37 dan 186 anak-anak, menjadi 566 dengan rincian jumlah jemaat dewasa 349 dan
jemaat anak 217. d.
Pepanthan Condongcatur Wilayah 7 kemudian hari menjadi gereja mandiri yang setelah menjadi
Pepanthan Condongcatur kemudian didewasakan oleh GKJ Ambarukmo pada tanggal 5 Juli 1984 menjadi GKJ Condongcatur. Pada saat pendewasaan jumlah
jemaat adalah 356 jiwa terdiri dari 168 warga dewasa dan 188 warga anak-anak. Gedung gereja dibangun sebelum pendewasaan pepanthan, seiring dengan
pembangunan Perumnas Condongcatur yang memberi fasilitasi sepetak tanah seluas 500 M² yang dapat didirikan tempat ibadah bagi warga Kristiani. Majelis
GKJ Ambarukmo menindaklanjuti pembangunan gedung gereja dengan semangat gotong-royong.
Dengan semakin berkembangnya jumlah warga jemaat, maka diputuskan untuk mencari seorang pendeta lagi. Setelah melalui proses pencalonan, maka
pada tanggal 27 Juli 1995 telah terpilih Sdr. Purwantoro Kurniawan, S.Th sebagai calon pendeta di GKJ Ambarukmo. Ujian kependetaan dilaksanakan pada sidang
Kontrakta Klasis Yogyakarta utara GKJ pada tanggal 30 Oktober 1996 di GKJ Ambarukmo dan dinyatakan lulus serta layak untuk ditahbiskan menjadi pendeta.
Penahbisan dilaksanakan pada hari Jumat, 17 Januari 1997 b ersamaan dengan peresmian Gedung 3 GKJ Ambarukmo di Nologaten oleh Bapak Bupati Sleman
Drs. H. Arifin Ilyas, yang kemudian disebut dengan Gedung 3 GKJ Ambarukmo di Nologaten.
38 Pada Tahun 2000 Majelis dan warga jemaat menyepakati dilakukannya
peminjaman tanpa bunga untuk membeli sebidang tanah serta rumah pastori ke-2 di Jl. Lampar 13 Papringan, mengingat kondisi Gedung Induk yang masih
menggunakan bangunan lama, maka majelis kemudian berencana melakukan renovasi. Majelis dan warga jemaat kemudian memutuskan untuk membangun
gedung baru di sisi barat serta membangun sekolah dasar BOPKRI Demangan III di sisi timur yang bertujuan untuk mengedepankan pelayanan masyarakat di
bidang pendidikan. Rancangan pembangunan gedung gereja dikoordinasi oleh Bapak Ir.
Prawatya Widyanto mulai tahun 2004 yang dilaksanakan oleh panitia yang ditugasi majelis. Untuk kelancaran kegiatan belajar-mengajar, maka gedung
gereja digunakan untuk SD BOPKRI Demangan III pada hari Senin-Sabtu dan pada Minggu untuk ibadah seperti biasa. Majelis dan panitia pembangunan
memikirkan untuk kenyamanan belajar mengajar sekolah, maka menemui Ibu Sri Prihartini Suwarjo untuk memperkenankan tanahnya dipergunakan sebagai tempat
penyelenggaraan kegiatan SD. Ibu Sri Prihartini Suwarjo beserta keluarga memperkenankan majelis menggunakan tanahnya sebagai bangunan sekolah
sementara, sampai dengan selesainya pembangunan gedung sekolah yang baru. Ada pihak yang mendukung dan peduli pada SD dan Gereja yakni Yayasan Petra
Surabaya dan UKDW Yogyakarta. P ada tahun 2006 terjadi gempa bumi besar yang melanda Yogyakarta dan puji Tuhan bangunan Gereja Induk yang baru
dibangun, Gereja 2 K aranngbendo dan Gedung Gereja 3 N ologaten tidak mengalami kerusakan yang berarti kecuali gedung Nologaten yang gentingnya
39 runtuh semua. Namun kemudian ada kepedulian dari seorang warga jemaat lain
