Analisis Tokoh dan Penokohan Novel Cintaku di Kampus Biru

58 2.3.2.2 Tokoh Antagonis Tokoh antagonis adalah tokoh yang menjadi pemicu timbulnya permasalahan. Pada novel CKB tokoh yang dimunculkan sebagai tokoh antagonis adalah Marini dan Bu Yusnita. Kedua tokoh tersebut telah memunculkan permasalahan pada tokoh protagonis. Berikut penjelasan dari kedua tokoh antagonis pada novel CKB. Marini merupakan kekasih Anton, memiliki sifat yang penuh cinta tetapi cerewet dan selalu posesif terhadap Anton. Hubungan yang dijalani dengan Anton menurutnya bukanlah hal yang biasa. Marini tidak ingin dianggap sebagai mainan oleh Anton. Marini khawatir jika Anton belum melamar atau memiliki ikatan dengan Anton, ia hanya akan dipermainkan dan akhirnya ditinggalkan oleh Anton. Marini seorang perempuan yang emosional, terutama jika menyangkut hubungannya dengan Anton karena ia sangat mencintai Anton dan takut jika Anton berpaling pada gadis lain mengingat Anton adalah cowok playboy. Marini bersifat keras kepala, ia selalu berpikiran negatif terhadap Anton. Bila ia merasa diabaikan maka ia akan menuntut untuk diperhatikan. 43 Barangkali dia sekarang sedang mengejar-ngejar bom seks, katanya dalam hati. Makanya mulai dingin. Kalau dia memang mencintaiku, tentunya dia akan senang bercumbu di semak-semak. Toh dia yang mengajak pertama kali ke semak itu. Dia yang menamakan tempat itu Semak Cinta. Love grass. Semak Cinta. Hmmm, memang cintanya bersemak barangkali. CKB: 10 44 Aku telah tahu gejalanya. Telah kelihatan gejalanya. Dia semakin tak acuh. Membuat gara-gara agar aku marah. Tapi, akan kulihat. Sampai berapa lama dia mati membuat 59 intimidasi begitu. Aku akan bersabar. Pokoknya aku akan menjaga diriku sebagai perempuan setia, bukan yang gampang memutus cinta. ” CKB: 10 Sikap gengsi juga menjadi salah satu kebiasaan buruk Marini. Ia selalu memikirkan bagaimana orang lain memandang hubungannya dengan Anton. Kehidupannya selalu berisikan ketakutan apabila di tinggalkan oleh Anton. 45 Kalaupun putus, biarlah teman-teman tahu bahwa yang berkhianat dia, bukan aku. Aku akan menjaga nama baikku. Orang akan bersimpati pada nasibku. Korban ke sekian playboy itu. CKB: 10-11 46 Introspeksi. Ya, introspeksi. Aku telah mengintrospeksi diriku. Apa salahku? Aku berusaha menyenangkan hatinya. Dulu dia setengah mati berusaha menciumku. Sekarang, tak perlu setengah mati. Inisiatif datang dariku. Toh aku bukan pemalu lagi sekarang. Aku telah berinisiatif sebab wanita pun harus menunjukkan dirinya sejajar dengan lelaki. Apa salahnya aku agresif? Ya, aku harus agresif. Sebab, usiaku memaksa aku harus secepatnya mengikat dia. Enam bulan berhubungan, enam bulan pacaran. Aku harus berhasil mengikat dia. Dia tak boleh lepas. Tapi, Bajingan itu nampak-nampaknya berusaha melepaskan diri. Marini memanggil becak. CKB: 11 Tokoh Antagonis lain yang ditonjolkan pada novel CKB yaitu Bu Yusnita, dosen pemarah, tertutup, ditakuti oleh banyak mahasiswa, berparas cantik, dan pantas untuk dicintai. Anton berpikir bahwa Bu Yusnita sengaja mempersulit kelulusannya pada mata kuliah yang dibawakannya. Sifat sinis dan terkesan sebagai dosen killer membuat para mahasiswa takut bila menghadapinya. Sesungguhnya ada sisi lain yang dirasakan Anton terhadap Bu Yusnita. Meski 60 tertutup, dan pemarah, Anton sering memperhatikan kecantikan yang terpendam pada diri Bu Yusnita, tanpa disadari Anton mengaguminya. 47 Itu menurut pendapat Saudara. Tapi, siapa yang memberikan penilaian? Saya atau Saudara? Saya tahu Saudara aktivis mahasiswa. Saya tahu banyak dosen segan kepada Saudara. Tapi, jangan kira saya pun akan takut. Akan saya buktikan bahwa obyektivitas ilmu bisa ditegakkan di fakultas ini ujar Bu Yusnita. CKB:29 48 Tidak akan ada pembicaraan tentang ujian Saudara Selama saya memegang vak itu, hak untuk menguji ada pada saya. Dan, saya berhak menetapkan siapa yang akan saya uji dan siapa yang tidak CKB: 30 49 Dagu dosen wanita ini bagus juga. Runcing dan halus. Bagaimana seandainya dielus? Siapa lelaki yang pernah mengelusnya? Dan, bibirnya agak pucat. Ah, sayang. Kepucatan ini pasti lantaran tak ada yang mengulumnya. Padahal bentuk bibir itu cukup mengandung magnit. Lekukannya menunjukkan pasti pemiliknya manja kalau mengeluh dalam kecupan. Ah, ah, ah, lehernya yang jenjang. Leher perempuan kurus. Tetapi, pastilah dia menggial kalau leher itu dicium. Apalagi kalau digosok dengan dagu yang masih ada sisa jenggot dari cukuran. Ya, lehernya ini, bukan main Dari bentuk leher ini bisa diketahui bahwa pemiliknya seorang