menolong orang miskin dan terlantar.
8
BAB II LANDASAN TEORI
A. INTENSI PROSOSIAL
1. Pengertian Intensi Prososial
a. Pengertian Intensi
Intensi intention berasal dari kata to intend yang berarti sebagai usaha yang didasari untuk mencapai tujuan atau sasaran
Drever, 1982. Secara sederhana, intensi dapat berarti sebagai niat seseorang untuk melakukan perilaku tertentu, seperti misalnya niat
untuk membantu atau menolong orang lain. Menurut Fishbein dan Ajzen 1975, intensi merupakan prediktor terbaik bagi perilaku
individu. Intensi dimengerti sebagai probabilitas yang bersifat subjektif, yaitu estimasi seseorang mengenai seberapa besar
kemungkinan suatu tindakan tertentu dilakukan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa intensi merupakan
niat untuk melakukan suatu tindakan yang akan diwujudkan ke dalam perilaku. Intensi juga merupakan fungsi dari keyakinan seseorang yang
terkait dengan sikap dan perilakunya, sehingga merupakan prediktor yang terbaik untuk terjadinya perilaku tertentu. Dalam penelitian ini
tindakan atau perilaku yang akan diprediksi adalah perilaku prososial.
a. Pengertian Intensi Prososial
Perilaku prososial diartikan sebagai suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu
keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut, dan bahkan mungkin melibatkan suatu resiko bagi orang yang
menolong Baron Byrne, 2005. Menurut William 1981 perilaku prososial adalah perilaku seseorang yang memiliki maksud untuk
mengubah keadaan fisik dan psikis orang yang menerima pertolongan, sehingga si penolong merasa bahwa orang yang ditolong akan
merasakan damai, lega, bahagia, sehat dan puas secara fisik dan psikologis. Pengertian tersebut menekankan bahwa perilaku menolong
bertujuan untuk mensejahterakan fisik maupun psikologis. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa intensi prososial
adalah niat seseorang serta kemungkinannya orang tersebut untuk melakukan suatu tindakan menolong yang memiliki konsekuensi
positif dan memberi manfaat bagi orang yang ditolong baik secara fisik maupun psikologis. Hal tersebut diharapkan dengan mengetahui
intensi prososial seseorang dapat memberikan gambaran perilaku prososial sebenarnya.
1. Aspek-aspek Intensi Prososial
Mussen dkk dalam Ikawati dan Hery Wahyuningtyas, 2005 memandang bahwa perilaku prososial mencakup tindakan-tindakan
menolong, bekerjasama, berbagi perasaan, bertindak jujur, dan bertindak dermawan terhadap orang lain.
Menurut Samptson dalam Ikawati dan Hery Wahyuningtyas, 2005, aspek-aspek yang terkandung dalam perilaku prososial adalah
sebagai berikut : a. Memberi atau menyumbang donating, yaitu berlaku murah hati pada
orang lain. b. Memberi fasilitas untuk kesejahteraan orang lain, yaitu peduli terhadap
permasalahan orang lain. c. Berbagi rasa sharing, yaitu kesediaan untuk merasakan apa yang
dirasakan oleh orang lain. d. Bekerjasama cooperating, yaitu melakukan pekerjaan atau kegiatan
secara bersama-sama berdasarkan kesepakatan untuk mencapai tujuan bersama pula.
e. Peduli caring, yaitu mampu memberi perhatian dan membantu orang lain dengan cara meringankan beban fisik atau psikologis yang sedang
dirasakan orang tersebut. Hal senada diungkapkan juga oleh Staub 1978 perilaku prososial
dapat ditinjau dari perilaku-perilaku yang lebih spesifik karena