BAGIAN INTI Latar Belakang Masalah

Modul PLPG PTK Kimia 28 BAB V PENYUSUNAN LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS Kompetensi Dasar : Menuliskan laporan penelitian tindakan kelas Indikator Kompetensi : 1. Menyusun laporan hasil penelitian tindakan kelas 2. Mendiseminasikan laporan hasil PTK Materi : Laporan penelitian tindakan kelas terdiri dari 3 bagian yaitu bagian pembuka, bagian isi, dan bagian penunjang. Adapun secara rinci format penulisan laporan adalah sebagai berikut : A. BAGIAN PEMBUKA 1. Halaman Judul 2. Halaman Pengesahan 3. Kata Pengantar 4. Daftar Isi 5. Daftar Tabel bila ada 6. Daftar Gambar bila ada 7. Daftar Lampiran 8. Abstrak atau ringkasan

B. BAGIAN INTI

Bab I. Pendahuluan isi lengkap seperti pada proposal Bab II. Kajian Teori dan Pengajuan Hipotesis isi lengkap seperti pada proposal Bab III. Metodologi Penelitian isi lengkap seperti pada proposal Bab IV. Hasil Tindakan dan Pembahasan A. Deskripsi Kondisi Awal B. Deskripsi Siklus I 1. Perencanaan 2. Tindakan 3. Observasi 4. Refleksi C. Deskripsi Siklus II seperti deskripsi siklus I D. Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus E. Hasil Penelitian Modul PLPG PTK Kimia 29 BAB V. PENUTUP A. Simpulan B. ImplikasiRekomendasi C. Saran

