Jadwal Kebaktian di Gereja Kristen Jawa Ambarukmo
46 Katekisasi atau Katekese berasal dari kata kerja bahasa Yunani Κατεχειν
katekhein, yang berarti memberitakan, memberitahukan, mengajar, dan memberi pengajaran. Dalam perjanjian baru misalnya, Lukas 1:4, Kisah Para Rasul 18:25,
21:21, 24, Roma 2:17-18,1 Korintus 14-19,dan Galatia 6:6. Disimpulkan bahwa arti kata Katekhein lebih ditekankan pada mengajar bukan dalam arti
intelektualistis tetapi lebih kepada arti praktis, yaitu mengajar atau membimbing seseorang, supaya ia melakukan apa yang diajarkan kepadanya. Katekisasi yang
berlangsung dalam gereja berarti, kegiatan pengajaran iman yang membimbing seseorang atau beberapa agar ia melakukan apa yang diajarkan kepadanya.
Katekisasi tidak semata-mata melakukan transfer pengetahuan Alkitab, melainkan lebih menekankan pada upaya menyampaikan pemahaman isi Alkitab.
Oleh karena itu, katekisasi yang dilakukan gereja adalah kegiatan pengajaran yang penting tentang iman juga merupakan pembentukan iman dari peserta katekisasi
katekisan atau calon warga sidi jemaat, sehingga melalui katekisasi warga jemaat dilengkapi untuk mengenal dan percaya kepada Allah dalam Yesus Kristus
sehingga sanggup menghayati, mentaati dan melaksanakan imannya dalam keluarga, Gereja dan masyarakat Efesus 4: 12-13 : Untuk melengkapi orang-
orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus. Sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang
Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. Katekisasi dilaksakan oleh pendeta dan guru katekisasi.
Waktu pelaksanaan katekisasi sekurang-kurangnya 36 kali pertemuan. Bagi kasus-kasus tertentu, jika calon tidak dapat mengikuti katekisasi menurut waktu
47 yang ditentukan, maka majelis gereja dapat menentukan lama penyelenggaraan
dan penyesuaian bahan katekisasinya Pelayanan katekisasi dilaksanakan untuk persiapan anggota jemaat yang
akan mengaku percaya. Katekisasi juga diwajibkan untuk anggota jemaat yang akan menikah, khususnya untuk katekisasi pranikah akan dibimbing langsung
oleh Pendeta. Katekiasai diadakan pada setiap wilayah pelayanan dan diselenggarakan sesuai jadwal masing-masing wilayah dan dibedakan berdasarkan
kelompok umur. Kelompok katekisasi remaja, kelompok katekisasi PemudaDewasa dan kelompok katekisasi orang tua.
Persekutuan Doa Persekutuan doa merupakan bagian dari pembinaan iman yang mendorong
anggota jemaat untuk selalu memelihara relasinya dengan Tuhan, dan dapat membangun sikap hidup yang taat dan setia kepada-Nya
34
. Persekutuan doa keluarga pada setiap wilayah dan diselenggarakan setiap satu bulan sekali.
Pemahaman Alkitab Pemahaman Alkitab adalah media untuk mendorong anggota jemaat untuk
menemukan kekuatan-kekuatan yang membangun hidup bergereja sesuai dengan Firman Tuhan. Dalam kelompok pemahaman Alkitab diberi kesempatan untuk
diadakannya diskusi, untuk dan mningkatkan pemahaman tentang Firman Tuhan sehingga menjadi pedoman dalam kehidupan iman di kehidupan sehari-hari.
34
Evi Dewajanti, Sejarah Gereja Kristen Jawa Ambarukmo 1964-1994, Yogyakarta, 2000. hlm.51
48 Pelayanan Peneguhan Nikah
Peneguhan nikah didahului dengan katekisasi pranikah yang dibimbing sendiri oleh Pendeta. Menurut orang kristen pernikahan adalah suatau persekutuan
antar suami dan istri dan lingkungan orang kristen berlaku sistem monogami, yaitu pernikahan berlangsung untuk selamanya atau sekali dalam hidup.