melankolis. Introvert. Karena itu akan lunak sekali setelah terkena selahnya. Perempuan ini sekategori dengan Marini. Dingin sebelum dekat, tetapi menggebu-gebu kalau sudah kena. Coba, kalau perempuan ini dikucel-kucel, dia pasti cuma tergila- gila dan mengeluh, Adu h, Anton….. CKB: 27-28 Sikap Bu Yusnita yang cenderung sinis terhadap Anton ternyata memiliki sisi yang berbeda, Bu Yusnita sebetulnya menaruh perasaan suka terhadap Anton. Perasaan itulah yang selama ini menjadikan Bu Yusnita terlihat sensitif di depan Anton. Anton pun mengetahui perasaan yang 61 terpendam pada diri Bu Yusnita, mereka menjadi dekat satu sama lain tetapi Bu Yusnita mampu menahan dirinya untuk tidak melakukan hal yang menurut Bu Yusnita tidak semestinya di lakukan bersama Anton. 50 “Sudahlah, Anton, kau sudah tahu seluruhnya. Kau sudah tahu aku mencintaimu, tapi tak mungkin kuteruskan. Kita harus berhenti, dan aku harus mulai berpikir: dunia hari ini adalah hari ini.” CKB: 99 Berdasarkan hal tersebut, tokoh Marini dan Bu Yusnita dihadirkan sebagai penghalang terwujudnya keinginan-keinginan atau cita-cita Anton. Marini dan Bu Yusnita muncul untuk menimbulkan adanya konflik permasalahan dalam cerita melalui tokoh Anton. Sehingga, tokoh Marini dan Bu Yusnita disebut sebagai tokoh antagonis. 2.3.2.3 Tokoh Tritagonis Dalam novel CKB terdapat dua tokoh tritagonis, yaitu Pak Gunawan sebagai seorang dekan dan Kusno sahabat Anton. Keduanya disebut sebagai tokoh tritagonis karena kehadirannya hanya di saat-saat tertentu ketika Anton sedang mengalami permasalahan. Baik tokoh Pak Gunawan maupun Kusno, sama-sama hadir untuk mendukung dan memihak Anton untuk membantu Anton menemukan solusi permasalahannya. Berkaitan konflik antara Anton dan Bu Yusnita, Pak Gunawan, seorang dekan yang selalu menjadi panutan Anton, di saat Anton mendapatkan masalah baik secara akademik maupun pribadi, Pak Gunawan selalu membantu Anton. 62 Menasihati bila Anton melakukan keteledoran. Anton yang mendapat ancaman DO setelah memrotes dan menentang keputusan Bu Yusnita, dipanggil secara pribadi oleh Pak Gunawan. Beliau ingin mendengar peristiwa yang sesungguhnya dari Anton. Pak Gunawan mengusahakan mempertahankan Anton yang mendapat ancaman DO dari Bu Yusnita. Pak Gunawan sebagai penengah, tanpa memihak siapa pun dan dapat menetralkan situasi antara Anton dan Bu Yusnita yang saat itu memanas. 51 Begini, Anton. Bu Yusnita tadi meminta dewan dosen bersidang untuk membicarakan soal kau. Katanya kau menghinanya. Aku ingin mendengar keteranganmu sendiri. CKB: 36 52 Tentu saja tidak. Tapi, kau harus mengerti posisiku, Anton. Selama ini kau banyak membantu di fakultas kita. Sekarang pun kuharap begitu. Aku ingin kau tidak menambah keruwetan p ersoalan ini.” CKB: 41 53 Jangan mendesak dosenmu. Sebab, bagaimana pun juga mereka punya rasa se-korps. Aku tidak mentolerir tindakan-tindakan yang melanggar prinsip-prinsip kebenaran ilmiah. Tapi, persoalannya tidak sesederhana menegakkan kebenaran itu. Kita menghadapi realita yang kompleks. Dan, yang terpenting, aku tidak menghendaki stabilitas di fakultas kita terganggu, selama aku menjadi dekan, kata dekan itu. CKB: 42 Beralih dari tokoh Pak Gunawan, dimunculkan tokoh Kusno yaitu tokoh tritagonis kedua. Kusno merupakan sahabat Anton yang selalu bersama Anton. Kusno yang ternyata menaruh perasaan suka terhadap Marini, pada saat 63 melakukan riset di Dieng Kusno mendapat mandat dari Anton untuk menjaga Marini ke mana pun Marini pergi. Hal itu dilakukan Anton karena Anton sedang medekati Bu Yusnita. Dari situlah awal mula perasaan suka Kusno terhadap Marini. Mengetahui hal tersebut Anton yang awalnya marah dan kecewa, akhirnya menyetujui hubungan Kusno dan Marini. Sebagai seorang sahabat dan orang yang paling dipercaya oleh Anton, Kusno selalu mengikuti perkataan Anton. Dikala Anton sedang mengalami kesulitan Kusno selalu menjadi pendengar dan penghibur Anton. Sedikit pun tak ada perasaan Kusno yang menunjukkan sisi negatif. 54 Tak bisa kuhindarkan, kata Kusno. Kau menyuruhku mengawal Marini. Tapi, aku tidak bisa menetralkan perasaanku. Aku ingin tak ada perasaan istimewa, tetapi ternyata suasana alam gunung ini menyebabkan aku tak mampu membunuh perasaanku. Selama menjalankan tugas bersama-sama, simpatiku tumbuh. Kami seperti bukan lagi orang yang mengawal dang dikawal. Lebih dari itu, aku mencintainya. CKB: 101-102 55 Bagus. Teruskanlah. Kusno terpana. Tetapi, dia merasakan tangan Anton yang menepuk-nepuk bahunya. Karena bertatapan, Kusno pun menyentuh bahu Anton. CKB: 102

