4.2.3 Perbandingan Simpangan Harga Pokok Produksi
Setelah mendapatkan harga pokok produksi dengan menggunakan metode konvensional maupun metode ABC Activity Based Costing, selanjutnya
dilakukan perbandingan harga tersebut, apakah terjadi kelebihan penentuan harga pokok produksi overcosting atau terjadi kekurangan penentuan harga pokok
produksi undecosting dengan mengetahui selisih dan distrosi biaya dengan rumusan sebagai berikut sebagai berikut :
Selisih = HPP ABC – HPP Konvensional
Distorsi =
100 x
al Konvension
HPP al
Konvension HPP
ABC HPP
Contoh perhitungan untuk produk Gelang HTT pada bulan Januari 2011 sebagai berikut :
HPP ABC = Rp 55,649.72
HPP Konvensional = Rp 57,154.61
Selisih = Rp 55,649.72 – Rp 57,154.61 = - 1,504.89
Distorsi = 100
x al
Konvension HPP
al Konvension
HPP ABC
HPP
= 63
. 2
100 61
. 154
, 57
61 .
154 ,
57 72
. 649
, 55
x
Rp Rp
Rp
Adapun hasil perhitungan yang lain untuk tiap produk dan periode dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.28 Perbandingan Kalkulasi Biaya HPP untuk Gelang HTT
Bulan HPP
Konvensional HPP ABC
Selisih Distorsi
Keterangan Januari
Rp 57,154.61 Rp 55,649.72
- 1,504.89 -2.63
Overcosting Februari
Rp 58,564.72 Rp 58,815.99
251.27 0.42
Undercosting
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Maret Rp 55,003.49
Rp 53,252.07 -1,751.42
-3.18
Overcosting
April Rp 57,623.64
Rp 54,943.56 -2,680.08
-4.65
Overcosting
Mei Rp 59,437.15
Rp 57,839.78 -1,597.37
-2.68
Overcosting
Juni Rp 58,741.53
Rp 56,907.94 -1,833.59
-3.12
Overcosting
Total Rp 346,525.14
Rp 337,409.06 -9,116.08
-2.63
Overcosting
Tabel 4.29 Perbandingan Kalkulasi Biaya HPP untuk KM
Tabel 4.30 Perbandingan Kalkulasi Biaya HPP untuk VGE
Bulan HPP
Konvensional HPP ABC
Selisih Distorsi
Keterangan Januari
Rp 71,732.90 Rp 71,843.68
110.78 0.15
Undercosting Februari
Rp 73,143.01 Rp 71,972.92
-1,170.09 -1.60 Overcosting Maret
Rp 69,581.78 Rp 67,919.41
-1,662.37 -2.38 Overcosting April
Rp 72,201.93 Rp 70,074.37
-2,127.56 -2.94 Overcosting Mei
Rp 74,015.44 Rp 72,451.06
-1,564.38 -2.11 Overcosting Juni
Rp 73,319.82 Rp 71,621.11
-1,69871 -2.31 Overcosting Total
Rp 433,994.88 Rp 425,882.55
-8,112.33 -1.86 Overcosting
Tabel 4.31 Perbandingan Kalkulasi Biaya HPP untuk MAR
Bulan HPP
Konvensional HPP ABC
Selisih Distorsi
Keterangan Januari
Rp 82,851.93 Rp 81,388.12
-1,463.81 -1.76
Overcosting Februari
Rp 84,262.04 Rp 83,008.33
-1,253.71 -1,48 Overcosting Maret
Rp 80,700.81 Rp 78,992.41
-1,708.40 -2.11 Overcosting April
Rp 83,320.96 Rp 81,149.33
-2,171.63 -2.60 Overcosting Mei
Rp 85,134.17 Rp 85,719.99
585.82 0.68 Undercosting Juni
Rp 84,438.85 Rp 84,646.68
207.83 0.24 Undercosting Total
Rp 500,708.76 RP 494,904.86
-5,803.90 -1.159 Overcosting Bulan
HPP Konvensional
HPP ABC Selisih
Distorsi Keterangan
Januari Rp 62,392.91
Rp 60,953.26 -1,439.65
-2.30 Overcosting
Februari Rp 63,803.02
Rp 62,577.56 -1,225.46 -1.92 Overcosting
Maret Rp 60,241.79
Rp 58,547.93 -1,693.86 -2.81 Overcosting
April Rp 62,861.94
Rp 60,273.29 -2,588.65 -4.11 Overcosting
Mei Rp 64,675.45
Rp 63,063.46 -1,611.99 -2,493 Overcosting
Juni Rp 62,392.91
Rp 63,155.79 762.88 1.22 Undercosting
Total Rp 376,368.02
Rp 368,571.29 -7,796.73 -2.07 Overcosting
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4.3 Analisa dan Pembahasan
Dari hasil pengolahan data untuk menentukan harga pokok produksi dengan menggunakan metode konvensional dan metode ABC Activity Based
Costing didapatkan perbandingan biaya harga pokok produksi yang berbeda. Dengan metode konvensional perusahaan telah menentukan harga pokok produksi
yang berlebihan overcosting dan juga kekurangan undercosting. Adapun harga pokok produksi untuk produk HTT , KM , VGE dan MAR bulan Januari hingga
Juni 2011 ada yang berlebihan berlebihan dalam menentukan harga overcosting dan ada juga yang mengalami kekurangan penentuan harga undercosting.
Kesalahan dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi akan memberikan dampak negatif bagi perusahaan. Untuk produk yang overcosting
akan menyebabkan produk kalah bersaing dalam masalah harga di pasaran dengan produk yang sejenis dari perusahaan lain, sehingga permintaan semakin kecil dan
susah untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Sebaliknya pada produk yang cenderung undercosting, maka perusahaan akan merugi karena harga pokok
produksinya lebih rendah dari harga pokok produksi yang sebenarnya. Hal ini akan mengurangi laba yang akan diperoleh oleh produk tersebut.
Penetapan harga pokok produksi dengan menggunakan metode Activity Based Costing pada kenyataannya lebih akurat dan jelas dari pada biaya
konvensional tradisional. Hal ini disebabkan sistem ABC memisahkan biaya overhead kedalam kelompok-kelompok biaya dengan pemacu biaya cost driver
yang berbeda sebagai dasar untuk mengidentifikasikan dan mengalokasikan biaya ke tiap-tiap aktivitas dan kemudian ke masing-masing produk.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.