d Motivasi Wisatawan Pada  dasarnya  seseorang  melakukan  perjalanan  dimotivasi
oleh  beberapa hal.  Dari  berbagai  motivasi  yang  mendorong perjalanan,  McIntosh  dan  Murphy  dalam  Pitana  dan  Gayatry,
2005:58-59 mengatakan bahwa motivasi-motivasi tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar sebagai berikut:
1. Physical  or  Physical  Motivation motivasi  yang  bersifat
fisik atau fisiologis, antara lain untuk rekreasi, kesehatan, kenyamanan,  berpartisipasi  dalam  kegiatan  olahraga,
bersantai, dan sebagainya. 2.
Cultural  Motivation  motivasi  budaya,  yaitu  keinginan untuk  mengetahui  budaya,  adat,  tradisi,  dan  kesenian
daerah lain. 3.
Social Motivation
atau interpersonal
motivation motivasi  yang  bersifat  sosial,  seperti  mengunjungi
teman  atau  keluarga,  menemui  mitra  kerja,  pelarian  dari situasi-situasi yang membosankan.
4. Fantasy  Motivation motivasi  karena  fantasi,  yaitu
adanya  fantasi  bahwa  di  daerah  lain  seseorang  akan  bisa lepas  dari  rutinitas  keseharian  yang  menjemukan,  dan
ego-enhancement yang memberikan kepuasan psikologis.
e Wisata Minat Khusus Bentuk  wisata minat  khusus  jika  dilihat  dari
wisatawannya  merupakan  pariwisata  dengan  wisatawan dalam  kelompok  atau  rombongan  kecil. Wisatawan  ini
melaksanakan  perjalanan  untuk  belajar  dan  berupaya mendapat  pengalaman  tentang  sesuatu  hal  di  Daerah  yang
dikunjungi. Pariwisata  minat  khusus  mempunyai  kaitan  dengan
adventure atau
pertualangan. Dalam
pariwisata pertualangan,  wisatawan  secara  fisik  mengeluarkan  dan
menguras tenaga dan ada unsur tantangannya. Wisata minat khusus tidak memerlukan fasilitas yang mahal, atau dengan
kata  lain  wisata  minat  khusus  adalah  sebuah  perjalanan aktif  dan  memberi  pengalaman  baru,  atau  berwisata  yang
berbasis alam dengan tujuan untuk pelestarian. Bentuk  wisata  minat  khusus ini  terus  berkembang
pesat.  Bentuk  pariwisata  ini  memiliki  beberapa  prinsip, diantaranya
http:pengertiandefinisi.blogspot.com201010definisi- pariwisata-minat-khusus.html
:
1. Motivasi  wisatawan  mencari  sesuatu  yang baru,  otentik  dan  mempunyai  pengalaman
perjalanan wisata yang berkualitas. 2. Motivasi  dan  keputusan  untuk  melakukan
perjalanan ditentukan
oleh minat
tertentukhusus  dari  wisatawan  dan  bukan dari pihak-pihak lain.
3. Wisatawan  melakukan  perjalanan  berwisata pada  umumnya  mencari  pengalaman  baru
yang  dapat  diperoleh  dari  obyek  sejarah, makanan  lokal,  olah  raga,  adat  istiadat,
kegiatan di lapangan dan petualangan alam.
4. Experiential Marketing
a. Pengertian Experiential Marketing Experiential  Marketing  berasal  dari  dua  kata  yaitu
Experiential dan Marketing. Experiential sendiri berasal dari kata experience  yang  berarti  sebuah  pengalaman.  Sedangkan
Marketing adalah
sebagai proses
dimana perusahaan
menciptakan  nilai  bagi  pelanggan  dan  membangun  hubungan yang  kuat  dengan  pelanggan  dengan  tujuan  untuk  menangkap
nilai  dari  pelanggan  sebagai  imbalannya Kotler    Armstrong, 2008:6.
Menurut  Schmitt,  dalam  Jatmiko    Adharini,  2012:130, experience
adalah  kejadian-kejadian  pribadi  yang  terjadi dikarenakan adanya tanggapan stimulasi atau rangsangan tertentu
misalnya  yang  diberikan  oleh  pihak  pemasar  sebelum  dan sesudah pembelian barang atau jasa pada setiap individu  secara
personal. Experiential marketing adalah suatu konsep pemasaran yang
bertujuan  untuk  membentuk  pelanggan-pelanggan  yang  loyal dengan menyentuh  emosi  mereka dan memberikan  suatu feeling
yang  positif  terhadap  produk  dan  jasa  yang  mereka  konsumsi Kartajaya, 2004:163.
Menurut  Andreani  2007:  2,  experiential  marketing lebih dari sekedar memberikan informasi dan peluang pada pelanggan
untuk  memperoleh  pengalaman  atas  keuntungan  yang  didapat dari  produk  atau  jasa  itu  sendiri  tetapi  juga  membangkitkan
emosi  dan  perasaan  yang  berdampak  terhadap  pemasaran, khususnya penjualan.