Dalam pelayanan katekisasi pranikah diajarkan, pertama tentang konsep pernikahan kristen itu sendiri seperti apa: bahwa itu mengenai memulai kehidupan
baru “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging”, Kejadian
2:24, yang salah satunya mengimplikasikan bahwa seorang cowok dan harus siap nikah dan tidak lagi meminta support keluarga untuk menafkahi istri seperti yang
tertulis dalam 1 Korintus 7:3 yang berbunyi “Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula istri terhadap suaminyadan juga
mengimplikasikan bahwa masalah dalam keluarga sebaiknya tidak dibawa ke orang tua pertama didoakan, di bawa ke pendeta dan diselesaikan oleh pasangan
suami-istri. Pernikahan juga hanya boleh sekali: Tidakkah kamu baca, ‘Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah
dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia’ Matius 19:6. Dijelaskan juga mengenai peran dan tanggung jawab suami dan istri
Efesus 5:22-28: Istri harus tunduk pada suami, dan suami harus mengasihi istri. Dijelaskan juga mengenai peran anak, dan bagaimana berkomunikasi dengan
pasangan dalam menghadapi persoalan dalam keluarga maupun persoalan dari luar.
49 Retret
Retret memiliki beberapa makna yang berkaitan, yang pada umumnya berupa gagasan untuk sementara waktu menjauhkan diri sendiri dari lingkungan
biasanya. Sebuah retret dapat dilakukan untuk alasan yang berhubungan dengan spritiual, stres, kesehatan, gaya hidup, ataupun hal-hal sosial atau ekologis.
Sebuah retret dapat berarti sebuah periode pengalaman menyendiri ataupun pengalaman mengasingkan diri bersama dengan sebuah kelompokkomunitas.
Beberapa retret dilakukan dalam kesunyian, sementara yang lainnya dilakukan dalam suasana berbagi rasa, tergantung dari pengetahuan dan praktik yang
dilakukan oleh fasilitator danatau pesertanya. Retret sering kali dilakukan di daerah pedesaan atau pedalaman, atau di tempat-tempat retret khusus seperti
sebuah biara. Retret religiusspiritual menyediakan waktu untuk berefleksi, berdoa, atau bermeditasi.
Kegiaatan retret dilakukan oleh masing-masing komisi yang bertujuan untuk berdoa dan mendapatkan kekuatan, inspirasi dan semangat sehingga dapat
kembali melaksanakan tugas dengan baik dalam menghadapi setiap tantangan dalam tugas dan pelayanan gerejawi.
Rapat-rapat Gereja Rapat gerejawi diselenggarakan untuk membicarakan kelangsungan
kehidupan bergereja. Rapat terdiri dari: Rapat Majelis Gereja, Rapat Diaken, Rapat Majelis terbuka dan Rapat Moderamen. Di dalam keputusan Sidang Sinode
XVII pasal 28 yang berisi macam persidangan Gerejawi : Persidangan Majelis Gereja dan Persidangan Majelis Gereja Terbuka Rapat Gereja. Rapat jemaat
50 telah dicantumkan dalam persidangan gerejawi yang disebut dengan persidangan
Majelis Terbuka, maka Persidangan Majelis Terbuka adalah forum Persidangan Majelis Gereja yang dihadiri oleh Pendeta, Penatua dan Diaken yang juga dihadiri
oleh anggota gereja, dengan ketentuan
35
: 1.
Sidang Majelis merupakan wadah pengambilan keputusan serta kebijakan di jemaat.
2. Sidang Majelis Gereja adalah badan pelayanan tertinggi dalam jenjang
pengambilan keputusan di tingkat jemaat oleh karena itu wajib dihadiri oleh seluruh anggota Majelis Jemaat
3. Sidang Majelis Gereja dilaksanakan setiap 3 bulan dan sidang dapat
dilaksanakan apabila dianggap perlu 4.
