Materi PTK PLPG SLB

(1)

MODUL

PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU

(PLPG)

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

SEKOLAH LUAR BIASA

Oleh :

Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd

PANITIA SERTIFIKASI GURU RAYON 113

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga revisi buku ajar ini dapat terlaksana dengan baik

Revisi buku ajar ini mencakup substansi maupun teknik penyajian. Berkaitan dengan substansi, dalam edisi revisi ini ditambahkan beberapa bahasan yang pada edisi pertama belum dikemukakan. Hal itu dimaksudkan agar peserta PLG memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang lebih baik berkenaan materi pendidikan dan latihan (diklat). Sementara itu, bertalian dengan teknik penyajian, pada edisi ini ditambahkan tugasa dan latihan yang disajikan secara terintegrasi dalam materi diktat. Melalui pengerjaan tugas dan latihan itu diharapkan peserta PLPG betul-betul akan adapat memeliki kompetensi yang diharapkan.

Penulisan dan perevisian buku ajar ini dapat terlaksana dengan baik berkat kerja keras penulis dan partisipasi dari berbagai pihak. Berkenaan dengan itu, penulis ini mengucapkan terima kasih kepada Dekan FKP Universitas Sebelas Maret yang sekaligus selaku Ketua Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 yang telah mempercayakan penulisan materi Penelitian Tindakan Kelas ini dan rekan-rekan Panitia Sertifikasi Guru atas kebersamaannya sehingga sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dapat menyelesaikan tugas penyiapan buku ajar ini.

Apabila dalam buku ajar ini masih banyak kekurangan dan kesalahan penulis benar-benar mengakuinya. Oleh karena itu, kritik konstruktif demi perbaikan buku ajar ini sangat diharapkan. Semua jenis bantuan dan kritikan konstruktif dari berbagai pihak (termasuk yang belum tersebutkan di atas) memberikan andil dalam penulisan dan penyelsaian buku ajar ini. Semoga segala bantuan dan pengorbanan itu menjadi amal baik dan dilimpahkan rahmat Allah SWT. Semoga dapat bermanfaat. Amin.


(3)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI... iii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. TUJUAN ... 1

B. Manfaat ... 2

C. Strategi ... 2

D. Hasil yang Diharapkan... 3

BAB II MATERI PELATIHAN ... 4

A. Ihwal Penelitian Tindakan Kelas ... 4

B. Tahapan dalam Penelitian Tindakan Kelas... 16

C. Penyusunan proposal Penelitian... 28


(4)

BAB I

PENDAHULUAN A. TUJUAN

Setelah mempelajari bahan pelatihan ini, Anda diharapkan dapat memiliki kompetensi sebagai berikut:

1. menjelaskan ihwal PTK:

a. menjelaskna konsep dasar PTK

b. membedakan antar PTK dan penelitian formal c. menjelaskan karakteristik PTK

d. menjelaskan tujuan PTK e. menjelaskan manfaat PTK f. menjelaskan prinsip PTK g. menjelaskan objek PTK h. menjelaskan persyaratan PTK 2. menjelaskan tahapan dalam PTK:

a. mengidentifikasi permasalahn PTK b. merumuskan masalah PTK

c. merencanakan tindakan perbaikan sesuai masalah penelitian d. menjelaskna tahap pelaksanaan PTK

e. menjelaskan observasi-interpretasi dalam PTK f. melakukan analisis dan refleksi

g. membuat perencanaan tindak lanjut 3. mampu menyusun proposal PTK:

a. menjelaskan format proposal PTK b. menyusun proposal PTK

c. melakukan evaluasi terhadap program PTK 4. mampu menyusun laporan PTK:

a. menjelaskan format penyusunan PTK b. menyusun laporan PTK

5. mampu menulis artikel ilmiah:


(5)

b. menjelaskan ciri-ciri karya tulis ilmiah

c. menyebutkan komponen-komponen artikel ilmiah d. menyusun artikel ilmiah

B. Manfaat

Dengan mempelajaru bahan penelitian ini, Anda akan memperoleh manfaat sebagai berikut:

1. meningkatnya pengetahuan atau wawasan baru dalam upaya memperbaiki praksis pembelajaran melalui PTK

2. meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan untuk makin meningkatkan profesionalitas Anda sebagai guru

3. meningkatnya kepekaan Anda dalam menemukenali permasalahan pembelajaran

4. meningkatnya kemampuan Anda dalam memilih dan menentukan tindakan pemecahan terhadap permasalahan pembelajaran

5. meningkatnya kolaborasi Anda dengan teman sejawat, kepala sekolah, atau dengan dosen LPTK

6. meningkatnya kemampuan Anda dalam menyusun proposal penelitian 7. meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan Anda dalam melaksanakan

PTK

8. meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan Anda dalam menyusun laporan PTK

9. meningkatnya pengetahuan Anda tentang artikel ilmiah

10. meningkatnya kemampuan Anda dalam menyusun artikel ilmiah.

C. Strategi

Agar dapat mempelajari pelatihan ini secara baik, siapkanlah diri Anda sebagai peserta yang selalu ingin tahu, terlebih PTK ini sangat bermanfaat bagi Anda sebagai guru. Semangat dan motivasi Anda dalam mempelajari materi pelatihan ini sangat membentu Anda untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan yang Anda butuhkan. Baik, fokuskan perhatian Anda, pelajari


(6)

dengan sungguh-sungguh dan berlatihlah dengan penuh semangat niscaya Anda akan mampu menguasai PTK ini dengan baik.

D. Hasil yang Diharapkan

Dengan mempelajari buku ajar ini, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan Anda tentang PTK. Anda akan memiliki penguasaan tentang konsep dasar, karakteristik, prinsip-prinsip, prosedur, penyusunan proposal, dan pembuatan laporan PTK. Anda diharapkan pula memiliki minat yang tinggi untuk melakukan PTK dalam upaya memecahkan berbagai permasalahan pembelajaran, meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran, dan meningkatkan kinerja Anda sebagai seorang guru.


(7)

BAB II

MATERI PELATIHAN A. Ihwal Penelitian Tindakan Kelas

Diamanatkan dalam UU No. 14 Th. 2005 tentang Guru dan Dosen bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik (Pasal 1). Ditegaskan pula bahwa guru berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional (Pasal 4).

Mengacu pada isi UU No. 14 Tahun 2005 di atas sangat jelas bahwa guru merupakan komponen yang sangan penting dalam pendidikan. Guru, menurut Suwandi (2003a, 2003d, 2004), merupakan variabel determinan bagi keberhasilan proses pembelajaran di sekolah. Barangkali anda bisa bersetuju bahwa siswa-siswa yang berprestasi pada umumnya memiliki akses untuk berkembang dengan lebih baik di bawah bimbingan guru-guru yang profesional serta memiliki kemampuan intelektual dan kreativitas yang tinggi.

Berkenaan dengan permasalahan di atas guru memiliki tanggung jawab untuk mengurangi dan bahkan memcahkan masalah tersebut. Guru hendaknya berupaya untuk mencari jalan keluar atas permasalahan yang ada. Kesadaran atas tanggung jawab itu diharapkan dimiliki oleh guru karena pada hakikatnya tidak ada seorang pun dari guru yang menginginkan siswanya gagal dalam belajar. Guru tentu mengharapkan agar para peserta didiknya dapat belajar secara optimal.

Pelaksanaan PTK oleh guru sejalan pula dengan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). Pendekatan MPMBS menitikberatkan pada upaya perbaikan mutu yang inisiatif datang dari motivasi internal tenaga kependidikan itu sendiri (an effort to internally initiate endeavors for quality improvement).


(8)

1. Konsep Dasar PTK

Menurut John Eliot (dalam Hopkins, 1993), penelitian tindakan adalah suatu kajian tentang situasi sosial dengan tujuan memperbaiki mutu tindakan dalam situasi sosial tersebut. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk memperoleh penelitian praktis dalam situasi konkrit. Oleh sebab itu, kesahihan teori atau hipotesis tidak terlalu bergantung pada tes kebenaran ilmiah, melainkan pada manfaatnya dalam membantu masyarakat agar mereka dapar berperilaku secara lebih cerdas dan terampil. Teori divalidasi melalui tindakan praktis.

Untuk mengetahui konsep penelitian tindakan kelas (PTK)-yang di dalam bahasa Inggris disebut classroom action research (CAR)-secara jelas perlu dikemukakan sejumlah batasan tentang penelitian tersebut. Dave Ebbutt, sebagaimana dikutip Hopkins (1993), menyatakan bahwa penelitian tindakan adalah kajian sistematik tentang upaya meningkatkan mutu praktik pendidikan oleh sekelompok masyarakat melalui refleksi atas hasil tindakan tersebut.

Sementara itu, menurut Kemmis dan Mc.Tanggart (dalam Soly Abimanyu, 1995), penelitian tindakan adalah studi yang dilakukan untuk memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja sendiri, tetapi dilakasanakan secara istematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri. Sebagai bentuk penelitian praktis, dalam bidang pendidikan, penelitian tindakan ini mengacu pada apa yang dilakukan guru untuk memperbaiki proses pengajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Penelitian ini dapat dilakukan guru secara perorangan untuk kepentingan perbaikan pengajarannya di kelas atau dilakukan oleh sekelompok atau seluruh guru untuk memperbaiki keadaan di sekolah tersebut.

Suharsimi Arikunto (2006) menjelaskan frasa penelitian tindakan kelas dari unsur kata pembentuknya, yakni penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian mengacu pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara atau aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan mengacu pada suatu


(9)

gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian tindakan kelas tindakan itu berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa. Kelas mengacu pada pengertiannya yang tidak terikat pada ruang kelas, tetapi pada pengertian yang lebih spesifik. Istilah kelas mengacu pada sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama. Kelas bukan wujud ruang, tetapi sekelompok peserta didik yang sedang belajar. Dengan demikian, penelitian tindakan kelas dapat dilakukan tidak hanya di ruang kelas, tetapi di mana saja tempatnya, yang penting ada sekelompok anak belajar. Pembelajaran dapat terjadi di laboratorim, di perpustakaan, di lapangan olahraga, di tempat kunjungan, atau tempat lain.

Dengan menggabungkan batasan pengertian ketiga kata tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan guru yang dilakukan oleh siswa.

Dari pengertian di atas dapat dinyatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang bersifat reflektif. Kegiatan penelitian berangkat dari permasalahan riil yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar, kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalahnya dan ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan nyata yang terencana dan terukur. Hal penting dalam PTK adalah tindakan nyata (action)yang dilakukan guru (dan bersama pihak lain) untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar. Tindakan itu harus direncanakan dengan baik dan dapat diukur tingkat keberhasilannya dalam pemecahan masalah tersebut. Jika ternyata program itu belum dapat memecahkan masalah yang ada, maka perlu dilakukan penelitian siklus berikutnya (siklus kedua) untuk mencoba tindakan lain (alternatif pemecahan yang lain samapai permasalahan dapat diatasi).