yang bekerja di Pemda. Kabupaten Sleman bekerjasama dengan beberapa warga jemaat dan panitia untuk mengupayakan pengajuan proposal dan pembangunan
pasca gempa dari Jerman. Maka terwujudlah bangunan SD dengan rancangan tiga lantai, namun baru dibangun dua lantai saat ini sedang dibangun di lantai tiga
untuk ruang perpustakaan dari pemerintah dan laboraturium biologi dari Bank Mandiri. Dalam perkembangan berikut penyebutan status Gerejawi dengan
tempat aktivitas di Gedung 1,2, dan 3 mengalami perubahan seiring dengan perubahan status menjadi gereja induk dan pepanthan. Hal itu didasarkan pada
keinginan wilayah 5 Barat dan 5 Timur untuk menjadi pepanthan. Maka pada bulan maret 2008, di putuskan GKJ Ambarukmo terdiri dari gereja induk dan
pepanthan, yakni gedung induk meliputi wilayah 1, 2 B arat, 2 T imur, 3 dan 4, pepanthan Karangbendo meliputi 5 Ba rat, Tengah, Timur dan pepanthan
Nologaten meliputi wilayah 6. Sampai dengan tahun 2012 jumlah warga jemaat 2.926 jiwa yang terdiri dari 2.032 warga dewasa dan 894 warga anak. Anggota
majelis yang melayani ada 73 ora ng. Setelah pepanthan Karangbendo dipersiapkan dengan latihan mandiri mulai tahun 2010, maka pada hari senin, 17
September 2012 didewasakan menjadi GKJ Karangbendo Banguntapan Bantul
28
. Perkembangan fisik gedung gereja dengan fasilitasnya terus diupayakan, yakni
pembangunan rumah koster dan fasilitas pergudangan dengan rancangan Bapak Slamet Anambyah, ST.
28
Ibid., hlm. 18.
40
B. Aktivitas Kantor Gereja
Kantor Gereja sangat membantu dalam kelancaran pelayanan gerejawi, komunikasi dan kegiatan Gereja sangat ditunjang oleh kinerja kantor dan para
pelayanannya. Saat seorang anggota,maupun masyarakat membutuhkan pelayanan, informasi dan bantuan dapat diperoleh dari kantor Gereja. Karena
segala bentuk pelayanan, informasi dan bantuan datangnya pertama-tama dari kantor Gereja, maka kantor Gereja yang pertama-tama dapat dijumpai dan pusat
informasi awal kehidupan bergereja. Oleh sebab itu, kantor harus ditunjang oleh pelayan yang memahami bidang kerjanya, suasana kerja yang disiplin, dan
suasana kantor yang tidak membuat orang enggan untuk datang baik untuk bertanya, mendapat informasi dan bantuan pelayanan. Sebuah kantor gereja yang
diharapkan dapat menunjang pelayanan dan dirasakan manfaatnya baik oleh anggota, simpatisan dan masyarakat.
Kantor Gereja bertugas membantu dalam hal gerejawi terutama bagian adminitrasi untuk melancarkan aktivitas gereja. Jam operasional kantor Gereja
yaitu Senin-Jumat pukul 08.00 – 13.00 : Pelayanan Adminitrasi Umum dan Pelayanan Adminitrasi Keuangan dan Sabtu pukul 08.00 – 13.00 : Pelayanan
Adminitrasi Umum dan pukul 17.00 – 20.00: P ersiapan Kebaktian. Bagian sekertariat bertugas dalam pelayanan adminitrasi
29
yaitu:
1. Penerimaan dan persiapan surat-surat masuk dan keluar.
2. Menyelenggarakan dokumentasi dan statistik
3. Menyelenggarakan persiapan Sakramen Suci seperti Perjamuan Kudus,
Baptisan, pernikahan dan lain-lain. 4.
Menyelenggarakan persiapan rapat-rapat gereja rapat Majelis, rapat moderamen majelis, rapat Klasis, rapat jemaat dan lain-lain
29
Majelis Jemaat Gereja Kristen Jawa Ambarukmo Yogyakarta, Kehidupan Gereja Kristen Jawa Ambarukmo,
Yogyakarta, 1990-1991, hlm. 35.