C. BAGIAN PENUNJANG 1. DAFTAR PUSTAKA

2. LAMPIRAN-LAMPIRAN Penjelasan bab IV dan V sebagai berikut : HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kondisi Awal Pada bagian ini dideskripsikan semua hasil pengamatan dari kondisi awal sebelum tindakan. Deskripsi dapat disajikan pula dalam bentuk tabledaftar, maupun dalam grafikdiagram. B. Deskripsi Hasil Siklus I 1. Perencanaan Tindakan Pada bagian ini dituliskan seluruh kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam mempersiapkan tindakan pada pembelajaran, misalnya penyusunan perangkat pembelajaran, media pembelajaran dan asesmen pembelajaran. 2. Pelaksanaan Tindakan Uraian pada pelaksanaan tindakan berisi kegiatan-kegiatan yang berlangsung pada saat tindakan dilaksanakan. Pada bagian ini jika memungkinkan disajikan foto kegiatan pada saat proses tindakan. Uraian kegiatan hendaknya terperinci mulai dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir dari proses pembelajaran tersebut. 3. Hasil Observasi Hasil pengamatan dari rekan sejawat yang bertindak sebagai observer disajikan pada bagian ini. Uraian hasil observasi didasarkan pada poin- poin pedoman observasi yang telah disiapkan di awal. Selain memaparkan hasil observasi dengan data kualitatif, disajikan pula hasil pengamatan berupa nilai hasil tes siklus I. 4. Refleksi Uraian refleksi didasarkan pada hasil observasi, yang membandingkan antara hasil yang diperoleh dengan targetindicator kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga dapat disimpulkan apakah tindakan yang Modul PLPG PTK Kimia 30 dilakukan pada siklus I dapat dianggap berhasil ataukah masih harus dilanjutkan pada siklus II. Pada refleksi inilah akan dapat dilaporkan keunggulan-keunggulan yang ada pada pelaksanaan siklus I juga kelemahan-kelemahan yang ditemukan. Jika ternyata siklus I belum dianggap berhasil karena belum dapat mencapai target yang ditetapkan, maka untuk memasuki siklus II, peneliti harus mencermati kelebihan dan kelemahan pelaksanaan tindakan siklus I. C. Deskripsi Hasil Siklus II uraian sama dengan deskripsi hasil siklus I D. Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus Pada bagian ini dibahas mengenai kondisi awal, pelaksanaan tindakan siklus I, siklus II dan seterusnya. Juga dibahas hasil observasi pada kondisi awal, siklus I, siklus II dan seterusnya. Secara empirik kebenaran diperoleh dari hasil analisis data yang diperoleh dari bab II dan bab IV, sehingga hasil penelitian pada bab IV ini merupakan kebenaran empirik. PENUTUP A. Simpulan Merupakan sintesis dari temuan-temuan penelitian, bersifat terpadu dan menyeluruh, mengemukakan seluruh hasil penelitian sebagai kesatuan yang utuh dari data yang bersifat terpisah. Simpulan ini harus menjawab rumusan masalah yang ada pada bab I. B. Implikasi Diuraikan dampak teoritis dan praktis yang dapat diperoleh dari temuan penelitian yang telah dilakukan, sehingga dapat digunakan sebagai bagian penyusunan kebijakan. Implikasi ini lebih condong pada saran penerapan. C. Saran Dengan berdasarkan simpulan yang telah diperoleh, peneliti dapat memberikan saran untuk pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penelitian tindakan kelas. SOAL LATIHAN : 1. Susunlah laporan penelitian yang telah Anda lakukan Modul PLPG PTK Kimia 31 2. Buatlah rancangan diseminasi pada sasaran yang tepat dan alasan rasional mengapa dipilih kelompok sasaran tersebut Modul PLPG PTK Kimia 32 DAFTAR PUSTAKA Herawati Susilo, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas: Sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru dan Calon Guru. Malang: UM. Hopkins, D. 1993. A Teacher s Guide to Classroom Research, Buckingham: Open University Press. IGAK. Wardani, Kuswaya Wihardit, dan Noehi Nasution. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. I Wayan Santyasa. 2009. Metodologi Penelitian Tindakan Kelas. Makalah. Singaraja: UNDHIKSA. Kemmis, S. dan McTaggart, R. 1983. The Action Research Planner, Third Edition. Victoria: Deakin University. McNiff, J. 1991. Action Research: Principles and Practice. London: McMillan. Rochiati Wiriaatmadja. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas: Untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Program Pascasarjana UPI dan PT. Remaja Rosdakarya. Sri Yamtinah, dkk. 2008. Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Hidrokarbon melalui Penerapan Model Kooperatif Metode TGT Dilengkapi Media Kartu Huruf pada Siswa Kelas X SMA Al Muayyad. Laporan Penelitian tidak dipublikasikan. Sukardi. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara. Tim Pelatih Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas Action Research, Jakarta: Ditjen Dikti, Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah Secondary School Teacher Development Project. Modul PLPG PTK Kimia 33 CONTOH PROPOSAL PTK