Berdasarkan uraian di tas jelaslah dalam kegiatan penelitian tindakan, guru merupakan faktor utama yang harus memainkan perannya secara


(10)

baik. Guru dituntut memiliki kepekaan terhadap setiap permasalahan dalam proses belajar mengajar. Tanpa kepekaan itu guru sulit menemukan permasalahan yang layak untuk diteliti atau diperbaiki. Dan jika itu yang terjadi, maka sulit bagi guru untuk memperbaiki kinerjanya, terlebih memperbaiki sistem yang ada.

2. Perbedaan antara PTK dan Penelitian Formal

Haruslah dibedakan antara penelitian tindakan formal dengan PTK, terutama jika dilihat pada pemetik keuntungan langsungnya (direct beneficiary). Dalam program pelatihan, pemetik keuntungan langsung adalah guru yang dilatih; sedangkan untuk PTK pemetik keuntungan langsung adalah murid. Perbedaan antara PTK dengan penelitian formal, menurut Imam dkk. (2004), dapat dilihat pada Gambar 1.

Dimensi PTK Penelitian Formal

Motivasi Tindakan Kebenaran Sumber masalah Diagnosis status Induksi-deduksi Tujuan Mengembangkan praksis

pembelajaran

Verifikasi dan menemukan pengetahuan yang dapat digeneralisasikan

Keterlibatab peneliti

Oleh pelaku dari dalam Oleh prang luar Sampel Kasus khusus Representatif Metodologi Longgar, tetapi berusaha

objektif

Baku, objektif yang melekat

Tafsiran temuan Memahami praksis melalui refleksi dan penteorian oleh praktisi

Memerikan, mengabstraksikan,

membangun teori oleh ilmuwan

Hasil akhir Pembelajaran yang lebih baik bagi siswa (proses

Menguji pengetahuan, prosedur dan material


(11)

dan produk)

Gambar 1. Perbandingan antara PTK dan Penelitian Formal

3. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Dengan PTK anda berupaya memperbaiki praksis pembelajaran agar menjadi lebih efektif. Oleh karena itu, PTK tidak boleh mengganggu proses belajar mengajar. Guru tidak perlu mengubah jadwal rutin kelas yang sudah direncanakan hanya untuk PTK. Ditegaskan oleh Suyanto (1997), PTK harus sejalan dengan rencana rutin anda sebagai guru. PTK diharapkan tidak membberi beban tambahan yang lebih berat bagi anda. PTK justru dikerjakan terintegrasi dengan kegiatan sehari-hari di kelas.

Menurut Hopkins (1993), PTK memiliki karakteristik sebagai berikut:

(1) perbaikan proses pembelajaran dari dalam (an inquiry om practice from within)

(2) usaha kolaboratif antara guru dan dosen (a collaborative effort between school teacher aducator)

(3) bersifat fleksibel (a reflective practice made public)

Sementara itu menurut Rochman natawidjaya (1997), karakeristik penelitian tindakan kelas sebagai berikut:

(1) merupakan prosedur penelitian di tempat kejadian yang dirancang untuk menanggulangi masalah nyata di tempat yang bersangkutan (2) diterapkan secara kontekstual, artinya variabel-variabel, atau

factor-faktor yang ditelaah selalu terkait dengan keadaan dan suasana penelitian

(3) terarah pada perbaikan peningkatan mutu kinerja guru dikelas (4) bersifat fleksibel (disesuaikan dengan keadaan)

(5) banyak mengandalkan data yangdiperoleh langsung dari pengamatan atas perilaku serta refleksi peneliti

(6) menyerupai penelitian eksperimental , namun tidak secara ketat mempedulikan pengendalian variable


(12)

(7) bersifat situasional dan spesifik, umumnya dilakukan dalam bentuk studi kasus.

4. Tujuan dan Manfaat PTK

Secara umum, menurut Rochman Natawidjaya (1997) tujuan penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:

(1) untuk menanggulangi masalah atau kesulitan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang dihadapi guru dan tenaga pendidikan, terutama yang berkenaan dengan masalah pembelajaran dan pengembangan materi pengajaran

(2) untuk memberikan pedoman bagi guru atau administrator pendidikan di sekolah guna memperbaiki dan meningkatkan mutu kinerja atau mengubah sistem kerjanya agar menjadi lebih baik dan produktif (3) untuk melaksanakan program latihan, terutama pelatihan dalam jabatan

guru, yaitu sebagai salah satu strategi pelatihan yang bersifat inkuiri agar peserta lebih banyak menghayati dan langsung menerapkan hasil pelatihan tersebut

(4) untuk memasukkan unsur-unsur pembaharuan dalam sistem pembelajaran yang sedang berjalan dan sulit untuk ditembus oleh pembaharuan pada umumnya.

(5) untuk membangun dan meningkatkan mutu komunikasi dan interaksi antara praktisi (guru) dengan para peneliti akademis

(6) untuk perbaikan suasan keseluruhan sistem atau masyarakat sekolah, yang melibatkan administrasi pendidikan, guru, siswa, orang tua, dan pihak lain yang bersangkutan dengan pihak sekolah.

Apabila tujuan-tujuan di atas dapat dicapai, maka guru akan memperoleh sekurang-kurangnya empat manfaat penting dalam pelaksanaan PTK. Manfaat PTK meliputi hal-hal berikut:

(1) guru dapat melakukan inovasi pembelajaran

(2) guru dapat meningkatkan kemampuan reflektifnya dan mampu memecahkan permasalahan pembelajaran yang muncul


(13)

(3) melalui PTK guru akan terlatih untuk mengembangkan secara kreatif kurikulum di kelas atau sekolah

(4) kemampuan reflektif guru serta keterlibatan guru yang dalam terhadap upaya inovasi dan pengembangan kurikulum pada akhirnya akan bermuara pada tercapainya peningkatan kemampuan profesionalisme guru.

5. Prinsip-Prinsip Dasar PTK

Menurut Kasihani (2001) prinsip penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut

(1) PTK tidak boleh mengganggu tugas mengajar guru. PTK justru dilakukan guru untuk memperbaiki kegiatan belajar-mengajar

(2) Dalam melakukan PTK, pengumpulan data tidak boleh terlalu menyita banyak waktu. Agar proses pengumpulan data tidak menyita banyak waktu, peneliti seharusnya sudah merasa pasti dalam memilih teknik yang tepat, termasuk pengumpulan data, sebelum PTK dimulai. Instrumen, panduan, dan format yang diperlukan sudah diperiapkan sebelumnya.

(3) Metode yang dipakai harus dapat dipercaya. Bila metode tepat, guru dapat memformulasikan hipotesis tindakan dan mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya

(4) Masalah penelitian yang akan ditangani guru harus merupakan masalah yang memang dia hadapi. Masalah harus menarik bagi peneliti dan merupakan masalah faktual dan layak diangkat dalam penelitian

(5) PTK tidak boleh menyimpang dari prosedur etika profesi lingkungan kerjanya. Misalnya, negosiasi dengan orang-orang yang hasil karyanya digunakan, minta izin menggunakan dokumen tertentu, membuat laporan kemajuan, dan terbuka kepada teman guru lain

(6) PTK berorientasi pad perbaikan pendidikan dengan melakukan perubahan yang dituangkan dalam tindakan . Untuk itu, kesiapan guru untuk berubah merupakan syarat penting bila akan melakukan


(14)

perbaikan. Sementara itu, pada kenyataannya mengubah sikap atau kebiasaan memerlukan keterbukaan dan waktu yang cukup lama karena memerlukan kesadaran dan keinginan untuk melihat kelemahan diri sendiri dan mau memperbaiki diri.

(7) PTK merupakan proses belajar yang sistematik. Penelitian ini memerlukan kemampuan dan ketrampilan intelektual. Proses belajar menggunakan pemikiran kritis sudah dimulai sejak penentuan masalah, perencanaan tindakan baik yang bersifat teoritik maupun praktis, yang kemudian dikembangkan menjadi tindakan pendidikan

(8) PTK menuntut guru membuat jurnal pribadi. Ia mencatat semua kemajuan perubahan, persoalan yang dihadapi, dan hasil refleksi tentang proses belajar siswa serta pelaksanaan penelitian. Semua yang terjadi di kelas perlu direkam.

(9) PTK sebaiknya dimulai dengan hal-hal yang sederhana lebih dahulu, namun nyata. Dengan demikian , siklus dimulai dari yang kecil sehingga perencanaan, pelaksanaan tindakan, dan refleksi dapat membuat ide asumsi menjadi lebih jelas.

(10) Dalam PTK guru perlu melihat dan menilai diri sendiri secara kritis terhadap apa yang dikerjakan di kelasnya. Dengan melihat unjuk kerjanya sendiri, kemudian direfleksi dan diperbaiki, guru akhirnya menjadi lebih terampil dalam melakukan profesinya. Keterbukaan inilah yang merupakan kunci keberhasilan suatu penelitian praktis dalam kancah kelas.

Sementara itu menurut Suharsimi Arikunto (2006), prinsip penelitian tindakan kelas meliputi hal-hal sebagai berikut :

(1) Kegiatan nyata dalam situasi rutin.

Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin. Mengapa demikian? Jika penelitian dilakukan dalam situasi lain, hasilnya tidak dijamin dapat dilaksanakan lagi dalam situasi aslinya atau dengan kata lain penelitiannya tidak dilakukan dalam situasi wajar. Oleh karena itu, dalam melakukan PTK tidak perlu menggunakan waktu khusus dan tidak perlu mengubah jadwal yang


(15)

sudah ada. Selain itu, hal yang dilaksanakan dalam PTK harus berkaitan dengan profesi guru.

(2) Kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja.

Penelitian tindakan didasarkan atas sebuah filosofi bahwa setiap manusia tidak suka hal-hal yang statis atau selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik. Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik ini dilakukan secara terus-menerus sampai tujuan tercapai, tetapi sifatnya hanya sementara karena dilanjutkan lagi dengan keinginan untuk lebih baik yang datang susul-menyusul.

(3) SWOT sebagai dasar berpijak

Penelitian tindakan harus dimulai dengan melakukan analisis SWOT, terdiri atas unsur-unsur S-Strength (kekuatan), W-Weaknesses (kelemahan), O-Oportunity (kesempatan), dan T-Treat (ancaman). Keempat hal tersebut dilihat dari sudur guru yang melaksanakan maupun siswa yang dikenai tindakan. Dengan berpijak pada hal tersebut, penelitian tindakan dapat dilaksanakan hanya apabila ada kesejalanan antara kondisi yang ada pada guru dan juga pada siswa. Tentu saja pekerjaan guru sebelum menentukan jenis tindakan yang akan dicobakan memerlukan pemikiran yang matang.

(4) Upaya empiris dan sistematik

Prinsip ini merupakan penerapan prinsip ketiga. Dengan telah dilakukannya analisis SWOT, tentu saja apabila guru melakukan PTK berarti sudah mengikuti prinsip empiris (terkait dengan pengalaman) dan sistematis,

(5) Prinsip SMART dalam perencanaan

SMART (Ingg.) berarti « cerdas ». namun demikian dalam proses perencanan kegiatan merupakan singkatan dari lima huruf bermakna. Makna dari masing-masing huruf tersebut adalah sebagai berikut : S Spesific,khusus, tidak terlalu umum

M Managable, dapat dikelola, dilaksanakan A Accetable,dapat diterima lingkungan, atau


(16)

R Realistic,operasional, tidak di luar jangkauan T Time-bound,diikat oleh waktu, terencana.