41 5.
Menyusun jadwal khotbah untuk hari Minggu, dan jadwal tugas melayani untuk para anggota majelis.
6. Menyusun dan menyeleksi pengumuman dari majelis untuk
diberitahukan pada setiap kebaktian hari Minggu. 7.
Bendahara bertugas membuat pembukuan keuangan: 1
Pemasukan dari hasil persembahan kantong mingguan, persembahan istimewa dan persembahan bulanan.
2 Pengeluaran rutin dan pengeluaran insidental serta menyusun laporan
keuangan.
C. Jadwal Kebaktian di Gereja Kristen Jawa Ambarukmo
Kebaktian adalah pertemuan orang beriman untuk bersama-sama menghadap Tuhan dan saling menolong dalam kasih dan dalam pekerjaan yang
baik. Kebaktian Minggu, Kebaktian untuk hari Minggu diatur dalam tata kebaktian liturgi yang mempunyai unsur-unsur antara lain
30
: Unsur-unsur liturgi kebaktian adalah adiutoriumvotum, salam, puji-pujian, penyampaian hukum
Allah, penyesalan dosa, doa, berita anugerah, petunjuk hidup baru, persembahan,
pelayanan firman Allah, pengakuan iman dan penyampaian berkat.
Macam-macam kebaktian
31
: 1.
Kebaktian hari Minggu adalah kebaktian yang diselenggarakan pada hari Minggu dengan menggunakan liturgi dan nyanyian gerejawi yang berlaku
di sinode GKJ. 2.
Kebaktian hari raya Gerejawi adalah kebaktian yang diselenggarakan pada hari-hari raya Gerejawi yaitu Natal, Jumat Agung, Paskah, Kenaikan
Tuhan Yesus dan Pentakosta. Kebaktian tersebut dapat mempergunakan liturgi dan nyanyian gerejawi variasi yang disusun oleh penyelenggara
kebaktian. 3.
Kebaktian-kebaktian khusus adalah kebaktian yang diselenggarakan berdasarkan kebutuhan dalam rangka kehidupan bergereja dan bernegara
antara lain kebaktian Pernikahan, kebaktian Pemakaman dan Penghiburan, Kebaktian PenahbisanPeneguhan Pendeta, kebaktian Ucapan Syukur,
kebaktian hari besar Nasional dan kebaktian khusus lainnya yang dislenggarakan dengan tetap memperhatikan hakikat kebaktian.
30
Ibid., hlm. 37.
31
Sinode GKJ, Tata Gereja dan Tata Laksana Gereja Kristen Jawa. Yogyakarta, 2005, hlm, 93.
42 Kebaktian diadakan setiap hari Minggu atau saat kebaktian khusus.
Setelah didewasakan kebaktian diadakan hanya 4 kali dalam satu hari di gedung gereja Ambarukmo I, yaitu pada pukul :
• 06.30 WIB menggunakan Bahasa Indonesia
• 08.30 WIB menggunakan Bahasa Jawa
• 16.00 WIB menggunakan Bahasa Jawa
• 18.00 WIB menggunakan Bahasa Indonesia
Setelah GKJ Ambarukmo memliki 3 gedung gereja yaitu pada tahun 1986 maka jam kebaktian juga menyesuaikan untuk ketiga gedung tersebut, yang
dirinci sebagai berikut: Gedung Gereja I:
• 05.00 WIB menggunakan Bahasa Indonesia
• 06.30 WIB menggunakan Bahasa Indonesia
• 08.30 WIB menggunakan Bahasa Jawa
• 16.00 WIB menggunakan Bahasa Jawa
• 18.00 WIB menggunakan Bahasa Indonesia
Gedung Gereja II: •
07.00 WIB menggunakan Bahasa Jawa •
18.00 WIB menggunakan Bahasa Indonesia Gedung Gereja III :
• 08.30 WIB menggunakan Bahasa Jawa
Saat ini jadwal kebaktian di GKJ Ambarukmo mempunyai jadwal baru yaitu: Kebaktian Minggu di Gereja Induk
• 05.00WIB : Bahasa Indonesia
• 07.00 WIB: Bahasa Indonesia
• 09.00 WIB: Bahasa Jawa
• 18.00 WIB: Bahasa Indonesia
43 Kebaktian Minggu di Pepanthan Nologaten
• 08.30 WIB : Bahasa Jawa
• 18.00 WIB : Bahasa Indonesia
Kebaktian sekolah Minggu di Gereja Induk pukul 07:00 dan di Pepanthan Nologaten pada pukul 08:30. Kebaktian kaum Bapak dilaksanakan setiap hari
Selasa Pukul 19:00 Wib dan Ibadah kaum Ibu dilaksanakan setiap hari Rabu Pukul 17:00 Wib.