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada tahun pelajaran 20072008 mata pelajaran kimia menjadi salah satu dari 6 enam mata pelajaran yang masuk dalam daftar Ujian Nasional. Ini tentunya menjadi tantangan baru bagi para guru kimia, padahal mata pelajaran kimia selama ini dianggap sebagai mata pelajaran sulit bagi siswa. Hal ini disebabkan karena sebagian besar materi ilmu kimia merupakan konsep-konsep yang abstrak, sehingga tidak mudah bagi guru untuk membuat siswa memahami konsep - konsep kimia dengan segera. Belum lagi bagi guru yang mengajar di sekolah yang belum memiliki fasilitas laboratorium dan media-media pembelajaran, tentunya akan sangat sulit mengajarkan konsep-konsep kimia. Di samping itu guru juga dihadapkan pada keterbatasan waktu, di mana alokasi jam pelajaran kimia hanya 2 jam pelajaran per minggu meskipun beberapa sekolah menambah menjadi 3 jam pelajaran per minggu dengan beban materi yang cukup banyak sesuai dengan Standar Isi yang telah ditetapkan pemerintah. Para guru sering berdiskusi utuk mencari strategi pembelajaran yang memudahkan penanaman konsep pada siswa. Di SMA Al Muayyad Surakarta, pembelajaran kimia yang dilakukan masih didominasi dengan metode ceramah, dilanjutkan dengan contoh soal dan diakhiri dengan latihan soal yang harus dikerjakan siswa secara mandiri. Belum nampak adanya variasi metode pembelajaran maupun inovasi-inovasi dalam metode maupun media pembelajaran. Pada saat guru sedang mengajarkan materi redoks, guru mengajar dengan metode ceramah disertai contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari. Hampir tidak ada siswa yang bertanya ketika dijelaskan oleh guru meskipun guru memberi kesempatan, akan tetapi pada saat ulangan harian persentase siswa yang mencapai batas ketuntasan nilai 60 tidak lebih dari 55, itupun dengan perolehan nilai yang tidak bisa dikatakan bagus, karena rerata nilai mereka yang mencapai ketuntasan belajar hanya 62,5. Ini berarti sekitar 45 siswa masih belum memahami konsep dengan baik. Modul PLPG PTK Kimia 34 Guru mencoba untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi di kelas, didapatkan bahwa di samping hasil belajar yang rendah, masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran adalah kurang aktifnya siswa di kelas, siswa dalam keadaan lelah dan mengantuk, dan beberapa siswa sering absen. Sebagai gambaran, bahwa SMA Al Muayyad adalah lembaga pendidikan yang bernaung di bawah payung Pondok Pesantren. Pendidikan di pondok pesantren Al Muayyad ini menerapkan 3 jenis kurikulum , yaitu kurikulum sekolah SMA , kurikulum madrasah, dan kurikulum pondok. Seluruh siswa diwajibkan untuk menempuh 3 kurikulum ini sekaligus. Dengan demikian siswa tidak mempunyai waktu istirahat yang cukup, apalagi waktu untuk belajar mandiri. Sehingga waktu tatap muka dengan gurulah satu-satunya kesempatan bagi siswa untuk belajar. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru-guru di SMA Al Muayyad terutama guru- guru mata pelajaran MIPA, jika guru hanya menerapkan metode ceramah di kelas siswa tidak akan bisa belajar dengan baik. Dari yang dilakukan selama ini guru cenderung menyampaikan informasi transfer of knowledge sehingga kegiatan siswa lebih banyak mencatat dan menghafal. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru belum dapat menuntun siswa menemukan konsep yang dipelajari tetapi masih terbatas pada penyelesaian soal-soal yang ada pada buku. Untuk memperbaiki kualitas proses belajar kimia di kelas itu, perlu dicari suatu metode yang dapat membuat suasana bahwa siswa tidak malas tetapi aktif mempelajari ilmu kimia. Paradigma pembelajaran bergeser dari Behavioristik ke arah Konstruktivisme. Dengan pendekatan konstruktivisme, siswa belajar untuk mengkonstruk sendiri pengetahuannya, dengan bantuan guru sebagai fasilitator. Salah satu model pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivis adalah pembelajaran kooperatif. Dengan pembelajaran kooperatif siswa diharapkan dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran, bekerja sama antar teman, sehingga dapat meningkatkan kualitas proses maupun prestasi belajar siswa. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan yang termasuk ke dalam model kooperatif adalah metode STAD. Materi koloid merupakan salah satu materi di kelas XI IPA yang selama ini hanya diajarkan dengan metode ceramah, sehingga hasilnya kurang Modul PLPG PTK Kimia 35 memuaskan, baik dalam hal kualitas proses maupun prestasi siswa. Kurangnya fasilitas sarana bahan-bahan kimia menyebabkan materi pembuatan koloid hanya disampaikan dengan metode ceramah sehingga siswa tidak melakukan secara langsung pembuatan koloid. Dengan demikian perlu dicari media yang dapat digunakan untuk mengatasinya. Oleh karena materi pembuatan koloid ini akan lebih baik jika pembelajaran diberikan secara visual, maka pembelajaran akan diberikan dengan media VCD. Dengan demikian penelitian ini akan berusaha memecahkan masalah tentang masih rendahnya kualitas proses dan prestasi belajar kimia pada materi koloid di SMA Al Muayyad dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model STAD disertai media VCD.

B. Identifikasi Masalah