Berdasarkan pendapat di atas secara ringkas dapat disenaraikan prinsip PTK sebagai berikut :

(1) tidak mengganggu komitmen mengajar (2) tidak terlalu menyita waktu

(3) masalah nyata dihadapi guru

(4) dimulai dari hal-hal yang sederhana (5) metodenya andal

(a) identifikasi dan rumusan hipotesisnya meyakinkan (b) strategi dapat diterapkan di kelas

(6) pilihan tindakan dapat dilaksanakan (7) terikat oleh waktu (terencana (8) konsisten terhadap prosedur etika (9) berorientasi pada perbaikan masalah (10) proses belajar sistematik

(11) guru perlu membuat jurnal untuk catatan perubahan (12) guru memiliki kemampuan reflektif.

6. Objek PTK

Kegiatan belajar mengajar tidak mungkin terjadi hanya semata-mata karena ada unsur siswa dan guru. Kegiatan yang mereka lakukan tentu didasarkan pada tujuan tertentu yang telah ditetapkan dan untuk mencapai tujuan itulah diperlukan sejumlah komponen pembelajaran lainnya. Guru dan siapapun yang terlibat dalam proses pembelajaran harus memandang sesuatu selalu dalam keseluruhan dan dalam kaitan dengan unsur lain. Komponen-komponen dari sebuah kelas adalah (1) siswa, (2) guru, (3) materi pelajaran, (4) media pembelajaran, (5) lingkungan pembelajaran, (6) manajemen sekolah, dan (7) hasil belajar. Dengan demikian, obyek pengamatan dalam penelitian tindakan kelas tidak harus selalu ketika proses pembelajaran sedang berlangsung karena kelas bukan ruang, tetapi sekelompok siswa.


(17)

Sesuai dengan prinsip bahwa tindakan dirancang sebelumnya, objek penelitian tindakan kelas harus merupakan sesuatu yang aktif dan dapat dikenai aktivitas, bukan objek yang diam dan tanpa gerak. Menurut Suharsimi Arikunto (2006), objek penelitian tindakan kelas meliputi hal berikut:

(1) Unsur siswa, dapat dicermati objeknya ketika siswa yang bersangkutan sedang asyik mengikuti proses pembelajaran di kelas/ lapangan/ laboratorium/ bengkel, maupun ketika asyik mengerjakan pekerjaan rumah dengan serius, atau ketika mereka sedang mengikuti kerja bakti di luar sekolah.

(2) Unsur guru, dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang mengajar di kelas, khususnya cara guru memberi bantuan kepada siswa, ketika sedang membimbing siswa yang sedang berdarmawisata, atau ketika guru sedang mengadakan kunjungan ke rumah siswa.

(3) Unsur materi pelajaran, dapat dicermati dalam GBPP dan yang sudah dikembangkan dalam Rencana Tahunan, Rencana Semesteran, dan Analisis Materi Pelajaran. Lebih lanjut dapat dilihat dari materi yang tertulis dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan khususnya ketika materi tersebut disajikan kepada siswa, meliputi pengorganisasian, urutannya, cara penyajiannya, atau pengaturannya. (4) Unsur peralatan atau sarana pendidikan, meliputi peralatan, yang baik dimiliki oleh siswa secara perorangan, peralatan yang disediakan sekolah, ataupun peralatan yang disediakan dan digunakan di kelas dan di laboratorium. Pada umumnya guru menganggap siswa sudah melakukan praktikum dengan baik asal sudah menyerahkan laporannya dengan lengkap.

(5) Unsur hasil pembelajaran, yang ditinjau dari tiga ranah yang dijadikan titik tujuan yang harus dicapai siswa melalui pembelajaran, baik susunan maupun tingkat pencapaian. Oleh karena hasil belajar merupakan produk yang harus ditingkatkan, hasil belajar pasti berkaitan dengan tindakan unsur lain.


(18)

(6) Unsur lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah, maupun yang melingkupi siswa di rumahnya. Informasi tentang lingkungan ini dikaji bukan untuk dilakukan campur tangan, tetapi digunakan sebagai pertimbangan dan bahan untuk pembahasan.

(7) Unsur pengelolaan, yang jelas-jelas merupakan gerak kegiatan sehingga mudah diatur dan direkayasa dalam bentuk tindakan. Hal yang digolongkan sebagai kegiatan pengelolaan misalnya cara dan waktu mengelompokkan siswa ketika guru memberikan tugas, pengaturan urutan jadwal, pengaturan tempat duduk siswa, penempatan papan tulis, penataan peralatan milik siswa, pengontrolan peralatan secara rutin menggunakan model regu yang dipantau oleh ketua regu dan sebagainya.

7. Persyaratan PTK bagi Guru

Suharsimi Arikunto (2006) mengemukakan sejumlah persyaratan untuk diterimanya laporan penelitian tindakan kelas yang dilakukan guru oleh Tim Penilai Angka Kredit kenaikan jabatan guru. Persyaratan-persyaratan itu adalah sebagai berikut :

(1) Penelitian tindakan kelas harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam pembelajaran (tetapi bukan hanya pembelajaran biasa) dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. (2) Penelitian tindakan kelas oleh guru menuntut dilakukannya

pencermatan terus-menerus, objektif, dan sistematis, artinya dicatat atau direkam dengan baik sehingga diketahui dengan pasti tingkat keberhasilan yang diperoleh peneliti serta penyimpangan yang terjadi. Hasil pencermatan tersebut digunakan sebagai bahan untuk menentukan tindak lanjut yang harus diambil segera oleh peneliti. (3) Penelitian tindakan kelas harus dilakukan sekurang-kurangnya dalam

dua siklus tindakan yang berurutan. Informasi dari siklus yang terdahulu sangat menetukan bentuk siklus berikutnya. Oleh karena itu, siklus yang kedua, ketiga, dan seterusnya tidak dapat dirancang


(19)

sebelum siklus pertama terjadi. Hasil refleksi harus digunakan sebagai bahan masukan untuk perencanaan siklus berikutnya.

(4) Penelitian tindakan terjadi secara wajar, tidak mengubah aturan yang sudah ditentukan dalam arti tidak mengubah jadwal yang berlaku. Tindakan yang dilakukan tidak boleh merugikan siswa, baik yang dikenai atau siswa lain. Makna dari kalimat itu adalah bahwa tindakan yang dilakukan guru tidak hanya memilih anak-anak tertentu, tetapi harus semua siwa dalam kelas.

(5) Penelitian tindakan kelas harus betul-betul disadari oleh pemberi maupun pelakunya sehingga pihak-pihak yang bersangkutan dapat mengemukakan kembali apa yang dilakukan, baik mengenai tindakan, suasana ketika terjadi, reaksi siswa, urutan peristiwa, hal-hal yang dirasakan sebagai kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan rencana yang sudah dibuat sebelumnya.

(6) Penelitian tindakan harus benar-benar menunjukkan adanya tingkatan yang dilakukan oleh sasaran tindakan, yaitu siswa yang sedang belajar. Banyak guru yang melakukan penelitian tindakan, tetapi hanya menyebut apa yang dilakukan guru sendiri, misalnya memberi contoh, atau Kepala Sekolah melengkapi buku perpustakaan.

B. Tahapan dalam Penelitian Tindakan Kelas 1. Pengantar

Terdapat beberapa model penelitian tindakan yang diusulkan oleh sejumlah tokoh, seperti model Kemmis dan Mc.Taggart, model Elliot, Model Ebbbut, dan Model Mc.Kernan. Model-model tersebut dikembangkan dari pemikir Kurt Lewin, orang yang dianggap sebagai penggagas awal penelitian tindakan. Kurt Lewin (Mc.Niff, 1992 : 22) menggambarkan penelitian tindakan sebagai serangkaian langkah yang membentuk spiral. Setiap langkah memiliki empat tahap, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan


(20)

refleksi (reflecting). Langkah-langkah itu dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini.

planning

reflecting

acting

observing

Gambar 2. Model Penelitian Tindakan Kelas

Tahap-tahap di atas, yang membentuk satu siklus, dapat dilanjutkan ke ke siklus berikutnya denga rencana, tindakan, pengamatan, dan refleksi ulang berdasarkan hasil yang dicapai pada siklus sebelumnya. Jumlah siklus dalam suatu penelitian tindakan bergantung pada apakah permasalahan penelitian yang dihadapi sudah dapat dipecahkan. Pengembangan terhadap model dasar tersebut dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini.

Model PTK (penegembangan)

planning planning

reflect act reflect act

observe observe

Gambar 3. Model dasar Penelitian yang dikembangkan

PTK dalam pelaksanaannya diawali dengan diagnosis masalah, kesadaran permasalahan yang anda rasakan mengganggu dan menghalangi pencapaian tujuan pendidikan sehingga ditengarai telah berdampak kurang baik terhadap proses dan / atau hasil belajar siswa, dan / atau implementasi program sekolah.


(21)

Diagnosis permasalahan:

6. ..

7. .

8. ..

Alternative tindakan perbaikan:

Dengan perumusan permasalahan yang lebih tajam tersebut dapat dilakukan diagnosis kemungkinan-kemungkinan penyebab permasalahn secara lebih cermat sehingga terbuka peluang untuk menjajaki alternatif-alternatif tindakan perbaikan yang diperlukan sebagai upaya mengatasi atau memecahkan masalah yang perlu ditunjang dengan data lapangan sistematis dan kajian pustaka yang relevan. Hal itu dapat anda tuliskan dalam format berikut.

2. Penetapan Fokus Masalah Penelitian a. Merasakan adanya Masalah

Pertanyaan yang sering muncul, terlebih lagi bagi pemula dalam kegiatan PTK, adalah bagaimana memualai PTK? Pertanyaan tersebut akan dapat anda jawab manakala anda memiliki perasaan tidak puas terhadap praktik pembelajaran yang selama ini anda laksanakan. Masalah apa yang mengganggu dan menghalangi anda dalam pencapaian tujuan pendidikan/ pembelajaran:

1. ..

2. .

3. ..

4. ..


(22)

Maskipun sebenarnya terdapat banyak hambatan yang anda alami dalam proses pembelajaran, fakta yang sering terjadi, tidak mudah bagi sebagian guru untuk mengungkapkannya.

Hal yang sangat diperlukan agar anda dapat menerapkan PTK sebagai upaya memperbaiki dan/ atau meningkatkan layanan pembelajaran secara lebih profesional, anda dituntut untuk berani mengatakan secara jujur mengenai beberapa sisi lemah yang masih t

e r d a

pat dalam implemetasi program pembelajaran yang anda kelola. Dengan kata lain, anda harus mampu merefleksi, merenung, berpikir balik, mengenai apa saja yang telah dilakukan dalam proses pembelajaran dalam rangka mengidentifikasi sisi-sisi lemah yang mungkin ada. Dalam proses perenungan itu, terbuka peluang bagi anda untuk menemukan kelemahan-kelemahan praktik pembelajaran yang selama ini mungkin anda lakukan secara tanpa anda sadari. Berikut dikemukakan kiat untuk merasakan masalah.

Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa permasalahan yang anda angkat dalam PTK harus benar-benar merupakan masalah-masalah yang anda hayati sebagai guru dalam praktik pembelajaran, bukan praktik yang disarankan, apalagi ditentukan oleh pihak luar termasuk oleh kapala sekolah yang menjadi mitra. Permasalahan tersebut dapat berangkat (bersumber) dari siswa, guru, bahan ajar, kurikulum, interaksi pembelajaran, dan hasil belajar siswa.

b. Identifikasi Masalah PTK

Sebagaiman telah dijelaskan, penetapan arah PTK berangkat dari diagnosis terhadap keadaan yang bersifat umum. Anda pun dapat memulai proses penemuan permasalahan dengan bertolak pada

Kiat merasakan masalah:

 Tidak puas terhadap pembelajaran yang dilakukan

 Berpikir balik untuk melihat sisi kelemahan pembelajaran

 Usaha/ kemauan untuk mengatasi/ memecahkan masalah


(23)

gagasan-gagasan yang masih bersifat umum mengenai keadaan yang perlu diperbaiki. Menurut Hopkins (1993), untuk mendorong pikiran-pikiran dalam mengembangkan fokus PTK, kita bisa bertanya kepada diri sendiri, misalnya:

(1) Apa yang sedang terjadi sekarang?

(2) Apakah yang sedang terjadi itu mengandung permasalahan? (3) Apa yang bisa saya lakukan untuk mengatasinya?

Pada tahap ini yang paling penting adalah menghasilkan gagasan-gagasan awal mengenai permasalahan aktual yang anda alami sebagai guru kelas. Dengan berangkat dari gagasan awal tersebut, anda dapat berbuat sesuatu untuk memperbaiki keadaan dengan menggunakan PTK. Masalah yang anda rasakan atau pernah anda alami dapat anda catat. Masalah dapat berasal dari guru, siswa, bahan ajar, kurikulum, interaksi pembelajaran, hasil belajar, media, dan sebagainya.

Sering dijumpai betapa tidak mudahnya mengidentifikasi permasalahan. Jika hal ini terjadi, anda dapat meminta bantuan kepada sesama guru, berdiskusi dengan dosen mitra dan / atau melacak sumber-sumber kepustakaan yang relevan.

c. Analisis Masalah

Setelah identifikasi maslah dapat dilakukan, anda sebagai peneliti secara individu atau bermitra dengan guru lain melakukan analisis terhadap masalah-masalah tersebut untuk menentukan urgensi pengatasan. Dengan kegiatan tersebut akan dapat ditemukan masalah yang sangat mendesak untuk diatasi. Menurut Soly Abimanyu (1995), arahan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan permasalahan untuk PTK adalah sebagaiberikut:

(1) Pilih permasalahan yang dirasa penting oleh guru sendiri dan muridnya, atau topik yang melibatkan guru dalam serangkaian aktivitas yang memang diprogramkan oleh pemerintah.


(24)

(2) Jangan memilih masalah yang berada di luar kemampuan dan/ atau kekuasaan guru untuk mengatasinya

(3) Pilih dan tetapkan permasalahan yang skalanya cukup kecil dan terbatas (managable).

(4) Usahakanlah untuk bekerja secara kolaboratif dalam pengembangan fokus penelitian.

(5) Kaitkan PTK yang akan dilakukan dengan prioritas-prioritas yang ditetapkan dalam rencana pengembangan sekolah.

Tidak perlu ditekankan lebih kuat lagi bahwa analisis masalah perlu dikaukan secara cermat sebab keberhasilan pada tahap analisis masalah akan menentukan keberhasilan keseluruhan pelaksanaan PTK. Jika PTK berhasil dilaksanakan dengan membawa kemanfaatan yang dapat anda rasakan dan dapat dirasakan pula oleh sekolah (intrinsically rewarding), keberhasilan ini akan menjadi motivasi bagi anda untuk meneruskan usaha di masa-masa yang akan datang. Di samping itu, temuan-temuan yang dihasilkan melalui PTK itu akan menarik bagi guru lain yang belum mengikuti program PTK untuk juga mencoba melaksanakannya.

d. Perumusan Masalah

Setelah menetapkan fokus permasalahan serta menganalisis menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, selanjutnya anda perlu merumuskan permasalahan secara lebih jelas, spesifik, dan operasional. Perumusan masalah yang jelas akan membuka peluang bagi anda untuk menetapkan tindakan perbaikan (alternatif solusi) yang perlu dilakukan, jenis data yang perlu dikumpulkan termasuk prosedur perekamannya serta cara menginterpretasikannya, khusus yang perlu dilakukan sementara tindakan perbaikan dilaksanakan dan data mengenai proses dan/ atau hasilnya itu direkam. Di samping itu, penetapan tindakan perbaikan yang akan dilakukan juga memberikan arahan kepada anda untuk melakukan berbagai persiapan termasuk yang berbentuk pelatihan guna meningkatkan ketrampilan untuk melakukan tindakan perbaikan yang dimaksud.


(25)

3. Perencanaan Tindakan

a. Formulasi solusi dalam bentuk hipotesis tindakan

Alternatif tindakan perbaikan juga dapat dilihat sebagai hipotesis dalam arti mengidentifikasikan dugaan mengenai perubahan dalam arti perbaikan yang bakal terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Misalnya, jika kebiasaan membaca ditingkatkan melalui penugasan mencari kata atu istilah serapan, perbendaharan kata akan meningkat rata-rata 10% setiap bulannya. Dari conoh lain, hipotesis tindakan merupakan tindakan yang diduga akan dapat memecahkan masalah yang ingin diatasi dengan penyelenggaraan PTK.

Agar dapat menyusun hipotesis tindakan dengan tepat, anda dapat melakukan kegiatan berikut ini:

(1) pengkajian teoritik di bidang pembelajaran/ pendidikan

(2) pengkajian hasil-hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan

(3) diskusi dengan rekan sejawat, pakar pendidikan, peneliti lain, dan sebagainya

(4) pengkajian pendapat dan saran pakar pendidikan khususnya yang dituangkan dalam bentuk program

(5) perefleksian pengalaman anda sebagai guru.

b. Analisis kelaikan hipotesis tindakan

Setelah diperoleh gambaran awal mengenai sejumlah hipotesis tindakan selanjutnya anda perlu melakukan pengkajian terhadap kelaikan dari masing-masing hipotesis tindakanitu dari segi jarak yang terdapat antara situasi nyata dengan situasi ideal yang dijadikan rujukan. Jika terdapat jarak yang terlalu jauh di antara keduanya sehingga dalam praktik akan sulit untuk mengupayakan perwujudannya, tindakan yang dilakukan tidak akan membuahkan hasil yang optimal (Imam dkk, 2004).

Berdasarkan pada kondisi dan situasi yang dipersyaratkan perwujudannya tindakan yang dilakukan dalam rangka PTK harus diterapkan sedemikian rupa sehingga masih ada dalam batas-batas


(26)

kemampuan guru serta dukungan fasilitas yang tersedia di sekolah maupun kemampuan rat-rata siswa untuk mencernakannya . Dengan kata lain, sebagai aktor PTK, guru hendaknya cukup realistis dalam menghadapi kenyataan keseharian dunia sekolah tempat ia berada dan melaksanakan tugasnya.

Hipotesis tindakan harus dapat diuji secara empirik. Itu berarti bahwa baik proses implementasi tindakan yang dilakukakn maupun dampak yang diakibatkannya dapat diamati oleh guru yang merupakan aktor dalam PTK maupun mitra kerjanya. Sebagain dari gejala-gejala yang dapat diamati itu dapat dinyatakan dengan angka-angka namun sebagian lagi hanya dapat diberikan secar kualitatif. Namun, yang paling penting gejala-gejala tersebut harus dapat diverifikasi oleh pengamat lain, apabila diperlukan (Imam dkk, 2004).

c. Perisiapan tindakan

Sebelum PTK dilaksanakan, tim PTK perlu melakukan berbagai persiapan sehingga semua komponen yang direncanakan dapat dikelola dengan baik. Langkah-langkah persiapan yang perlu ditempuh itu sebagai berikut:

(1) membuat skenario pembelajaran yang berisikan langkah-langkah yang dilakukan guru di samping bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan siswa dalam rangka implementasi tindakan perbaikan yang telah direncanakan.

(2) mempersiapkan fasiltas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas, seperti gambar-gambar dan alat-alat peraga.

(3) mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan perbaikan, kalau perlu juga dalam bentuk pelatihan-pelatihan.

(4) melakukan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan rancangan sehingga dapat menumbuhkan serta mempertebal kepercayaan diri dalam pelaksanaan yang sebenarnya. Sebagai aktor PTK, guru harus terbebas dari rasa takut gagal dan takut berbuat kesalahan.


(27)

4. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi-Interpretasi

Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian terdahulu, sangatlah beralasan untuk beranggapan bahwa PTK dilakukan oleh seorang guru atas prakarsanya sendiri, meskipun memang terbuka peluang bagi pelasana PTK secara kolaboratif itu berarti bahwa observasi yang dilakukan oleh guru sebagai aktor PTK tidak dapat digantikan oleh pengamat luar atau oleh sarana perekam, betapapun canggihnya.

Dengan kata lain, penyaturagaan implemenasi tindakan dan observasi-interpretasi proses dan hasil implementasi tindakan tersebut terjadi karena keduanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam tindakan alamiah pembelajaran.

a. Pelaksanaan tindakan

Jika semua tindakan perbaikan telah seleasi, skenario tindakan perbaikan yang telah direncanakan itu dapat anda laksanakan dalam situasi yang aktual. Kegiatan pelaksanaan tindakan perbaikan ini merupakan tindakan pokok dalam siklus PTK, dan sebagaimana telah diisyaratkan di atas, pada sat yang bersamaan kegiatan pelaksanaan ini juga disertai dengan kegiatan observasi dan interpretasi serta diikuti dengan kegiatan refleksi.

Observasi dan interpretasi memang lazim dalam konteks supervisi pengajaran, tetapi sebagaiman diisyaratkan pada bagian terdahulu dan kembali ditekankan di atas bahwa PTK bukan supervisi pengajaran, meskipun memang mungkin saja dalam PTK juga tergelar dimensi supervisi pengajaran. Dalam konteks PTK, supervisi pengajaran yang berpeluang terjadi adalah supervisi kesejawatan (peer supervision). Dengan kata lain, berbeda dengan konteks supervisi pada umum, tata hubungan bersifat subordinatif, sebaliknya dalam konteks PTK terdapat keterlibatan dua pihak yang setara sehingga mekanisme yang tergelar lebih menyerupai interaksi kesejawatan(peer to peer).