Sidang Majelis Gereja diadakan atas undangan Pelaksanaan Harian Majelis Jemaat PHMJ
Sidang Majelis Gereja diadakan untuk berbagai tujuan berupa: 1.
Penetapan Rencana Kerja dan Anggaran 2.
Pertanggungjawaban Realisasi Rencana Kerja dan Anggaran dari PHMJ kepada Majelis Jemaat
3. Penetapan Peraturan Pelaksanakan Majelis Jemaat
4. Permintaan persetujuan bagi realisasi suatu proyek Non Program
5. Sidang khusus dalam rangka penyelesaian masalah yang timbul dalam
jemaat dan hal-hal lain yang memerlukan persetujuankeputusan sidang majelis gereja.
Kehadiran dalam persidangan majelis jemaat merupakan wujud nyata tanggung jawab sebagai pimpinan jemaat. Seorang anggota majelis jemaat berhak
dan berkewajiban untuk hadir dalam persidangan majelis gereja dan berpartisipasi di dalamnya dapat mendatangkan banyak hal positif dalam pelayanan bersama
35
Majelis Jemaat Gereja Kristen Jawa Ambarukmo Yogyakarta, Catatan Sejarah Ringkas Gereja Kristen Jawa Ambarukmo
, Yogyakarta, 2004, hlm. 12
51 dapat terjadi antara lain karena kurangnya kehadiran dan keterlibatan dalam
persidangan. 1
Rapat majelis Permusyawaratan anggota majelis jemaat yang mengatur dan menetapkan
pelaksanaan tugas dan tanggungjawab gereja, perihal pemberitaan Injil, pemeliharaan Iman warga jemaat, adminitrasi dan keuangan Gereja. Evaluasi
pelaksanaan kegiatan Gereja dan maslah-masalah kebersamaan Klasikal, Sinodal, Oikumenis dan Kemasyarakatan.Dilaksanakan setiap 2 minggu sekali setiap hari
Kamis pukul 19.00 WIB – Selesai dan dihadiri oleh anggota majelis. 2
Rapat MajelisTerbuka Materi yang dibicarakan dalam sidang adalah evaluasi kegiatan dan atau
rencana dalam pelayanan Gereja, dan hal-hal yang tidak menyangkut rahasia jabatan serta rahasia pribadi warga jemaat.
3 Rapat Diakonia
Dilaksanakan 1 bul an sekali untuk membahas secara khusus tindakan- tindakan diakonia yang dilakukan terhadap anggota jemaat, yang memerlukan
pelayanan. Membahas kebutuhan jemaat yang sedang mengalami masalah, peristiwa dukacita, menderita sakit, kelahiran anak dan melayani keluar wilayah
seperti membantu daerah yang dilanda bencana. 4
Rapat Moderamen Dilaksanakan dalam rangka melaksanakan keputusan rapat majelis untuk
membicarakan hal-hal khusus atau jika dipandang perlu dan mendesak.
52 Sidang Klasis
Klasis Gereja-Gereja Kristen Jawa adalah ikatan kebersamaan beberapa Gereja Kristen Jawa di wilayah tertentu yang didasarkan pada pengakuan keesaan
Gereja sebagaimana dinyatakan dalam Alkitab, pokok-pokok ajaran Gereja Kristen Jawa, serta tata Gereja dan tata laksana Gereja Kristen Jawa. Ikatan
kebersamaan beberapa Gereja Kristen Jawa tersebut diwujudkan dalam Persidangan Klasis dan Visitasi. Beberapa Gereja yang berasal dari satu atau
beberapa klasis yang berdekatan dan telah mampu mengatur, mengembangkan, serta membiayai diri sendiri sebagai klasis dapat berdiri menjadi sebuah klasis
baru. Setiap klasis memiliki nama yang pasti dan alamat yang jelas. Kedudukan
hukum setiap klasis ditentukan oleh klasis itu sendiri. Apabila dalam melaksanakan pelayanannya Gereja Kristen Jawa mengalami masalah, maka akan
diadakan Sidang Klasis. Sidang Klasis adalah persidangan para pemangku jabatan Gerejawi utusan Gereja-Gereja anggota Klasis yang bersangkutan.
