Modul PLPG PTK Kimia 36
keaktifan belajar siswa dan interaksi siswa dalam kerja kelompok. Juga akan dikaji tentang kualitas hasil yaitu prestasi belajar siswa pada materi Koloid dengan
menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning metode STAD disertai media VCD
D. Perumusan Masalah
Masalah yang akan dicari penyelesaiannya dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Apakah penggunaan model pembelajaran Cooperative Learning metode STAD disertai media VCD dapat meningkatkan kualitas proses meliputi
keaktifan siswa dan interaksi dalam kerja kelompok pada siswa kelas XI SMA Al Muayyad dalam mempelajari materi Koloid ?
b. Apakah penggunaan model pembelajaran Cooperative Learning metode STAD disertai media VCD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI
SMA Al Muayyad dalam mempelajari materi Koloid ?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, dapat dirumuskan tujuan penelitian ini adalah :
a. Penggunaan model pembelajaran Cooperative Learning metode STAD
disertai media VCD dapat meningkatkan kualitas proses meliputi keaktifan siswa dan interaksi dalam kerja kelompok pada siswa kelas XI SMA Al
Muayyad dalam mempelajari materi Koloid.
b. Penggunaan model pembelajaran Cooperative Learning metode STAD disertai media VCD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI SMA
Al Muayyad dalam mempelajari materi Koloid.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan mempunyai kontribusi relatif besar bagi guru di sekolah, pengembang, dan lembaga khususnya Program Studi Pendidikan
Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Kontribusi pada masing-masing komponen dapat dijelaskan sebagai berikut :
Modul PLPG PTK Kimia 37
c. Bagi Peserta Didik Pengembangan inovasi pembelajaran yang akan dilakukan akan bermanfaat
bagi peserta didik dalam beberapa hal, diantaranya : peningkatan teknik belajar peserta didik secara kooperatif, saling bekerja sama dan memiliki rasa
ketergantungan positif positive interdependence serta meningkatkan semangat dan motivasi peserta didik dalam belajar karena menerima teknik pembelajaran
yang baru.
d. Bagi Guru Pembelajaran konstruktivistik dengan model pembelajaran Cooperative
Learning metode STAD disertai media VCD merupakan hal baru yang belum umum dilakukan oleh guru di sekolah. Sehingga penelitian ini akan dapat
memberikan pengalaman langsung pada guru-guru kimia yang terlibat sehingga memperoleh pengalaman baru untuk menerapkan metode baru dalam
pembelajaran. Sehingga permasalahan rendahnya kualitas proses dan hasil belajar kimia dapat teratasi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Tinjauan Pustaka 1. Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Selama ini proses pembelajaran kimia yang dilakukan oleh para guru kimia umumnya dan guru kimia di SMA Al Muayyad khususnya masih
didominasi oleh kegiatan ceramah yang dilanjutkan dengan latihan soal-soal. Pada pembelajaran ini, guru menjelaskan konsep-konsep kimia secara rinci dengan
menulis di papan tulis, dan setelah guru selesai menjelaskan siswa mencatat apa yang dijelaskan oleh guru. Setelah itu guru memberikan contoh-contoh soal untuk
dikerjakan bersama-sama lebih banyak dikerjakan guru sendiri. Selanjutnya setelah selesai latihan soal yang dikerjakan, guru memerintahkan siswa untuk
mengerjakan soal-soal latihan yang ada pada akhir bab dari buku. Pembelajaran yang umum dilakukan seperti ini hanya mendorong siswa untuk sekedar
Modul PLPG PTK Kimia 38
menghafal konsep yang diberikan guru. Dan ketika diadakan ulangan harian hafalan ini dengan mudah hilang, sehingga prestasi siswapun menjadi rendah.
Dalam teori konstruktivisme, peserta didik harus menemukan sendiri dan memecahkan informasi baru dengan aturan lama dan merevisinya apabila aturan
itu tidak sesuai lagi. Hal ini sangat mutlak diperlukan dalam pembelajaran kimia yang memiliki sifat dinamis. Menurut Van Glaser dalam Paul 1996 dikatakan
bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan realitas, pengetahuan ini dibentuk oleh struktur konsepsi seseorang sewaktu ia berinteraksi dengan
lingkungannya. Pandangan konstruktivisme menyatakan bahwa peserta didik diberi kesempatan agar menggunakan suatu teknik sendiri dalam belajar secara
sadar dan pendidik dalam hal ini membimbing peserta didik ke tingkat pengetahuan ke arah yang lebih tinggi Daiute dalam Strommen,2003. Dengan
demikian agar peserta didik benar-benar memahami materi, mereka harus bekerja sama untuk memecahkan masalah dan kesulitan yang ada dengan ide-ide dan
kemampuannya.