(28)

Observasi adalah segala upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung dengan tanpa alat bantu. Yang penting dicatat pada kesempatan ini adalah kadar interpretasi yang terlibat dalan rekaman hasil observasi. Sesuai dengan hakikat data yang dikehendaki observasi harus dilakukan secara bersamaan dengan interpretasi. Sebagai contoh, interpretasi itu perlu dilakukan pada saat yang bersamaan dengan pelaksanaan observasi seperti lazim diperlukan dalam mengamati dan/ atau tindakan profesional anda dalam interaksi pembelajaran. Observasi semacam ini dinamakan observasi yang berinferensi tinggi (high inference observation) yang merupakan pendekatan interpretatif dalam observasi yang digunakan dalam rangka penerapan alat penilai kemampuan guru (APKG) sebagai piranti penyusunan pengumpulan data mengenai kinerja calon guru dalam pelaksanaan PPL.

c. Diskusikan balikan

Meskipun dirujuk supervisi klinis dalam menetapkan observasi PTK, perlu diingat kekhasannya, yaitu observasi oleh dan untuk sejawat (Hopkins, 1993). Dalam observasi kejawatan ini mitra pengamat dapat menggelar berbagai fungsi sesuai dengan kebutuhan yang kontekstual, melakukan pengamatan secara umum, memuaskan perhatian pada suatu fokus, secara langsung melakukan semacam verifikasi kepada siswa untuk pada saat-saat yang tepat sementara kegiatan pembelajaran berlangsung, dan/ atau mencatat suatu kejadian penting yang mungkin luput dari perhatian guru sebagai aktor tindakan perbaikan.

Observasi kelas akan memberikan manfaat apabila pelaksanaanya diikuti dengan diskusi balikan (review discussion). Balikan terburuk adalah yang terlalu dipusatkan pada kekurangan dan/ atau kesalahan guru aktor tindakan perbaikan, diberikan secara satu arah, yaitu dari pengamat kepada guru, yang bertolak dari kesan-kesan yang kurang didukung data, dan / atau terlalu lama setelah observasi dilakukan (Imam dkk, 2004).


(29)

5. Analisis dan Refleksi

Salah satu ciri khas profesionalitas adalah dilakukannya pengambilan keputusan ahli sebelum, sementara, dan sesudah tindakan layanan ahli dilakukan. Dengan bermodalkan kemampuan dan wawasan pendidikan. Anda dapat membuat rancangan pembelajaran berdasarkan serentetan keputusan situasional dengan menggunakan apa yang telah dipelajari dari titik berangkat (Imam dkk, 2004).

Lebih lanjut dijelaskan oleh Imam dkk, (2004) bahwa untuk dapat melakukan secara efektif, pengambilan keputusan sebelum, sementara, dan setelah program pembelajaran dilaksanakan, anda sebagai guru dan terlebih-lebih ketika juga berperan sebagai pelaksanaan PTK, melakukan refleksi. Artinya, anda merenungkan secara intens apa yang telah terjadi dan tidak terjadi, mengapa segala sesuatu terjadi dan / atau tidak terjadi, serta menjajaki alternatif-alternatif solusi yang perlu dikaji, dipilih dan dilaksanakan untuk dapat mewujudkan apa yang dikehendaki. Secara teknis, refleksi dilakukan dengan melakukan analisis dan sintesis, di samping induksi dan deduksi. Suatu proses analitik terjadi jika objek kajian diuraikan menjadi bagian-bagian, serta dicermati unsur-unsurnya. Sementara itu, suatu proses sintetik terjadi bila berbagai unsur objek kajian yang telah diuraikan tersebut dapat ditemukan kesamaan esensinya secara konseptual sehingga dapat ditampilkan sebagai suatu kesatuan.

Ditegaskan oleh Natawidjaya (1997) bahwa dalam PTK dikembangkan kemampuan berpikir reflektif atau kemampuan mencermati kembali secara lebih rinci segala sesuatu yang telah dilakukan beserta hasil-hasilnya, baik yang positif atau negatif. Kegiatan itu diperlukan untuk menemukan titik-titik rawan sehingga dapat dilanjutkan dengan mengidentifikasikan serta menetapkan sasaran-sasaran perbaikan baru, atau sekedar menjelaskan implementasi tindakan perbaikan. Refleksi dalam arti metodologik merupakan upaya membuat deduksi dan induksi silih berganti secara tepat meskipun tanpa dukungan data yang memenuhi semua persyaratan secara tuntas. Sebaliknya, kecepatan dalam menemukan gagasan-gagasan kunci yang dilandasi oleh refleksi secara akumulatif


(30)

menampilkan mutu kinerja yang tinggi. Dengan kata lain, tindakan reflektif terbukti membuahkan berbagai perbaikan praksis yang nyata.

a. Analisis data

Berbeda dari interpretasi data hasil tiap observasi yang dijadikan bahan tiap diskusi balikan sebagai tindak lanjut dan suatu observasi sebagaimana telah digunakan sebelumnya, menurut Imam dkk, (2004), analisis data dalam rangka refleksi setelah implementasi suatu paket tindakan perbaikan mancakup proses dan dampak seperangkat tindakan perbaikan dalam suatu siklus PTK sebagai keseluruhan. Dalam hubungan ini analisis data adalah proses menyeleksi, menyederhanakan,memfokuskan,mengabstraksikan, mengorganisir data secara sistematik dan rasional untuk menampilkan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menyusun jawaban terhadap tujuan PTK.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa analisis data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu reduksi data, paparan data, dan penyimpulan. Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang bermakna. Paparan data adalah proses penampilan data secara sederhana dalam bentuk paparan naratif, representasi tabular masuk dalam format matriks, representasi grafis, dan sebagainya. Penyimpulan adalah proses pengambilan initisari dan sajian data yang telah terorganisasi tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat dan/ atau formula yang singkat dan padat, tetapi mengandung pengertian yang luas.

b. Refleksi

Refleksi dalam PTK adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah dan/ atau tidak terjadi, apa yang telah dihasilkan atau yang belum berhasil dituntaskan oleh tidakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil refleksi itu digunakan untuk menetapkan langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan PTK. Dengan perkataan lain, refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan sementara dan untuk menentukan tindak lanjut


(31)

dalam rangka mencapai tujuan akhir yang mungkin ditetapkan dalam pencapaian berbagai tujuan sementara lainnya. Apabila dicermati, dalam proses refleksi tersebut dapat ditemukan komponen-komponen sebagai berikut.

analisis pemaknaan penjelasan Penyimpulan Tindak lanjut

6. Perencanaan Tindak Lanjut

Hasil analisis dan refleksi akan menentukan apakah tindakan yang telah dilaksanakan dapat mengatasi masalah yang memicu penyelenggaraan PTK atau belum. Jika hasilnya belum memuaskan atau masalahnya belum terselesaikan, maka dilakukan tindakan perbaikan lanjutan dengan memperbaiki tindakan perbaikan sebelumnya, atau dengan menyusun tindakan perbaikan yang betul-betul baru untuk mengatasi masalah yang ada.

Jika masalah yang diteliti belum tuntas atau belum memuaskan pengatasannya, maka PTK harus dilanjutkan pada siklus ke-2 dengan prosedur yang sama seperti siklus ke-1, yaitu perumusan masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, dan analisis refleksi. Jika pada siklus ke-2 ini permasalahannya sudah terselesaikan (memuaskan), maka tidak perlu dilanjutkan dengan siklus ke-3. namun jika pada siklus ke-2 masalahnya belum terselesaikan, maka perlu dilanjutkan dengan siklus ke-3 dan seterusnya.

C. Penyusunan proposal Penelitian

Kegiatan penelitian dimulai dengan membuat rencana. Rencana itu disebut usulan penelitian atau lazim disebut proposal penelitian. Proposal penelitian merupakan cetak biru (blue print) dari sebuah penelitian. Untuk dapat menyusun proposal penelitian dengan baik perlu dipahami terlebih dahulu


(32)

komponen-komponen proposal. Proposal penelitian tindakan kelas pada umumnya terdiri atas komponen-komponen berikut:

Judul

Pengesahan (jika perlu) I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori B. Kerangka Berpikir C. Hipotesis Tindakan III. METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian B. Subjek Penelitian C. Data dan Sumber Data D. Teknik Pengumpulan Data E. Validitas Data

F. Teknik Analisa Data

G. Indikator Kinerja/ Keberhasilan H. Prosedur Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Berdasarkan sistematika di atas, berikut ini anda dapat mengikuti uraian singkat tiap-tiap komponen tersebut.

1. Judul Penelitian

Judul proposal memuat pernyataan yang jelas tentang permasalahan yang diteliti (misal: peningkatan kemampuan menulis siswa) dan bentuk tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi


(33)

permasalahan tersebut (misal: penerapan strategi komposisi terkendali dan terarah). Meminjam istilah dalam penelitian kuantitatif, permasalahan yang diteliti (Y) dan bentuk tindakan untuk mengatasi permasalahan (X). Judul hendaknya dikemukakan secara singkat, spesifik, jelas, dan menyugesti ketertarikan pembaca (mengorak pesona). Penjudulan yang baik akan menarik pembaca untuk membaca lebih jauh isi proposal penelitian tersebut.

Contoh judul PTK:

PENERAPAN STRATEGI KOMPOSISI TERKENDALI DAN TERARAH UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MENULIS SISWA Atau

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI KOMPOSISI

TERKENDALI DAN TERARAH

PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN SEBAGAI UPAYA MENGATASIKEJENUHAN SISWA

DALAM BELAJARMATEMATIKA Atau

PENGATASAN KEJENUHAN SISWA DALAM BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN

METODE BERMAIN PERAN

Penyusunan proposal penelitian sering pula menambahkan anak judul untuk memberi informasi tentang subjek dan latar (setting) penelitian, seperti di mana penelitian itu dilakukan, di kelas berapa, dan kapan PTK itu dilakukan.

Contoh judul PTK:

PENERAPAN STRATEGI KOMPOSISI TERKENDALIDAN TERARAH


(34)

(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Surakarta)

2. Pendahuluan

a. Latar Belakang Masalah

Penelitian dilakukan untuk memecahkan permasalahan pembelajarn di kelas. Kemukakan hal-hal yang mendorong atau argumentasi pentingnya dilakuka penelitian. Mengapa sesuatu itu dipermasalahkan dan akan diteliti. Uraikan proses yang terjadi-yang dilakuakan guru atau antara guru dan guru atau anatara guru dan dosen-dalam mengidentifikasi permasalahan penelitian. Dalam bagian ini perlu dikemukakan kondisi nyata (baik siswa maupun guru), masalah nyata (adanya kesenjangan antara kenyataan yang ada dengan kondisi yang seharusnya atau diharapkan). Kemukakan data-data atau fakta-fakta yang ditemukan di lapangan (di kelas atau sekolah), baik dari refleksi guru itu sendiri, pengamatan terhadap kegiatan KBM, wawancara dengan siswa atau guru, analisis berbagai dokumen yang relevan, dan sebagainya. Sejalan dengan masalah yang telah anda kemukakan, pilihlah tindakan untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk lebih meyakinkan bahwa pilihan tindakan yang anda ajukan memiliki pijakan ilmiah sedapat mungkin cerahi dengan kerangka teoritik dari studi pustaka.

b. Perumusan Masalah

Permaslahan merupakan bagian terpenting dalamm sebuah proposal penelitian. Permasalahan adalah pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya ingin dikaji melalui penelitian. Permasalahn hendaknya dirumuskan secara jelas dan rinci dan sebaiknya dalam bentuk pertanyaan. Hendaknya diingat bahwa permasalahan yang akan dikaji merupakan permasalahan nyata yang terdapat di kelas atau di sekolah. Oleh karena itu, variabel yang akan dikaji harus diungkapkan secara jelas dan demikian pula hubungan antar variabel yang dikaji. Dengan perkataan lain, dalam perumusan masalah, hendaknya tergambar permasalahan dan tindakan yang bakal dilakukan.


