Sudut Pandang Analisis Struktural

21 a. Campuran “Aku” dan “Dia” Penggunaan kedua sudut pandang tersebut dalam sebauh novel terjadi karena pengarang ingin memberikan cerita secara lebih banyak kepada pembaca. b. Teknik “kau” Penggunaan teknik kau untuk menyebut dan melihat dirinya sendiri, baik oleh tokoh yang disudutpandangi “aku” maupun “dia”.

1.5.2.2 Kajian Intertekstual

Secara luas interteks diartikan sebagai jaringan hubungan antara satu teks dengan teks yang lain. Lebih dari itu, teks itu sendiri secara etimologis berarti tenunan, anyaman, penggabungan, susunan, dan jalinan. Produksi makna terjadi dalam interteks, yaitu melalui proses oposisi, permutasi, dan transformasi. Teks- teks yang dikerangkakan sebagai interteks tidak terbatas sebagai persamaan genre, interteks memberikan kemungkinan yang seluas-luasnya bagi peneliti untuk menemukan hypogram. Interteks dapat dilakukan antara novel dengan novel, novel dengan puisi, novel dengan mitos. Hubungan yang dimaksudkan tidak semata-mata sebagai persamaan melainkan juga sebaliknya sebagai pertentangan, baik parodi maupun negasi Ratna, 2012: 172-173. Intertekstualitas merupakan hasil dari proses kreatif pengarang yang antara lain mengolah bahan-bahan yang berasal dari teks lain, melakukan modifikasi, perubahan, pengurangan, penambahan terhadap teks-teks yang menjadi bahannya Faruk, 2012: 54. 22 Intertekstualitas merupakan sebuah istilah yang diciptakan oleh peneliti Prancis Julia Kristeva. Julia Kristeva lebih dikenal sebagai pelopor teori interteks. Kristeva mendiskonstruksi hegemoni kebudayaan Barat dengan menampilkan teks sebagai material produksi Ratna, 2012: 199. Kristeva berpendapat bahwa setiap teks terjalin dari kutipan, peresapan, mengambil komponen-komponen teks yang lain sebagai bahan dasar untuk penciptaan karyanya. Untuk lebih menegaskan pendapat itu, Kristeva mengajukan dua alasan. Pertama, pengarang adalah seorang pembaca teks sebelum menulis teks. Proses penulisan karya oleh seorang pengarang tidak bisa dihindarkan dari berbagai jenis rujukan, kutipan, dan pengaruh. Kedua, sebuah teks tersedia hanya melalui proses pembacaan. Kemungkinan adanya penerimaan atau penentangan terletak pada pengarang melalui proses pembacaan Worton, 1990: 1. Setiap teks sebagai mosaik kutipan-kutipan yang diserap dan ditransformasikan dari teks-teks lain Teeuw, 1984: 120. Menurut Bakhtin, pendekatan intertekstual menekankan pengertian bahwa sebuah teks sastra dipandang sebagai tulisan sisipan atau cangkokan pada kerangka teks-teks sastra lain, seperti tradisi, jenis sastra, parodi, acuan atau kutipan Noor, 2007: 4-5. Rachmat Djoko Pradopo dalam Pengkajian Puisi 2009: 223, karya sastra tidak begitu saja lahir, melainkan sebelumnya sudah ada karya sastra lain, yang tercipta berdasarkan konvensi dan tradisi sastra masyarakat yang bersangkutan. Dengan demikian, karya sastra itu meneruskan konvensi yang sudah ada ataupun menyimpanginya meskipun tidak seluruhnya. Hal ini mengingat bahwa karya 23 sastra itu karya kreatif yang menghendaki adanya kebaruan, tetapi tentu tidak baru sama sekali, sebab bila sama sekali menyimpang dari konvensi, maka ciptaan itu tidak akan dikenal ataupun tidak dapat dimengerti oleh masyarakatnya. Masalah ada tidaknya hubungan antarteks ada kaitannya dengan niat pengarang dan tafsiran pembaca. Dalam kaitan ini intertekstualitas sama halnya menulis dan membaca dalam suatu interteks suatu tradisi budaya, sosial, dan sastra yang tertuang dalam teks-teks. Setiap teks sebagian bertumpu pada konvensi sastra dan bahasa serta dipengaruhi oleh teks-teks sebelumnya. Kajian intertekstual diawali dari pengertian bahwa kapan pun karya tulis dibuat, tidak mungkin lahir dari situasi tanpa budaya. Unsur budaya termasuk semua tradisi di masyarakat, dalam wujudnya yang khusus berupa teks-teks sastra yang ditulis sebelumnya. Karya sastra yang ditulis biasanya mendasarkan diri pada karya-karya lain yang telah ada sebelumnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik dengan cara meneruskan maupun menyimpang. Dalam kajian interteks dikenal istilah hypogram. Hypogram adalah teks yang secara metodologis dibayangkan sebagai sumber interteks. Hypogram merupakan landasan untuk menciptakan karya-karya yang baru, baik dengan cara menerima maupun menolaknya Ratna, 2012: 172-176. Karya sastra yang dijadikan dasar penulisan bagi karya yang lain disebut sebagai hipogram. Adanya pengaruh dari suatu karya terhadap penulisan karya sesudahnya ini menjadi perhatian utama kajian intertekstual, misalnya lewat pengontrasan antara sebuah karya dengan karya lain yang diduga menjadi hipogramnya. Adanya unsur hipogram dalam suatu karya mungkin disadari atau mungkin juga tidak disadari 24 oleh pengarang. Kesadaran pengarang terhadap karya yang menjadi hipogramnya mungkin berwujud dalam sikapnya yang meneruskan atau sebaliknya, menolak. Dalam kaitannya dengan hipogram, tiap teks merupakan sebuah kutipan- kutipan, tiap teks merupakan penyerapan dan perubahan dari teks-teks lain. Hal itu berarti, bahwa tiap teks mengambil unsur-unsur tertentu yang dipandang baik dari teks sebelumnya, yang kemudian diolah dalam karya sendiri berdasarkan tanggapan pengarang yang bersangkutan. Dengan demikian, meskipun sebuah karya mengandung unsur ambilan dari berbagai teks lain, karena telah diolah dengan pandangan dan daya kreativitasnya sendiri dengan konsep estetika dan pikiran-pikirannya, karya yang dihasilkan tetap mengandung dan mencerminkan sifat kepribadian penulisnya.