Ide pokok pada teori konstruktivisme adalah peserta didik secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri. Pembelajaran merupakan kerja mental
aktif, dan bukanlah menerima pelajaran secara pasif. Dalam kerja mental peserta didik ini, pendidik memegang peranan penting dengan cara memberi dukungan,
tantangan berfikir, namun dalam hal ini peserta didik tetap merupakan kunci pembelajaran. Menurut Kamii dalam Dahar 1989 bahwa prinsip yang paling
umum dan esensial yang dapat diturunkan dari konstruktivisme adalah bahwa siswa memperoleh banyak pengetahuan di luar sekolah dan pendidikan
seharusnya memperhatikan hal itu dan menunjang proses alamiah itu.
Pendekatan dalam pembelajaran konstruktivisme dapat menggunakan pembelajaran secara kooperatif ekstensif. Menurut teori ini peserta didik akan
lebih mudah menemukan dan mengerti akan konsep-konsep yang sulit jika mereka dapat membicarakan dan mendiskusikan masalah tersebut dengan
temannya. Peserta didik secara rutin bekerja dalam kelompok yang terdiri dari sekitar empat orang untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah.
Dalam hal ini penekanannya pada aspek sosial dalam pembelajaran dan penggunaan kelompok-kelompok yang sederajat untuk menghasilkan pemikiran
Modul PLPG PTK Kimia 39
dan tantangan miskonsepsi peserta didik sebagai unsur kuncinya. Pada sistem pengajaran ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama
dengan temannya dalam tugas-tugas terstruktur dan inilah yang disebut dengan pengajaran gotong-royong atau Cooperative Learning Slavin R.E, 1995.
Pembelajaran ini bisa menimbulkan keagresifan dalam sistem kompetisi dan hilangnya keterasingan individu tanpa mengorbankan aspek kognitif.
Pada prakteknya pembelajaran seperti ini juga membutuhkan lingkungan belajar yang konstruktivis. Model desain lingkungan belajar konstruktivistik
Jonassen dalam Reigeluth Ed, 1999 terdiri dari pemberian masalah konteks, representasi, manipulasi ruang, kasus-kasus berhubungan, sumber-sumber
informasi, cognitive tool, pemodelan yang dinamis, percakapan dan kolaborasi, dan dukungan kontekstual. Penciptaan lingkungan konstruktivistik dapat
dilakukan melalui penerapan model pembelajaran berorientasi konstruktivistik oleh guru, penyediaan bahan ajar yang dapat mendorong siswa belajar, atau
penciptaan kondisi sekolah yang kondusif untuk belajar. Terdapat beberapa model pembelajaran berorientasi konstruktivistik yang dapat diterapkan oleh guru seperti
pembelajaran kooperatif, siklus belajar learning cycle, problem posing, problem solving, pembelajaran berbasis masalah, peta konsep dan lain-lain. Model-model
tersebut menyediakan lingkungan yang dapat mendorong siswa belajar stimulate to learning sehingga pembelajaran di sekolah berpusat pada siswa student
centered. Pada pengembangan ini, pemecahan masalah rendahnya kualitas proses pembelajaran kimia di SMA Al Muayyad Surakarta pembelajaran masih berpusat
pada guru, kurang aktifnya siswa, dan prestasi belajar yang rendah akan digunakan model peta konsep dan penerapan teknik Cooperative Learning model
STAD dengan pengembangan teknik collective responsibility.
2. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivisme sosiologis. Pada pembelajaran kooperatif
diyakini bahwa keberhasilan peserta didik tercapai jika setiap anggota kelompoknya berhasil. Sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan pada
anak didik untuk bekerja sama dengan temannya dalam tugas-tugas terstruktur
Modul PLPG PTK Kimia 40
disebt dengan sistem gotong royong atau cooperative learning Lie dalam Paul Suparno, 1997.