(35)

Contoh:

(1) bagaimanakah penerapan strategi komposisi terkendali dan terarah untuk meningkatkan kemampuan menulis?

(2) Apakah penerapan strategi komposisi terkendali dan terarah dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis?

(3) Apakah penerapanstrategi komposisi terkendali dan terarah dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa?

Penentuan permasalahan penelitian memerlukan kehati-hatian dan kecermatan. Harus disadari oleh peneliti bahwa tidak semua masalah keilmuan yang dihadapi dan telah diidentifikasi akan dijamin sebagai masalah yang layak dan sesuai untuk diteliti. Peneliti perlu memperhatikan hal-hal berikut ini.

(1) kemanfaatan hasil penelitian, yaitu seberapa jauh penelitian terhadap suatu masalah tersebut akan memberikan sumbangan teori ilmu pengetahuan atau pada pemecahan masalah-masalah praktis

(2) kriteria pengetahuan yang dipermasalahkan, yaitu (a) mempunyai khasanah keilmuan yang dapat dipakai untuk pengajuan hipotesis dan (b) memiliki kemungkinan mendapatkan sejumlah fakta empirik yang diperlukan guna pengujian hipotesis.

(3) Persyaratan dari segi peneliti, yaitu seberapa jauh kemampuan si peneliti untuk melakukan penelitian. Hal ini setidak-tidaknya menyangkut 5 faktor: biaya, waktu, alat adan bahan, bekal kemampuan teoritis peneliti, dan penguasaan peneliti terhadap metode penelitian yang akan digunakannya.

c. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian menyatakan target tertentu yang akan diperoleh dari kegiatan penelitian yang direncanakan. Tujuan penelitian harus dinyatakan secara spesifik dalam pernyataan yang jelas. Kemukakan secara singkat tujuan penelitian sesuai dengan permsalaham penelitian yang telah diidentifikasi dan dirumuskan. Tujuan umum dan khusus


(36)

dikemukaka secara jelas sehingga dapat diukur tingkat pencapaian keberhasilannya.

Contoh:

Penelitian ini bertujuan untuk:

(1) mendiskripsikan dan menjelaskan penerapan strategi komposisi terkendali dan terarah untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa

(2) meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis melalui penerapan strategi komposisi terkendali dan terarah

(3) meningkatkan kemapuan menulis siswa melalui penerapan strategi komposisi terkendali dan terarah.

d. Kontribusi Penelitian

Kontribusi atau kegunaan penelitian menyatakan manfaat yang dapat dipetik dari permasalahn yang didapat dari hasil penelitian. Utarakan kontribusi atau kegunaan penelitian pada proses belajar mengajar dan inovasi yang akan dihasilkan dalam penelitian ini dalam memecahkan masalah. Kemukakan manfaat teoritis (kepentingan ilmiah) dan manfaat praktis (kepentingan terapan). Berkenaan dengan manfaat praktis, kemukakan misalnya untuk siswa, guru dan sekolah.

3. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka menguraikan teori, temuan dan bahan penelitian lain yang diperoleh dari acuan (buku atau jurnal-jurnal ilmiah), yang dijadikan landasan untuk melakukan penelitian yang diusulkan. Kemukakan kajian teori yang relevan dengan variabel masalah maupun variabel tindakan. Berdasarkan urutan, kemukakan terlebih dahulu kajian teori yang sesuai dengan variabel masalah dan baru kemudian kajian teori yang sesuai dengan variabel tindakan. Sejalan dengan contoh judul yang telah dikemukakan, penelitian menguraikan kajian teori tentang kemampuan menulis terkendali dan terarah. Uraian dalam tinjauan pustaka dibawa untuk menyusun kerangka atau konsep yang akan digunakan


(37)

dalam penelitian. Dalam hubungan ini hendaknya diusahan pustaka yang relevan terbaru. Dengan demikian, dalam kegiatan ini hendaknya dikemukakan hipotesis tindakan.

Dalam landasan teori perlu dikemukakan deskripsi teori dan kerangka berpikir sehingga selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis.

a. Deskripsi Teori

Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori (dan bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Berapa jumlah kelompok teori yang perlu dikemukakan atau dideskripsikan akan bergantung pada luasnya permasalahan dan secara teknis bergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Oleh karena itu, makin banyak variabel yang diteliti, maka akan makin banyak yang perlu dikemukakan.

Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel yang diteliti melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai refernsi sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antarvariabel yang akan diteliti menjadi lebih baik jelas dan terarah.

Teori-teori yang dideskripsikan dalam proposal maupun laporan penelitian dapat digunakan sebagai indikator apakah peneliti menguasai teori dan konteks yang diteliti atai tidak. Varaibel-variabel penelitian yang tidak dapat dijelaskan dengan baik, baik dari segi pengertian maupun kedudukan dan hubungan antarvariabel yang diteliti, menunjukkan bahwa peneliti tidak menguasai teori dan konteks penelitian.

Untuk menguasai teori maupun generalisasi-generalisai dari hasil penelitian, peneliti harus rajin membaca. Orang harus rajin membaca dan menelaah yang dibaca itu setuntas-tuntasnya agar ia dapat menegakkan landasan yang kokoh bagi langkah-langkah berikutnya. Untuk dapat membaca dengan baik, peneliti harus mengetahui sumber-sumber bacaan. Sumber-sumber-sumber bacaan dapat berupa bukubuku teks,


(38)

kamus (khususnya kamus ilmiah), ensiklopedia, jurnal ilmiah, internet, dan hasil-hasil penelitian.

Sumber acuan yang baik harus memenuhi tiga kriteria, yaitu: relevansi, kelengkapan, dan kemutakhiran (kecuali penelitian sejarah, penelitian ini justru menggunakan sumber lama. Relevansi berkenaan dengan kecocokan antara variabel yang diteliti dengan teori yang dikemukakan, kelengkapan berkenaan dengan banyaknya sumber yang dibaca, kemutakhiran berkenaan dengan dimensi waktu. Makin baru sumber yang digunakan, makin mutakhir teori tersebut.

Terdapat sejumlah prinsip dalam memilih sumber pustaka. Prinsip-prinsip itu dikemukakan berikut ini:

(1) Relevansi

Telaah pustaka sering disebut landasan teoritis. Oleh karena itu, sumber pustaka yang digunakan harus benar-benar relevan, berisi pernyataan-pernyataan yang dapat digunakan sebagai acuan dan kerangka pemikiran dalam memecahkan masalah penelitian. Relevansi tersebut juga dapat ditinjau dari kesesuaian antara sumber pustaka itu dengan disiplin ilmu yang dibahas.

(2) Kemutakhiran

Prinsip ini sangat penting dengan pertimbangan bahwa ilmu dan teknologi telah makin berkembang dengan pesat dan kemajuan zaman menghendaki peneliti memilih teori mutakhir.

(3) Akurasi dan kualitas

Jika sejumlah data dikemukakan oleh seorang penulis dan data tersebut akan kita gunakan untuk menyususn sebuah rancangan penelitian, maka kita perlu mempertanyakan apakah data tersebut akurat dan dapat dipertanggungjawabkan validitasnya. Sementara itu, sumber data yang berkualitas adalah sumber data yang memuat uraian tentang suatu teori atau konsep yang diteliti berdasarkan pemikiran yang akurat, luas, mendala, dan disajikan secara sistematis. Di samping itu, perlu juga dipertimbangkan kewenangan atau otoritas penulisnya.


(39)

b. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir atau kerangka pemikiran yang baik, akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Pertautan antar variabel tersebut selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu, pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berpikir.

Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi objek permasalahan (Suriasumantri, 1986). Kriteria pertama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan sesama ilmuwan adalah alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berpikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis.

Kerangka berpikir merupakan sintesis tentang hubungan antarvariabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan itu selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis sehingga menghasilkan sintesis tentang hubungan antar variabel tersebut selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis.

Kerangka berpikir yang baik antara lain memuat (1) variabel-variabel yang akan diteliti harus dijelaskan dan (2) diskusi dalam kerangka berpikir harus dapat menunjukkan dan menjelaskan pertautan/ hubungan yang diteliti dan ada teori yang mendasari. Dalam PTK, berdasarkan kajian teori yang telah dilakukan, penyusun proposal harus mampu menjelaskna bahwa bentuk tindakan yang akan dilakukan dapat mengatasi permasalahan.

c. Perumusan Hipotesis

Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berpikir. Tetapi perlu diketahui bahwa tidak semua penilitian harus


(40)

merumuskan hipotesis. Penelitian yang bersifat eksploratif dan sering juga dalan penelitian deskriptif tidak perlu merumuskan hipotesis.

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Oleh karena itu, rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan,. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.

Hipotesis merupakan kesimpulan kerangka berpikir. Dalam penelitian kuantitatif, hipotesis inilah yang akan diuji melalui penelitian kuantitatif, dalam penelitian kualitatif, hipotesis tidak harus ada. Hipotesis pengarah dapat dirumuskan sebagai arahan yang bersifat tentatif. Sementara itu, dalam penelitian tindakan kelas hipotesis yang dirumuskan atau diajukan oleh peneliti adalah hipotesis tindakan.

Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa tinjauan pustaka menguraikan teori, temuan, dan bahan peneletian lain yang diperoleh dari acuan (buku atau jurnal-jurnal ilmiah), yang dijadikan landasan untuk melakukan penelitian yang diusulkan. Uraian dalam tinjauan pustaka dibawa untuk menyusun kerangka atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Berdasarkan teori dan kerangka berpikir itulah selanjutnya dikemukakan hipotesis tindakan atau hipotesis kerja.

Contoh:

Penerapan strategi kombinasi terkendali dan terarah dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis.

Penerapan strategi komposisi terkendali dan terarah dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa.


(41)

Untuk mencapai tujuan penelitian dan memperoleh manfaat penelitian sebagimana yang telah dirumuskan perlu dipilih metode penelitian yang tepat. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa komponen-komponen yang tercakup dalam metode penelitian meliputi setting penelitian, subjek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pemeriksaan validitas data, teknik analisis data, indikator kinerja, dan prosedur penelitian. Uraian berikut ini akan menjelaskan komponen-komponen tersebut secara singkat.

a SettingPenelitian

Setting penelitian mengacu pada waktu dan tempat penelitian dilakukan.