Sidang Klasis terbagi dalam dua macam
36
: 1.
Sidang Klasis yaitu persidangan untuk membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan Gereja dan tugas panggilannya dalam
lingkup klasis, berdasarkan kehendak Kristus Raja Gereja. 2.
Sidang Klasis Istimewa yaitu persidangan untuk membicarakan masalah-masalah tertentu dan mendesak yang berkaitan dengan
kehidupan Gereja dan tugas panggilannya dalam lingkup klasis, berdasarkan kehendak Kristus Raja Gereja.
Keputusan yang diperoleh pada saat Sidang Klasis dan Sidang Klasis Istimewa ditetapkan berdasarkan Alkitab, pokok-pokok ajaran Gereja Kristen
36
Sinode GKJ, Tata Gereja dan Tata Laksana Gereja Kristen Jawa, Salatiga: Sinode Gereja- Gereja Kristen Jawa, 2012, hlm. 13
53 Jawa, serta tata Gereja dan tata laksana Gereja Kristen Jawa. Selain itu, keputusan
tersebut pun mengikat Gereja-Gereja se-klasis yang bersangkutan. Visitasi Klasis adalah perkunjungan Gerejawi yang dilakukan oleh para
pejabat Gerejawi yang ditunjuk oleh persidangan klasis ke suatu Gereja sebagai wujud ikatan Gereja-Gereja dalam lingkungan klasis. Visitasi klasis bertujuan
untuk saling mengingatkan dan menguatkan agar Gereja-Gereja senantiasa melaksanakan tanggung jawabnya, baik dalam pemberitaan penyelamatan Allah,
pemeliharaan keselamatan, penataan organisasi, serta keuangan dan harta benda. Klasis dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh Badan Pelaksana Klasis
Bapelklas, Badan Pengawas Klasis Bawasklas, dan Administrasi Klasis. Pertama, Badan Pelaksana Klasis Bapelklas adalah badan yang beranggotakan
orang-orang yang diangkat oleh persidangan klasis untuk melaksanakan keputusan-keputusan klasis. Bapelklas mempertanggungjawabkan pelaksanaan
tugasnya kepada persidangan klasis berikutnya dan diberhentikan oleh persidangan klasis.
Kedua, Badan Pengawas Klasis Bawasklas adalah badan yang beranggotakan orang-orang yang diangkat oleh persidangan klasis untuk
melaksanakan pengawasan terhadap kegiatan dan kekayaan klasis. Bawasklas mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada persidangan klasis
berikutnya dan diberhentikan oleh persidangan klasis. Ketiga, Administrasi Klasis adalah penataan, penyelenggaraan, dan pengurusan segala usaha atau kegiatan
klasis, yang meliputi perencanaan, pengaturan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi.
54 Setiap Klasis memiliki kekayaan yang pada hakikatnya kekayaan tersebut
adalah milik Allah yang pengelolaannya dipercayakan kepada Klasis dalam rangka melaksanakan tugas panggilannya untuk karya penyelamatan Allah.
