Optimasi jenis fase diam dan fase gerak untuk clean up

ini kemudian digunakan sebagai larutan stok dalam pembuatan kurva baku dan kurva baku adisi deltametrin. d. Linearitas dan sensitivitas metode pengukuran deltametrin dengan GC-ECD. Deltametrin dari stok B diambil volume 3 dan 5 µL, sedangkan dari stok A diambil volume 1, 2, dan 4 µL, ditambahkan 7,5 µg DCB dan diencerkan dengan toluen hingga volume 50 µL sehingga diperoleh larutan deltametrin dengan konsentrasi berturut-turut 0,155 µgmL, 0,258 µgmL, 0,515 µgmL, 1,030 µgmL, dan 2,060 µgmL. Larutan tersebut diinjeksikan pada kromatografi gas volume injeksi 1 µl yang telah dioptimasi sebelumnya. Dalam tahap ini diperoleh hubungan antara kadar deltametrin dengan rasio luas puncak deltametrin terhadap DCB. Selanjutnya dilakukan perhitungan menggunakan program statistik powerfit.

3. Optimasi jenis fase diam dan fase gerak untuk clean up

a. Ekstraksi deltametrin dari ikan nila. Sampel ikan ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam gelas bekker dan dihaluskan, ditambah aseton dan Na 2 SO 4 anhidrat. Wadah ditutup rapat, didiamkan selama satu malam. Sampel ikan yang telah direndam 1 malam ditambah n-heksan, diaduk, dituang ke dalam gelas bekker. Ampas diekstrak kembali menggunakan diklorometan, ekstrak digabungkan dengan ekstrak n-heksan + aseton yang telah diperoleh sebelumnya. Kedalam ekstrak ditambah 0,5 g NaCl, diaduk, didiamkan, disaring menggunakan corong melewati natrium sulfat anhidrat. Filtrat yang diperoleh kemudian diuapkan dengan gas nitrogen hingga kering. Residu lemak kemudian ditambahkan standar deltametrin dengan konsentrasi tertentu untuk selanjutnya dilakukan proses clean up. b. Clean-up ekstrak ikan nila dengan fase diam alumina. Kolom kaca diisi dengan glaswool kemudian dialiri dengan aseton. Dimasukkan ke dalam kolom berturut-turut 1 g Na 2 SO 4 anhidrat, fase diam alumina 1 g, 0,5 g Na 2 SO 4 dengan bantuan petroleum eter. Sampel hasil ekstraksi kemudian dilarutkan dengan sedikit petroleum eter lalu dimasukkan ke dalam kolom . Laju alir kolom dijaga agar tetap konstan. Ekstrak lemak ikan dimasukkan ke dalam kolom, dielusi menggunakan beberapa fase gerak: 10 mL heksan, 10 mL diklorometan, 10 mL etil asetat, 10 mL dietil eter, 10 mL aseton. Masing-masing eluat ditampung dalam flakon yang berbeda dan diuapkan dengan gas nitrogen hingga kering. Masing-masing residu ditambah 7,5 µg standar internal DCB, dilarutkan dengan toluen hingga volume 50 µl untuk proses determinasi. c. Clean-up ekstrak ikan nila dengan fase diam karbon aktif dan karbon nonaktif. Kolom kaca diisi dengan glaswool kemudian dialiri dengan aseton. Karbon aktif adalah karbon yang telah dipanaskan dalam oven dengan suhu 100 ºC selama 2 jam. Dimasukkan ke dalam kolom berturut-turut 1 g Na 2 SO 4 anhidrat, fase diam karbon - Na 2 SO 4 anhidrat 0,4 g dengan metode basah menggunakan petroleum eter. Sampel hasil ekstraksi kemudian dilarutkan dengan sedikit petroleum eter lalu dimasukkan ke dalam kolom. Laju alir kolom dijaga agar tetap konstan. Ekstrak lemak ikan dimasukkan ke dalam kolom, dielusi bertahap dengan menggunakan petroleum eter sebagai fase gerak pertama dan aseton. Masing-masing eluat ditampung dalam flakon yang berbeda dan diuapkan dengan gas nitrogen hingga kering. Masing-masing residu ditambah 7,5 µg standar internal DCB, dilarutkan dengan toluen hingga volume 50 µl untuk proses determinasi.

4. Validasi metode analisis deltametrin dalam matriks ikan nila