Komunitas Sant’Egidio di Indonesia dan Yogyakarta
dengan kelompoknya. Sears, dkk 1985 mendefinisikan kelompok adalah agregat sosial di mana anggota-anggota yang saling tergantung, dan setidak-
tidaknya memiliki potensi untuk melakukan interaksi satu sama lain, apa yang terjadi pada satu orang mempengaruhi hasil anggota kelompok yang lain.
Sears, dkk 1985 menekankan bahwa ciri penting suatu kelompok yaitu dengan berbagai cara anggotanya saling mempengaruhi satu sama lain,
sehingga menimbulkan interaksi satu dengan yang lain, sikap saling ketergantungan, serta ikatan yang kuat dan menetap.
Salah satu kelompok yang memiliki perasaan ketergantungan dan interaksi satu dengan yang lain dan menimbulkan ikatan di antara anggota-
anggotanya menjadi kuat dan menetap adalah Komunitas Sant’Egidio. Komunitas ini pada awalnya hanya merupakan kelompok kecil dengan
beberapa orang anggota saja. Adanya interaksi satu dengan yang lain, sikap saling ketergantungan, serta ikatan yang kuat dan menetap ini menyebabkan
Komunitas Sant’Egidio bisa berkembang dalam hal keanggotaannya sampai mencakup dunia dan menjadi sebuah kelompok organisasi informal
Komunitas Sant’Egidio, 2007. Komunitas Sant’Egidio adalah salah satu kelompok organisasi
informal yang bergerak di bidang sosial dan aktivitasnya berhubungan dengan perilaku prososial, dimana memiliki visi dan misi untuk melayani orang
miskin dan terlantar. Orang yang bersedia bergabung dalam komunitas ini berarti harus memiliki komitmen tinggi. Steers 1985 mendefinisikan
komitmen organisasi sebagai rasa identifikasi kepercayaan terhadap nilai-
nilai organisasi yang bersangkutan yang dinyatakan oleh seorang anggota terhadap organisasinya. Seseorang dengan komitmen tinggi dalam organisasi
berarti memiliki kepercayaan terhadap organisasi dan menerima tujuan organisasi sehingga orang tersebut dengan rela menyumbangkan dan
melakukan sesuatu serta ikut berpartisipasi bagi tercapainya tujuan organisasi. Orang tersebut juga memiliki loyalitas terhadap organisasi karena ada
kesediaan untuk melanggengkan hubungannya dengan organisasi. Seperti yang telah dikatakan di atas bahwa Komunitas Sant’Egidio
memiliki aktivitas yang berhubungan dengan perilaku prososial. Ketika seseorang memiliki komitmen dalam Komunitas Sant’Egidio berarti seseorang
tersebut memiliki keingingan untuk mengetahui lebih banyak tentang apa yang dilakukan dalam Komunitas Sant’Egidio dimana aktivitas yang dilakukan
adalah mendoakan serta melayani orang miskin dan terlantar Observasi, Agustus 2007. Disamping itu, visi dan misi yang ditanamkan dalam
Komunitas Sant’Egidio serta keterikatan antar anggota memunculkan pendapat dan pengaruh bagi seseorang tersebut mengenai Komunitas
Sant’Egidio dalam melayani orang miskin dan terlantar. Hal tersebut memberikan sikap positif seseorang dalam Komunitas Sant’Egidio sehingga
memunculkan niat dalam diri orang tersebut untuk ikut berpartisipasi dalam melakukan tindakan membagi baik materi maupun non materi kepada orang
yang ditolong, mau ikut bekerjasama, mau memberi sumbangan kepada orang yang ditolong dan memberi kasih sayang, merawat serta menjaga perasaan
orang yang ditolong.
Begitu pula sebaliknya, apabila seseorang tidak memiliki komitmen dalam Komunitas Sant’Egidio berarti kurang ada keinginan dari seseorang
tersebut untuk mengetahui lebih banyak apa yang dilakukan dalam Komunitas Sant’Egidio. Di samping itu, karena kurang memiliki komitmen terhadap
Komunitas Sant’Egidio menyebabkan visi dan misi komunitas kurang tertanam dalam diri orang tersebut, pendapat dan pengaruh dari anggota lain
pun menjadi kurang dapat diterima karena tidak adanya keterikatan dengan anggota lain. Hal tersebut memunculkan sikap negatif dalam diri orang
tersebut mengenai Komunitas Sant’Egidio dan intensi dalam diri untuk melakukan perilaku prososial menjadi rendah. Ketika seseorang tidak
memiliki kepercayaan dan keyakinan terhadap Komunitas Sant’Egidio untuk melakukan perilaku prososial maka niat orang tersebut untuk melakukan
perilaku prososial pun menjadi rendah. Menurut Fishbein Ajzen 1975, intensi seseorang untuk melakukan
suatu perilaku prososial didasari oleh sikap orang tersebut terhadap perilaku prososial dan norma subjektif tentang perilaku tersebut. Sikap terhadap
perilaku prososial merupakan fungsi dari keyakinan terhadap perilaku tersebut. Norma subjektif merupakan fungsi dari keyakinan individu terhadap
norma yang diberlakukan pada lingkungannya, dalam hal ini adalah Komunitas Sant’Egidio. Keyakinan normatif akibat perilaku tersebut
terbentuk dari umpan balik yang diberikan oleh perilaku itu sendiri. Keyakinan terhadap norma subjektif ini akan mempengaruhi intensi individu
untuk melakukan perilaku prososial.