Dari  berbagai  pendapat  para  ahli  di  atas  dapat  disimpulkan bahwa  Experiential  Marketing adalah  suatu  konsep  pemasaran
yang  tidak  hanya  sekedar  memenuhi  kebutuhan  pelanggan  saja, tetapi  juga  berusaha menciptakan  pengalaman  yang  berkesan
kepada  pelanggan  dengan  menyentuh  emosi  mereka dan
memberikan suatu perasaanyang positif secara personal terhadap suatu produk yang mereka konsumsi.
b. Manfaat Experiential Marketing Experiential  marketing dapat  dimanfaatkan  secara  efektif
apabila diterapkan pada beberapa situasi tertentu. Ada beberapa manfaat  yang  dapat  diterima  dan  dirasakan  suatu  perusahaan
menurut  Schmitt  1999:34,  apabila  menerapkan  Experiential marketing antara lain:
1. Untuk  membangkitkan  kembali  merek  yang  sedang merosot,
2. Untuk  membedakan  suatu  produk  dengan  produk pesaing,
3. Untuk  menciptakan  sebuah  citera  dan  identitas  untuk sebuah perusahaan,
4. Untuk meningkatkan inovasi, 5. Membujuk  pelanggan,  untuk  mencoba  dan  membeli
produk yang ditawarkan. c. Karakteristik Experiential Marketing
Tahap awal dari sebuah experiential marketing menurut Schmitt 1999:12, terfokus pada tiga kunci pokok, diantaranya:
1. Fokus Pada Pengalaman Pelanggan, Pengalaman  pelanggan  melibatkan  panca  indera,  hati,
pikiran  yang  dapat  menempatkan  pembelian  produk
atau  jasa  di  antara  konteks  yang  lebih  besar  dalam kehidupan.
2. Pola Konsumsi, Analisis  pola  konsumsi  dapat  menimbulkan  hubungan
untuk  menciptakan  sinergi  yang  lebih  besar. Produk dan  jasa  tidak  lagi  dievaluasi  secara  terpisah,  tetapi
dapat  dievaluasi  sebagai  bagian  dari  keseluruhan  pola penggunaan yang sesuai dengan kehidupan konsumen.
Hal  yang  terpenting,  pengalaman  setelah  pembelian diukur melalui kepuasan dan loyalitas.
3. Keputusan Rasional dan Emosional, Pengalaman  dalam  hidup  sering  digunakan  untuk
memenuhi  fantasi,  perasaan,  dan  kesenangan. Dalam experiential  marketing keputusan  pembelian  suatu
barang  atau  jasa  tidak  hanya  dilihat  dari  sisi rasionalnya  tetapi  juga  dari  sisi  emosionalnya.
Konsumen  tidak  hanya  ingin  menjadi  pembuat keputusan  yang  rasional  tetapi  juga  konsumen  ingin
dihibur, dirangsang,
serta dipengaruhi
secara emosional dan ditantang secara kreatif.
d. Dimensi-Dimensi Experiential Marketing Schmitt, dalam Jatmiko  Adharini, 2012:130,  menyatakan
bahwa sasaran dari experiential marketing adalah untuk memberi
pengalaman  kepada  konsumen  melalui  lima  tipe  pengalaman yaitu Sense, Feel, Relate, Think, dan Act sebagai berikut:
1 sense; Merupakan  tipe  pengalamanyang  bertujuan  menciptakan
sensory  experience melalui  lima  panca  indera  manusia, meliputi  penglihatan,  suara,  sentuhan,  perasaan,  dan
penciuman yang
memberikan kesan
keindahan, kesenangan,
kepuasan, melalui
adanya stimuli
rangsangan, proses, dan consequences akibat. 2 feel;
Merupakan  tipe  pengalamanyang  mampu  menyentuh perasaan  terdalam  innerfeelings  dan  emosi  pelanggan
dengan tujuan membangkitkan pengalaman afektif sehingga ada rasa gembira dan bangga .
3 think; Merupakan  tipe  pengalamanyang  bertujuan  menuntut
pemikiran kreatif konsumen tentang sebuah perusahaan dan merek.
4 Act; Merupakan
tipe pengalamanyang
didesain untuk
menciptakan  pengalaman  konsumen  yang  bertujuan  untuk mempengaruhi  perilaku,  gaya hidup,  dan  interaksi  dengan
orang lain.
5 relate; Merupakan  tipe  pengalamanyang  merupakan  kombinasi
sense,  feel,  think,  dan  act, yang  bertujuan  untuk
mengkaitkan  individu  dengan  sesuatu  yang  berada  diluar dirinya dengan masyarakat atau budaya.
5. Perilaku Konsumen
a. Pengertian Perilaku Konsumen Menurut  Kotler  2009:166  perilaku  konsumen  adalah
studi  tentang  bagaimana  individu,  kelompok,  dan  organisasi memilih,  membeli,  menggunakan,  dan  bagaimana  barang,
jasa, ide,  atau pengalaman  untuk  memuaskan  kebutuhan  dan keinginan mereka.
Perilaku  konsumen  menurut  Mowen    Minor  2002:6 adalah  sebagai  studi  tentang  unit  pembelian  buying  units
dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dam pembuangan barang-barang, jasa, pengalaman, serta ide-
ide. Selain  itu,  Loudon  dan  Bitta,  dalam  Mangkunegara,
1987:2,  mendefinisikan  perilaku  konsumen  adalah  sebagai suatu  proses  pengambilan  keputusan  dan  aktivitas  individu
secara fisik
yang dilibatkan
dalam mengevaluasi,