Sistem pembelajaran kooperatif dapat dibuat model-model tertentu antara lain :
1. Student Teams Achievement Divisions STAD 2. Teams Games Tournaments STAD
3. Team Assisted Individualization TAI 4. Cooperative Integrated Reading and Composition CIRC
Menurut Slavin 1995 keberhasilan dari proses belajar kooperatif adalah karena adanya lima prinsip yaitu :
1. Adanya sumbangan dari ketua kelompok Tugas dari ketua kelompok adalah memberikan sumbangan
pengetahuannya untuk anggota kelompoknya, karena ketua kelompok dianggap berkemampuan lebih dibandingkan dengan anggota yang lain. Anggota
diharapkan memperhatikan, mempelajari informasi yang diberikan ketua kelompok.
2. Heterogenitas kelompok
Kelompok belajar lebih efektif bila mempunyai anggota kelompok yang heterogen, baik dari jenis kelamin, latar belakang sosial atau kecerdasan.
3. Ketergantungan pribadi yang positif
Setiap anggota kelompok belajar untuk berkembang dan bekerja sama satu sama lain. Ketergantungan pribadi ini bisa memberikan motivasi bagi setiap
individu karena pada awalnya mereka harus bisa membangun pengetahuan sendiri sebelum mereka bekerja sama dengan temannya.
4. Keterampilan bekerja sama
Dalam proses bekerja sama perlu adanya keterampilan khusus sehingga kelompok tersebut berhasil membawa nama kelompoknya misalnya adanya
komunikasi yang baik antar anggota kelompok. 5. Otonomi kelompok
Setiap kelompok memiliki tujuan agar menjadi yang terbaik jika mereka mengalami kesulitan dalam proses pemecahan masalah maka mereka dapat
bertanya kepada gurunya.
Modul PLPG PTK Kimia 41
3. Cooperative Learning Model STAD Student Teams Achievement Divisions
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yag berdasarkan faham konstruktivisme sosiologis. Pada pembelajaran kooperatif
diyakini bahwa keberhasilan peserta didik tercapai jika setiap anggota kelompoknya berhasil. Sistem pengajaran yang memberikan kesempatan pada
anak didik untuk bekerja sama dengan temannya dalam tugas-tugas terstruktur disebut sebagai sistem gotong royong atau cooperative learning Anita Lie,
2004. Beberapa model cooperative learning yaitu : STAD Student Teams Achievement Divisions, STAD Team Games Tournament, TAI Team Assisted
Individualization, CIRC Cooperative Integrated Reading dan Composition. Model pembelajaran STAD merupakan metode yang berdasar pada teori belajar
konstruktivisme dan berlandaskan pada teori belajar kognitif. Pembelajaran merupakan kerja mental yang aktif dan bukanlah menerima pelajaran secara pasif.
Dalam kerja mental peserta didik ini, pendidik memegang peranan penting dengan cara memberi dukungan, tantangan berpikir namun tetap merupakan kunci
pembelajaran. Menurut teori ini peserta didik akan lebih mudah menemukan dan mengerti akan konsep-konsep yang sulit jika mereka dapat membicarakan dan
mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Rukoyah 2003 menyatakan bahwa model STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Demikian pula penelitian yang
dilakukan Sri Yamtinah 2006 dihasilkan bahwa model STAD yang dikembangkan dengan teknik Collective Responsibility cukup dapat meningkatkan
hasil belajar siswa, namun hasil yang didapatkan masih belum menggembirakan karena siswa masih mengalami kesulitan dalam memberikan penjelasan kepada
teman yang membutuhkan.
