1. Optimasi kromatografi gas untuk determinasi deltametrin
Optimasi dilakukan dengan menggunakan campuran larutan standar deltametrin dan standar internal yang diinjeksikan dengan volume tertentu
kemudian ke dalam instrumen GC-ECD menggunakan temperatur terprogram sedemikan rupa sehingga mendapatkan pemisahan yang optimum. Optimasi
meliputi kecepatan alir gas pembawa, suhu injektor, suhu kolom oven, dan suhu detektor. Pemilihan fase diam disesuaikan dengan senyawa deltametrin
yang bersifat non polar.
2. Validasi metode pengukuran deltametrin dengan GC-ECD
a. Kestabilan alat GC-ECD untuk penetapan kadar deltametrin.
Larutan standar DCB dengan kadar konstan diinjeksikan sebanyak 6 kali pada sistem kromatografi gas yang telah dioptimasi. Kestabilan alat ditunjukkan dengan
keajegan waktu retensi dan luas dari standar internal DCB. b.
Pembuatan larutan stok deltametrin 2,575x10
-1
μgμL. Ditimbang 51,5 mg baku deltametrin, dilarutkan dalam 5 ml toluen. Kemudian diambil 25
μL, dilarutkan dalam 1000
μL toluen sehingga didapatkan baku deltametrin dengan konsentrasi 2,575x10
-1
μgμL c.
Pembuatan larutan intermediet deltametrin intermediet A 2,575x10
- 2
μgμL dan intermediet B 2,575x10
-3
. Sepuluh dan satu mikroliter stok larutan baku deltametrin 2,575x10
-1
μgμL, masing-masing diencerkan dengan toluene sampai volume
100 μL sehingga diperoleh larutan intermediet dengan konsentrasi 2,575x10
-2
μgμL intermediet A dan 2,575x10
-3
μgμL intermediet B. Larutan
ini kemudian digunakan sebagai larutan stok dalam pembuatan kurva baku dan kurva baku adisi deltametrin.
d. Linearitas dan sensitivitas metode pengukuran deltametrin dengan
GC-ECD. Deltametrin dari stok B diambil volume 3 dan 5 µL, sedangkan dari stok A diambil volume 1, 2, dan 4 µL, ditambahkan 7,5 µg DCB dan diencerkan dengan
toluen hingga volume 50 µL sehingga diperoleh larutan deltametrin dengan konsentrasi berturut-turut 0,155 µgmL, 0,258 µgmL, 0,515 µgmL, 1,030 µgmL,
dan 2,060 µgmL. Larutan tersebut diinjeksikan pada kromatografi gas volume injeksi 1 µl yang telah dioptimasi sebelumnya. Dalam tahap ini diperoleh
hubungan antara kadar deltametrin dengan rasio luas puncak deltametrin terhadap DCB. Selanjutnya dilakukan perhitungan menggunakan program statistik powerfit.
3. Optimasi jenis fase diam dan fase gerak untuk clean up