Kekayaan Klasis terdiri dari uang, surat berharga, barang bergerak dan tidak bergerak, serta kekayaan intelektual. Kekayaan yang dimiliki oleh Klasis
diperoleh dari dukungan Gereja-Gereja se-klasis, persembahan warga Gereja, sumbangan perseorangan atau lembaga yang tidak mengikat, dan sumber-sumber
lain yang tidak bertentangan dengan iman Kristen. Sidang Sinode
Sinode Gereja Kristen Jawa adalah ikatan kebersamaan seluruh Gereja- Gereja Kristen Jawa melalui Klasis yang didasarkan pada pengakuan keesaan
Gereja sebagaimana dinyatakan dalam Alkitab dengan menaati pokok-pokok ajaran GKJ, serta tata Gereja dan tata laksana GKJ. Sinode GKJ pertama kali
diselengarakan di Kebumen, pada tanggal 17 Februari 1931. P ara pemangku jabatan Gerejawi utusan tiap klasis GKJ berhak melakukan persidangan apabila
menghadapi masalah dalam menjalankan pekerjaannya. Persidangan tersebut biasa disebut Sidang Sinode.
Sidang Sinode terbagi menjadi dua
37
: 1.
Sidang Sinode yaitu persidangan untuk membicarakan masalah- masalah yang berkaitan dengan kehidupan Gereja dan tugas
panggilannya dalam lingkup sinode, berdasarkan kehendak Kristus Raja Gereja.
2. Sidang Sinode Istimewa yaitu persidangan untuk membicarakan
masalah-masalah tertentu dan mendesak yang berkaitan dengan kehidupan Gereja dan tugas panggilannya dalam lingkup sinode,
berdasarkan kehendak Kristus Raja Gereja.
37
Ibid., hlm. 16.
55 Keputusan yang diperoleh pada saat Sidang Sinode dan Sidang Sinode
Istimewa ditetapkan berdasarkan Alkitab, pokok-pokok ajaran Gereja Kristen Jawa, serta tata Gereja dan tata laksana Gereja Kristen Jawa, yang harus diterima
oleh setiap GKJ atau klasis. Visitasi sinode adalah perkunjungan Gerejawi yang dilakukan oleh para
pejabat Gerejawi yang ditunjuk oleh persidangan sinode ke suatu klasis sebagai wujud ikatan Gereja-Gereja dalam lingkungan sinode. Visitasi sinode bertujuan
untuk melakukan pendampingan terhadap klasis atau Gereja melalui klasis yang divisitasi agar senantiasa melaksanakan tanggung jawabnya, baik dalam
pemberitaan penyelamatan Allah, pemeliharaan keselamatan, penataan organisasi, serta keuangan dan harta benda.
Klasis dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh Badan Pelaksana Sinode Bapelsin, Badan Pengawas Sinode Bawasin, dan Administrasi Sinode.
Pertama, Badan Pelaksana Sinode Bapelsin adalah badan yang beranggotakan orang-orang yang diangkat oleh persidangan sinode untuk melaksanakan
keputusan-keputusan sinode. Bapelsin mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada persidangan sinode berikutnya dan diberhentikan oleh
persidangan sinode. Kedua, Badan Pengawas Sinode Bawasin adalah badan yang
beranggotakan orang-orang yang diangkat oleh persidangan sinode untuk melaksanakan pengawasan terhadap kegiatan dan kekayaan sinode. Bawasin
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada persidangan sinode berikutnya dan diberhentikan oleh persidangan sinode. Ketiga, Administrasi
56 Sinode adalah penataan, penyelenggaraan, dan pengurusan segala usaha atau
kegiatan sinode, yang meliputi perencanaan, pengaturan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi.
Setiap Sinode memiliki kekayaan yang pada hakikatnya kekayaan tersebut adalah milik Allah yang pengelolaannya dipercayakan kepada Sinode dalam
rangka melaksanakan tugas panggilannya untuk karya penyelamatan Allah. Kekayaan Sinode terdiri dari uang, surat berharga, barang bergerak dan tidak
bergerak, serta kekayaan intelektual. Kekayaan yang dimiliki oleh Sinode diperoleh dari dukungan setiap GKJ, persembahan warga Gereja, sumbangan
perseorangan atau lembaga yang tidak mengikat, dan sumber-sumber lain yang tidak bertentangan dengan iman Kristen.
57