2.3.3 Ananlisis Latar Novel Cintaku di Kampus Biru

2.3.1 Latar Tempat

Latar tempat terjadinya peristiwa dalam cerita pada novel CKB ini disebutkan secara jelas nama kota atau daerahnya, yaitu kota Yogyakarta, 64 tepatnya di Kampus Gadjah Mada. Kampus tersebut merupakan ikon tersendiri yang melekat pada Kota Pelajar, Yogyakarta. 56 Gadis itu melewati Rumah Sakit Panti Rapih. Orang-orang yang akan bezuk menunggu jam dibukanya pintu. Di dekat pagar, seorang lelaki muda mengawasi Marini. Marini mendongkol melihat mata lapar lelaki itu. CKB: 6 57 Aroma segar dedaunan ditambah lagi harum bunga, menandakan betapa nyamannya tempat itu. Angin membuat pucuk-pucuk cemara meliuk perlahan. Pohon- pohon flamboyan berbunga. Gedung Induk Kampus Gadjah Mada tertegak sepi. Jalan menuju gedung bertingkat tiga itu dipandang matahari. Tetapi, di di pinggir jalan, sejuk. Matahari tak bisa menembus dedaunan yang melindungi tanah. CKB: 4 58 Marini melompati parit, dan keluar dari arela rerumputan. Kini dia berjalan di Bulaksumur Boulevard, jalan besar beraspal yang membelah kampus itu. Dia berjalan ke selatan, menjauhi Gedung Induk Universitas Gadjah Mada. Berpunggungan dengan Anton yang berjalan ke utara. CKB: 5 59 Kalau kau tak mau ke Kaliurang, kita ke mana saja. Atau ke Gembiraloka? Ke mana saja aku bersedia..Yang pentin g kita bisa bicara dengan tenang.” CKB: 34

2.3.2 Latar Waktu

Latar waktu yang ada dalam novel CKB digambarkan dengan lika-liku kehidupan mahasiswa pada era tahun 1970-an. Pada masa itu digambarkan kehidupan mahasiswa yang identik dengan buku, pesta, dan cinta. 65 60 Mukanya mirip Dustin Hoffman. Kau ingat film The Graduate dan John and Mary, Ika ? CKB: 21 61 Erika menggenggam fulpennya erat-erat, berusaha merasakan kehangatan tangan Usman lewat fulpen itu. Tetapi, tak terasa hangat. Fulpen Lady Sheaffer itu tetap merupakan sebatang logam dingin. Kendati halus, tetapi mati. CKB: 23-24 62 Lain Bengkulu lain Semarang. Sekarang, sudahlah. Pokoknya, aku cinta padamu. Tetapi, kita harus bercinta sedikit metodologis. Pakai logika. Jangan sentimentil. CKB: 8 Film serta merk bolpoin yang disebut dan dibahas melalui percakapan di atas merupakan film-film serta merk yang muncul pada tahun 70-an, sehingga dapat disimpulkan bahwa novel CKB berlatar waktu tahun 70-an.