1.6 Metode dan Teknik Penelitian

1.6.1 Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan objektif. Pendekatan objektif berpijak dari pandangan yang menekankan karya sastra sebagai struktur yang sedikit banyak bersifat otonom Teeuw, 1984: 100. Pendekatan intertekstual menekankan bahwa dalam usaha mendapatkan makna penuh dari teks sastra harus didasarkan pada teks lain yang menjadi latar belakang penciptaannya Teeuw, 1984: 120. Dalam penelitian ini unsur alur, tokoh penokohan, latar, tema, dan sudut pandang yang menjadi jembatan untuk mendapatkan analisis struktural dalam novel Drop Out dengan novel Cintaku di Kampus Biru yang kemudian akan mempermudah dalam pengkajian intertekstual. 25

1.6.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode studi pustaka, yaitu peneliti membaca serta mempelajari buku-buku yang berkaitan. Penelitian ini menggunakan teknik catat, yaitu mencatat data-data berupa kata, kalimat, dan paragraf yang mengungkapkan makna karya sastra Moleong, 1989: 167-176. Penelitian ini menganalisis data novel Drop Out karya Arry Risaf Arisandi yang terbit pada tahun 2006 oleh penerbit Gagas Media, Jakarta dengan novel Cintaku di Kampus Biru karya Ashadi Siregar terbitan tahun 1974 oleh penerbit PT Gramedia, Jakarta.

1.6.3 Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan tahap ketika data diberi arti atau makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian Nazir, 1985: 405. Dalam penelitian ini digunakan metode formal dan metode analisis isi. Metode formal menganalisis unsur-unsur karya sastra dengan totalitasnya Ratna, 2012: 49-51. Metode ini digunakan untuk menganalisis struktur dalam novel Drop Out dengan novel Cintaku di Kampus Biru. Metode komparasi atau perbandingan digunakan dalam kajian sastra perbandingan. Metode ini diterapkan untuk membandingkan dua karya sastra atau lebih. Metode ini digunakan untuk menganalisis kajian intertekstual dalam novel Drop Out dengan novel Cintaku di Kampus Biru.