Contoh:

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Surakarta. Pemilihan tempat ini didasarkan pada pertimbangan (1) ... (2) ... (3) ... .

Penelitian berlangsung selama tiga bula, yaitu September sampai dengan November 2003. rincian kegiatan penelitian tersebut adalah sebagai berikut: persiapan penelitian, koordinasi persiapan tindakan, pelaksanaan (oerencanaan tindakan, monitoring dan evaluasi, dan refleksi), penyusunan laporan penelitian, seminar hasil penelitian, penyempurnaan laporan berdasarkan masukan seminar, serta penggandaan dan pengiriman laporan penelitian.

b Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa dan guru yang terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini sangat bergantung pada setting penelitian dan peneliti. Jika peneliti melakukan penelitian PTK di kelas yang diampunya, maka subjek penelitian adalah siswa di kelas itu. Naumn jika seorang peneliti melakukan PTK di kelas yang dia ampu dan peneliti tersebut melibatkan guru kelas sebagai kolaborator, maka subjek penelitiannya meliputi siswa dan guru (guru kelas atau guru mata pelajaran).


(42)

Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa kelas VII F SMP N 10 surakarta. Siswa kelas VII F berjumlah 35 orang, yang terdiri 20 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki.

Contoh lain:

Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa dan guru Bahasa Idonesia SMP N 10 Surakarta. Siswa yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa kelas II F. Dengan perkataan lain, kelas III F ditetapkan sebagai setting kelas. Sementara itu, guru Bahasa Indonesia yang dijadikan subjek penelitian ini adalah X.

c Data Dan Sumber Data

Pada bagian ini hendaknya dikemukakan jenis data apa yang dibutuhkan serta sumber data tersebut. Jenis data yang dijelaskan disesuaikan dengan fokus penelitian.

Contoh:

Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang proses pembelajaran menulis, kemampuan siswa dalam menulis, motivasi siswa dalam menulis, serta kamampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran(termasuk penggunaan strategi pembelajaran) di kelas. Data penelitian itu dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi:

(1) informan atau nara sumber, yaitu siswa dan guru

(2) tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran mengarang dan aktivitas lain yang bertalian

(3) dokumen atau arsip, yang antara lain berupa kurikulum, rencana pelaksanaan pembelajaran, hasil karangan siswa, dan buku penilaian.

d Teknik Pengumpulan Data

Sejalan dengan data yang akan dikumpulkan serta nara sumber data yang ada selanjutnya dikemukakan teknik pengumpulan data.


(43)

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi pengamatan, wawancara atau diskusi, kajian dokumen, angket, dan tes yang masing-masing secara singkat diuraikas sebagai berikut:

(1) Pengamatan

Pengamatan yang peneliti lakukan adalah pengamatan berperan serta secara pasif. Pengamatan itu dilakukan terhadap guru ketika melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas maupun kinerja siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dengan mengambil tempat duduk paling belakang. Dalam posisi itu, peneliti dapat secara lebih leluasa melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar-mengajar siswa dan guru di kelas.

Pengamatan terhadap guru difokuskan pada kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran menulis dengan menggunakan strategi komposisi terkendali dan terarah. Pengamatan terhadap kinerja guru juga diarahkna pada kegiatan guru dalam menjelaskan pelajaran, memotivasi siswa, mengajukan pertanyaan dan menanggapi jawaban siswa, mengelola kelas, memberikan latihan dan umpan balik, dan melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa. Sementara itu, pengamatan terhadap siswa dalam mengikuti pelajaran, seperti terlihat pada keaktifan bertanya dan menanggapi stimuli baik yang datang dari guru atau teman lainnya. Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas, dan sebagainya.

(2) Wawancara atau diskusi

Wawancara atau diskusi dilakukan setelah dan atas dasar hasil pengamatan di kelas maupun kajian dokumen. Wawancara atau diskusi dilakukan antara peneliti dan guru. Wawancara atau diskusi dengan guru dilaksanakan setelah melakukan pengamatan pertama terhadap kegiayan belajar mengajar (KBM) dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran menulis. Wawancara dengan guru dilakukan pada


(44)

tanggal 4 Agustus 2003. dari wawancara itu kegiatan pengamatan dan kajian dokumen yang telah dilakukan identifikasi permasalahan-permasalahan yang ada berkenaan dengan pembelajaran menulis serta faktor-faktor penyebabnya.

Selain untuk mengidentifikasi permasalahan, wawancara / diskusi dilakukan setelah dan atas dasar hasil pengamatan di kelas maupun kajian dokumen dalam setiap siklus yang ada. Diskusi antar anggota tim peneliti dapat dilakukan di sekolah. Kegiatan diskusi itu dipimpin oleh peneliti. Dalam kegiatan diskusi itu, pemimpin diskusi melakukan hal-hal berikut: (1) meminta pendapat guru tentang penampilannya dalam melaksanakan pembelajaran di kelas, yang antara lain adalah mengungkapkan kelebihan dan kekurangan serta perasaan-perasaan yang bersangkut-paut dengan kegiatan itu, (2) mengemukakan catatan tentang hasil pengamatannya terhadap KBM yang dilakukan guru sesuai fokus penelitian, mengemukakan segi-segi kelebihan dan kekurangan, (3) mendiskusikan hal-hal yang telah dikemukakan baik oleh guru maupun peneliti untuk menyamakan persepsi tentang hal-hal yang perlu dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran menulis. Dengan perkataan lain, pada akhir setiap kegiatan diskusi disepakati hal-hal yang perlu dilakukan pada siklus berikutnya untuk meningkatkan keefektifan penerapan strategi komposisi terkendali dan terarah untuk meningkatkan kemahiran menulis siswa.

(3) Kajian Dokumen

Kajian juga dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada, seperti kurikulum, rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat gutu, buku atau materi pelajaran, hasil tulisan atau karangan siswa, dan nilai yang diberikan guru.

(4) Angket

Angket diberikan kepada siswa untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan aktivitas menulis atau mengarang dan


(45)

aktivitas membaca. Angket ini diberikan dua kali, yaitu sebelum kegiatan penelitian tindakan dan pada akhir penelitian tindakan. Dengan menganalisis informasi yang diperoleh melalui angket tersebut dapat diketahui peningkatan kualitas proses atas kegiatan menulis siswa serta dapat diketahui ada tidaknya peningkatan motivasi siswa dalam menulis.

(5) Tes

Pemberian tes dimaksudkan mengukur seberapa jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan. Tes mengarang diberikan pada awal kegiatan penelitian untuk mengidentifikasi kekurangan atau kelemahan siswa dalam mengarang dan setiap akhir siklus untuk mengetahui peningkatan mutu hasil karangan siswa. Dengan perkataan lain, tes disusun dan dilakukan untuk mengetahui tingkat perkembangan menulis iswa sesuai dengan siklus yang ada.

e Teknik Pemeriksaan Validitas Data

Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data antara lain adalah trianggulasi datareviewinforman kunci.

Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau perbandingan alat itu (Lexy J. Moleong, 1995: 178). Teknik trianggulasi yang digunakan antara lain berupa trianggulasi sumber data dan trianggulasi metode pengumpulan data. Misalnya untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadap siswa dalam kegiatan mengarang dan faktor-faktor penyebabnya, peneliti melakukan hal-hal berikut: (1) memberikan tes mengarang dan selanjutnya menganalisis hasil karangan itu untuk mengidentifikasi kesalahan yang masih mereka buat, dan (2) melakukan wawancara dengan guru untuk mengetahui pandangan guru tentang hambatan-hambatan yang dialami


(46)

siswa dalam mengarang, fasilitas pembelajaran yang dimiliki atau tidak dimiliki sekolah, kegiatan pembelajaran mengarang di kelas, penilaian yang dilakukan guru, dan sebagainya.

Review informan kunci adalah mengkonfirmasikan data atau interpretasi temuan kepada informan kunci sehingga diperoleh kesepakatan antara peneliti dengan dan informan tentang data atau interpretasi temuan tersebut. Hal ini dilakukan melalui kegiatan diskusi antar tim peneliti setelah kegiatan pengamatan maupun kajian dokumen.

f Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data-data yang telah berhasil dikumpulkan antara lain dengan teknik deskriptif komparatif (statistik deskripstif komparartif) dan teknik analisis kritis. Teknik statistik deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan membandingkan antarsiklus. Peneliti membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil pada akhir setiap siklus. Misal: membandingkan rerata nilai kemampuan menulis siswa pada kondisi sebelum tindakan, setelah siklus I, setelah siklus II, dan seterusnya. Teknik analisis kritis berkaitan dengan data kualitatif. Teknik analisis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar bedasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoritis maupun dari ketentuan yang ada. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Analisis data dilakukan bersamaan dan/ atau setelah pengumpulan data.

g Indikator Kerja

Pada bagian ini perlu dikemukakan atau dirumuskan indikator sebagai pokok tolok ukur keberhasilan penelitian yang dilakukan.


(47)

Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan dalam menetukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Contoh:

Peningkatan kemampuan menulis siswa. Misalnya:

Anak yang memeperoleh nilah 7,5 lebih dari 80%

Nilai rata-rata menulis siswa meningkat (dari 65 menjadi 70)

h Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas pada umumnya dilakukan dalam beberapa siklus, misalnya 3 siklus. Oleh karena iyu, perlu digambarkan rancangan tindakan pada masing-masing siklus.

D. Penyusunan Laporan Penelitian

1. Tujuan Penulisan Laporan Penelitian

Penulisan laporan penelitian pada hakikatnya dimaksudkan untuk mengomunikasikan kegiatan dan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh seorang peneliti. Bentuk paling umum yang digunakan untuk mengomunikasikan hasil-hasil penelitian adalah bentuk laporan penelitian tertulis. Penulisan laporan sebagai bagian dari keseluruhan rangkaian kegiatan penelitian merupakan tahap yang penting. Arti penting dan nilai sebuah penelitian pada umumnya ditentukan oleh kualitas serta kegunaan lapiran tersebut.

Banyak hal yang dipersyaratkan untuk dimiliki seorang peneliti agar ia mampu menyusun laporan penelitian dengan baik. Hal-hal tersebut antara lain, adalah pengetahuan yang memadai mengenai bagian-bagian laporan, ketrampilan-ketrampilan pengorganisasian dan kemampuan menulis (sudah tentu termasuk kemampuan berbahasa karena bahasa digunakan sebagai mediumnya), ketersediaan waktu, kecermatan, ketelitian, dan barangkali juga kesabaran.


(48)

Dalam buku ajar ini akan dikemukakan tiga hal pokok, yaitu (1) tujuan penulisan laporan penelitian, (2) struktur laporan penelitian, dan (3) bahasa yang digunakan dalan laporan penelitian.