2.3.3 Latar Sosial

Dilihat dari waktu peristiwa, latar tempat dan kehidupan sosial budaya yang digambarkan novel CKB tidak hanya mengungkapkan kehidupan mahasiswa mulai dari rumah kost dan ruang kuliah, tetapi mengungkap percintaan antara dosen dan mahasiswa. 63 Kembali dia menatap Bu Yusnita. Ah, gadis tua ini. Berlagak jadi orang penting. Apa sih yang sedang dikerjakannya? Anton mengusap-usap dagunya. Kenapa harus jengkel menghadapi lagak orang penting ini? Kenapa tak menikmati situasi ini? Kecantikan, di mana pun tempatnya, harus dinikmati. CKB: 27 66 64 Lalu Bu Yusnita. Ah, dosen yang pemarah itu Gadis yang sebenarnya cantik, tetapi statusnya membuatnya harus seangker mungkin. Bagaimana harus menghadapinya? aku telah bosan ujian dari vak dia lagi. literatur wajibnya sudah kulalap, tetapi kenapa tak juga lulus? CKB: 17 Latar tempat yang ditunjukkan dalam novel ini berpengaruh juga terhadap setiap bahasa yang digunakan dalam novel CKB. Kota Yogyakarta sebagai ikon novel ini menghasilkan latar budaya penggunaan bahasa Jawa di dalam dialog antartokoh. 65 “Siang sepanas ini? Ah, lain kali saja, Rin. Hari ini otakku judeg . Aku perlu istirahat. Nanti sore aku harus menghadap Dekan.” CKB: 33 66 “Sebelum jam empat kita pulang.” Marini berpaling ke arah tukang becak. “Gembiraloka pinten, Pak?” CKB: 35

2.3.4 Analisis Tema Novel Cintaku di Kampus Biru

Dalam novel CKB, peneliti menemukan beberapa tema yang dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yakni tema minor dan tema mayor. Penulis akan mendeskripsikan beberapa tema minor telebih dahulu. Kemudian dilanjutkan dengan tema mayor. Berikut dijelaskan secara beruntun tema minor dan mayor yang terdapat pada novel CKB. 67

2.3.4.1 Tema Minor

2.3.4.1.1 Masalah Pribadi Hendaknya Tidak Dikaitkan dengan

Permasalahan Umum Tema percampurakan masalah pribadi dengan masalah umum menjadi salah satu tema yang memicu timbulnya konflik pada novel CKB. Bu Yusnita selaku dosen Literatur yang memiliki sifat galak dan cenderung subyektif dalam melakukan penilaian terhadap Anton, membuat Anton ditempatkan pada situasi serba salah. Anton yang merasa tidak memiliki dendam pribadi terhadap Bu Yusnita sangat bingung karena sering mendapat hasil ujian yang tidak memuaskan bahkan cenderung mengecewakan. Anton melakukan pembicaraan personal yang memrotes tindakan Bu Yusnita. Awalnya Anton hanya mempertanyakan apa yang selama ini membuatnya mendapatkan hasil buruk pada mata kuliah Literatur yang diampu oleh Bu Yusnita. Anton merasa tak ada yang salah pada dirinya, ia merasa menguasai mata kuliah tersebut. Anton yang tak kunjung mendapat jawaban secara jelas dari Bu Yusnita, akhirnya melakukan protes terhadap Bu Yusnita. Protes keras yang dilakukan Anton membuat Bu Yusnita marah, dosen itu menganggap Anton telah menghina dan meragukan penilaian seorang dosen. Kemarahan yang memuncak membuat Bu Yusnita mengancam akan mengeluarkan Anton dari kampus dengan mengadakan rapat di kalangan dosen. Beranjak dari perselisihan antara Anton dan Bu Yusnita, Pak Gunawan, selaku Dekan yang dekat dengan Anton, mengetahui perselisihan tersebut. Pak Gunawan berusaha menasihati Anton supaya tidak terlalu memrotes Bu Yusnita, karena Pak Gunawan juga tahu bagaimana kepribadian Bu Yusnita yang memang