Secara umum metode STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu : a. Presentasi Kelas
Tahap awal dalam STAD adalah tahap pengenalan awal dalam presentasi kelas. Presentasi ini bisa dilakukan dengan pengajaran langsung atau pengajaran
diskusi dengan guru, tetapi bisa juga dengan presentasi menggunakan media
Modul PLPG PTK Kimia 42
audiovisual. Presentasi kelas dalam STAD berbeda dengan pembelajaran kelas biasa, karena dalam STAD terdapat penekanan pada materi, karena materi dalam
presentasi kelas ini akan sangat menentukan kesiapan siswa dalam kuis dan menentukan skor individu yang nanti akan berpengaruh pada skor kelompok.
b. Tim kelompok Tim terdiri dari 4-5 siswa yang mewakili bagiannya baik jenis
kelamin,suku,atau etnik dalam kelas untuk menjalankan aktivitas akademik.Fungsi utama dari tim adalah membentuk semua tim agar mengingat
materi yang telah diberikan dan lebih memahami materi yang nantinya digunakan dalam persiapan mengerjakan quis sehingga bisa mengerjakan dengan
baik.Sesudah guru mempresentasikan materi,tim segera mempelajari lembar kerja atau materi lain.Dalam hal ini siswa biasanya menggunakan cara pembelajaran
diskusi tentang masalah-masalah yang ada,membandingkan soal-soal yang ada.Tim merupakan hal yang penting yang perlu ditonjolkan dalam STAD.Dalam
setiap langkah,titik beratnya terletak pada ingatan tim agar bisa bekerja yang terbaik demi timnya dan cara yang terbaik dalam tim adalah dengan adanya kerja
sama yang baik.
c. Kuis Setelah 1-2 periode dari presentasi guru dan 1-2 periode dari ketua
tim,siswa mengerjakan kuis secara individu.Siswa tidak boleh meminta ataupun memberikan bantuan pada siswa lain,hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
pemahaman materi secara individu.
d. Skor Perbaikan Siswa Hal ini dimaksudkan untuk memberikan nilai pada setiap siswa jika
mereka mengerjakan sampai selesai.Beberapa siswa dapat memperoleh nilai maksimal untuk kelompoknya dalam sistem seorang tetapi tidak semua siswa
dapat mengerjakan dengan baik.Masing-masing siswa diberikan skor
cukup yang berasal dari rata-rata siswa pada kuis yang sama.Setelah siswa mendapatkan nilai maka siswa berhak mendapatkan urutan tingkatan nilai dari
skor kuis dan berusaha untuk melampaui skor cukup.
e. Pengakuan Tim
Modul PLPG PTK Kimia 43
Tim mendapat penghargaan jika dapat melampaui kriteria yang telah ditentukan. Skor tim ini akan digunakan untuk menentukan tingkatan pemahaman
siswa Slavin, 1995 : 71-73
4. Media Pembelajaran VCD
Media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima pesan
sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi Arief S. Sadiman,
1996 :5
Media pembelajaran yang tepat dan efektif akan dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran yang efektif. Media pembelajaran yang tepat
adalah media pembelajaran yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Media pembelajaran yang efektif adalah media pembelajaran yang memanfaatkan
semua potensi yang mendorong tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Tingkat keefektifan media pembelajaran dilihat dari tingkat pemahaman siswa yang
diperoleh setelah proses belajar mengajar.
Secara umum , media pembelajaran mempunyai kegunaan : 1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistik, mengatasi
keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera 2. Dengan menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat
diatasi sikap pasif siswa. 3. Dengan sifat unik pada tiap siswa serta lingkungan dan pengalaman yang
berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pembelajaran ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana
semuanya itu harus diatasi sendiri.
Zaenal Abidin 1997 : 26-27 mengklasifikasikan media pembelajaran berdasarkan bentuknya yaitu :
1. Media pandang visual media yaitu media yang dapat dilihat, misalnya foto,
OHP, grafik, benda nyata. 2. Media dengar audio media yaitu media untuk didengar suaranya, misalnya
tape recorder, radio, telepon.
Modul PLPG PTK Kimia 44
Media Video Compact Disk VCD adalah media audiovisual yang merupakan perkembangan teknologi dari media video dan termasuk salah satu
media yang lengkap, yaitu menggunakan kemampuan audio suara, visual gambar dan mempunyai kegunaan untuk mengatasi hambatan dalam
berkomunikasi , keterbatasan fisik dalam kelas, sikap pasif siswa serta menyatukan pengamatan siswa.
Media VCD adalah bagian dari media audio visual yang secara keseluruhan adalah penyalur pesan yang dapat ditampilkan lewat suara dan
gambar. Dalam media audiovisual lebih condong didominasi dengan teori realisme. Lebih banyak sifat bahan audiovisual yang realistis maka makin
memudahkan pengajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
B. Kerangka Berpikir