1. Tujuan Penulisan Laporan Penelitian

Tujuan penulisan laporan penelitian adalah untuk mengomunikasikan hasil-hasil penelitian kepada pihak lain. Selain itu, laporan penelitian dimaksudkan sebagai bentuk pertanggungjawaban peneliti kepada pihak tertentu atas proses dan hasil penelitian yang telah dilakukan. Berkenaan dengan itu, peneliti haruslah menyadari untuk siapakah laporan penelitian itu ditulis atau disampaiakan. Jawaban terhadap pertanyaan ini mempengaruhi hampir semua bagian atau aspek dalam laporan penelitian. Laporan yang ditulis dan ditujukan kepada lembaga pemberi dana penelitian tentu harus disusun sesuai dengan format dan segala ketentuan yang digariskan. Lain kalau laporan itu berupa skripsi, tesis, atau disertasi yang ditulis oleh seorang mahasiswa. Laporan penelitian yang ditulis dalam bentuk artikel untuk sebuah jurnal ilmiah tentu berbeda dengan artikel yang disusun dalam bentuk makalah, buku, atau yang akan dipulikasikan di surat kabar atau majalah.

Brown (1994) berpendapat bahwa karena faktor jarak antara penulis dan pembaca, penulis dituntut memiliki empati kognitif, yaitu kemampuan membaca tulisannya sendiri dari persepktif pikiran pembaca sasaran (target reader). Penulis hendaknya dapat memprediksi pengetahuan, budaya dapat memprediksi pengetahuan, budaya, dan skemata pembaca, memiliki pengetahuan spesifik tentang pokok persoalan yang ditulisnya dan yang lebih penting lagi pilihan bahasanya dapat dipahami.

Laporan penelitian pada umumnya ditulis setelah peneliti merampungkan semua proses pengumpulan data serta menganalisis data tersebut. Cara kerja demikian dapat dikatakan kurang efisien. Peneliti hendaknya mempersiapkan proses penyusunan laporan sejak kegiatan penelitian dimulai. Sehubungan dengan itu, peneliti perlu


(49)

merancang garis besar laporan bersamaan waktunya dengan pada waktu ia mengajukan desain penelitian.

2. Struktur Laporan Penelitian

Laporan penelitian biasanya terdiri atas tiga bagian, bagian awal (preliminary), bagian pokok, dan bagian akhir. Namun aspek-aspek yang tercakup dalam masing-masing bagian tersebut bisa bervariasi. Hal itu bergantung pada jenis penelitian maupun lembaga penelitian atau lembaga penyandang dana penelitian. Berikut ini dikemukakan salah satu contoh struktur atau format penelitian.

Bagian Awal

LEMBAR JUDUL PENELITIAN

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL (JIKA ADA) DAFTAR GAMBAR (JIKA ADA) DAFTAR LAMPIRAN

Bagian Pokok

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

B. Temuan Hasil Penelitian Relevan C. Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Tindakan BAB III METODE PENELITIAN

A. SettingPenelitian B. Subjek Penelitian


(1)

Dalam buku ajar ini akan dikemukakan tiga hal pokok, yaitu (1) tujuan penulisan laporan penelitian, (2) struktur laporan penelitian, dan (3) bahasa yang digunakan dalan laporan penelitian.

1. Tujuan Penulisan Laporan Penelitian

Tujuan penulisan laporan penelitian adalah untuk mengomunikasikan hasil-hasil penelitian kepada pihak lain. Selain itu, laporan penelitian dimaksudkan sebagai bentuk pertanggungjawaban peneliti kepada pihak tertentu atas proses dan hasil penelitian yang telah dilakukan. Berkenaan dengan itu, peneliti haruslah menyadari untuk siapakah laporan penelitian itu ditulis atau disampaiakan. Jawaban terhadap pertanyaan ini mempengaruhi hampir semua bagian atau aspek dalam laporan penelitian. Laporan yang ditulis dan ditujukan kepada lembaga pemberi dana penelitian tentu harus disusun sesuai dengan format dan segala ketentuan yang digariskan. Lain kalau laporan itu berupa skripsi, tesis, atau disertasi yang ditulis oleh seorang mahasiswa. Laporan penelitian yang ditulis dalam bentuk artikel untuk sebuah jurnal ilmiah tentu berbeda dengan artikel yang disusun dalam bentuk makalah, buku, atau yang akan dipulikasikan di surat kabar atau majalah.

Brown (1994) berpendapat bahwa karena faktor jarak antara penulis dan pembaca, penulis dituntut memiliki empati kognitif, yaitu kemampuan membaca tulisannya sendiri dari persepktif pikiran pembaca sasaran (target reader). Penulis hendaknya dapat memprediksi pengetahuan, budaya dapat memprediksi pengetahuan, budaya, dan skemata pembaca, memiliki pengetahuan spesifik tentang pokok persoalan yang ditulisnya dan yang lebih penting lagi pilihan bahasanya dapat dipahami.

Laporan penelitian pada umumnya ditulis setelah peneliti merampungkan semua proses pengumpulan data serta menganalisis data tersebut. Cara kerja demikian dapat dikatakan kurang efisien. Peneliti hendaknya mempersiapkan proses penyusunan laporan sejak kegiatan penelitian dimulai. Sehubungan dengan itu, peneliti perlu


(2)

merancang garis besar laporan bersamaan waktunya dengan pada waktu ia mengajukan desain penelitian.

2. Struktur Laporan Penelitian

Laporan penelitian biasanya terdiri atas tiga bagian, bagian awal (preliminary), bagian pokok, dan bagian akhir. Namun aspek-aspek yang tercakup dalam masing-masing bagian tersebut bisa bervariasi. Hal itu bergantung pada jenis penelitian maupun lembaga penelitian atau lembaga penyandang dana penelitian. Berikut ini dikemukakan salah satu contoh struktur atau format penelitian.

Bagian Awal

LEMBAR JUDUL PENELITIAN

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL (JIKA ADA) DAFTAR GAMBAR (JIKA ADA) DAFTAR LAMPIRAN

Bagian Pokok

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

B. Temuan Hasil Penelitian Relevan C. Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Tindakan BAB III METODE PENELITIAN


(3)

C. Data dan Sumber Data D. Teknik Pengumpulan Data E. Validitas Data

F. Teknik Analisa Data G. Indikator Kerja H. Prosedur Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Siklus 1

a. Perencanaan b. Tindakan c. Pengamatan d. Refleksi 2. Siklus 2 3. Perencanaan

a Tindakan b Pengamatan c Refleksi d dst.

B. Pembahasan Hasil Penelitian BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

B. Saran Bagian Akhir

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN a. Abstrak

Pada bagian ini dituliskan ringkas hal-hal pokok tentang (a) permasalahan, khususnya perumusan masalah atau tujuan penelitian (b) metode penelitian, dan (c) hasil penelitian.


(4)

b. Pendahuluan

Bagian ini memuat unsur latar belakang masalah, data awal tentang permasalahan pentingnya masalah dipecahkan, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

c. Tinjauan Pustaka

Bagian ini mengurakan teori terkait dan temuan penelitian yang relevan, yang memberi arah pada pelaksanaan PTK dan usaha peneliti membangunargumen teoritis bahwa dengan tindakan tertentu dimungkinkan dapat ditingkatkan mutu proses hasil pendidikan dan pembelajaran, bukan untuk membuktikan teori. Bab ini diakhiri dengan hipotesis tindakan.

d. Metode Penelitian

Bagian ini menguraikan setting penelitian (deskripsi tempat atau lokasi dan waktu penelitian sesuai dengan kenyataan yang ada), menguraikan subjek penelitian (termasuk menguraikan karakteristik subjek penelitian secara rinci), menjelaskan data yang diperlukan sesuai dengan permasalahan penelitian dan sumber datanya. Menjelaskan teknik pengumpulan data beserta instrumen yang digunakan, menjelaskan upaya peneliti untuk memperoleh data yang valid (validitas data), menjelaskan teknik analisa data, mengemukakan indikator kinerja atau keberhasilan sebagaiman telah dirumuskan dalam proposal penelitian, dan menguraikan prosedur penelitian.

e. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bagian ini mengemukakan pelaksanaan penelitin serta hasil penelitian dan pembahasannya.

Pelaksanaan Penelitian

Pada bagian dijelaskan pelasnaan penelitian pada setiap siklus: perencanaan, tindakan, cara pemantauan beserta jenis instrumen, dan cara analisis dan refleksi. Tindakan yang dilakukan bersifat


(5)

pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi yang berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan dan kelemahan yang terjadi. Perlu ditambahkan hal yang mendasar, yaitu hasil perubahan (kemajuan) pada diri siswa, lingkungan, guru sendiri. Motivasi, dan aktivitas belajar, situasi kelas, dan hasil belajar. Kemukakan grafik dan tebel secara optimal, hasil analisis data yang menunjukkan perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara sistematis dan jelas.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Kemukakan grafik dan tabel secara optimal, hasil analisis data yang menunjukkan perubahan terjadi disertai pembahasan secara sistematis dan jelas. Penjelasan hasil menggunakan perspektif teori tertentu maupun norma atau ketentuan yang berlaku.

f. Kesimpulan dan Saran

Bagian ini menyajikan simpulan hasil penelitian (potret kemajuan) sesuai dengan tujuan penelitian. Berikan saran tindak lanjut berdasarkan pembahasan hasil penelitian.

g. Daftar Pustaka

Bagian ini memuat semua sumber pustaka yang digunakan dalam penelitian secara alfabetis.

h. Lampiran-Lampiran

Memuat instrumen penelitian, personalia tenaga peneliti, riwayat hidup masing-masing peneliti, data penelitian, dan bukti lain pelaksanaan penelitian.

3. Bahasa Yang Digunakan Dalan Laporan Penelitian

Laporan penelitian adapat digolongkan sebagai karya ilmiah. Oleh karena itu, dalam penyusunan laporan penelitian hendaknya digunakan ragam bahasa baku. Suriasumantri (1987) berpendapat bahwa dalam tulisan ilmiah, fungsi simbolik lebih ditekankan dari pada fungsi emotif dan afektif agar bahasa yang digunakan bersifat reproduktif, yakni gagasan yang disampaikan penulis dapat dipahami secara tepat oleh pembacanya.


(6)

Laras bahasa yang digunakan dalam laporan penelitian adalah laras bahasa keilmuan. Menurut Dardjowidjojo (1988), ciri-ciri laras bahasa keilmuan mencakupi: (1) wujud bahasa yang haruslah lengkap (afiksasi yang di dalam ragam informal opsional, dalam bahasa ilmiah wajib), (2) kosakata yang dipakai harus utuh, (3) menggunakan tanda baca yang tepat, (4) padat isi, bukan padat kata-kata, (5) adanya ketepatan ungkapan dan ketunggalan arti, (6) pemakaian bahasa bersifat abstrak, (7) banyak ditemukan kalimat pasif (penekanan pada peristiwa), dan (8) adanya kelengkapan unsur kalimat (seperti subjek dan predikat). Sementar itu, menurut Brotowidjoyo (1985), karangan ilmiah antara lain memiliki ciri-ciri (1) objektif, (2) cermat dan tepat, (3) sistematis, dan (4) tidak emotif.

Berdasarkan uraian di atas tampak dengan jelas bahwa dalam penyusunan laporan harus memperhatikan aspek penalaran, struktur paragraf, struktur kalimat, diksi, dan ejaan (Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan). Selain itu, harus pula diperharikan sistematika dan logika keseluruhan tulisan/ laporan.