Pelayanan gerejawi a.
Sakramen Baptisan Sakramen Baptis
1 Sakramen Baptis dilayankan bagi orang dewasa dan anak.
2 Sakramen Baptis dilayankan hanya satu kali.
3 Warga Gereja pindahan dari Gereja lain yang sudah dibaptis dalam nama
Bapa, Anak dan Roh K udus oleh orang yang diberi wewenang di gerejanya, di GKJ tidak perlu dibaptis ulang.
Sakramen Baptisan Dewasa 1
Sakramen Baptisan Dewasa adalah Sakramen Baptis yang dilayankan kepada orang dewasa yang mengaku percaya bahwa Tuhan Yesus Kristus
adalah Jurus Selamatnya. 2
Syarat-syarat Sakramen Baptisan Dewasa: 1.
Calon baptisan telah berusia 16 tahun. 2.
Calon baptisan telah menyelesaikan katekisasi. 3.
Jika ada orang yang telah menyelesaikan katekisasi di Gereja lain yang mempunyai perbedaan ajaran dengan GKJ, ia perlu
memperoleh penjelasan tentang perbedaan ajaran itu berdasarkan Pokok-pokok Ajaran GKJ, sehingga orang itu menerima dan
meyakini ajaran GKJ. 4.
Calon baptisan dinyatakan layak oleh Majelis Gereja. Sakramen Baptisan Anak
1 Sakramen Baptisan Anak adalah sakramen Baptis yang dilayankan kepada
anak berdasarkan Perjanjian Anugerah Allah dalam Tuhan Yesus Kristus dan pengakuan percaya orangtuawalinya.
2 Syarat-syarat Sakramen Baptisan Anak:
1. Calon baptisan berusia di bawah 16 tahun.
44 2.
Kedua atau salah satu orang tua atau walinya yang sah adalah warga sidi dari Gereja yang bersangkutan dan tidak berada dalam
Pamerdi. Jika salah satu orangtuawali belum Sidi, orangtuawaliyang
bersangkutan sebaiknya
menyatakan persetujuan tertulis yang formulasinya ditetapkan oleh Majelis
Gereja. 3.
Orangtuawalinya ditetapkan layak oleh Majelis Gereja setelah mengikuti percakapan gerejawi yang diselenggarkan oleh Majelis
Gereja berkenan dengan pemahaman dan penghayatan imannya serta tanggung jawab sebagai orangtuawali atas pendidikan anak
yang dibaptiskan. b.
Sakramen Perjamuan Kudus Diadakan setiap 3 bulan sekali dan pada saat kebaktian malam Jumat Agung
1 Sakramen perjamuan dilayankan sekurang-kurangnya 4 kali setahun.
2 Yang boleh mengikuti Sakramen Perjamuan adalah:
1. Warga Sidi yang tidak dalam Pamerdi
2. Warga titipan sebagaimana diatur dalam pasal 4 dan 5 Tata
Laksana 3.
Tamu dari gereja lain. 3
Sebelum Sakramen Perjamuan dilayankan, perlu ada persiapan terlebih dahulu yaitu:
1. Majelis mewartakan rencana pelayanan Sakramen Perjamuan
dalam kebaktian hari Minggu 2 Minggu berturut-turut dan meminta para warga Gereja yang berhak ikut Sakramen Perjamuan untuk
mempersiapkan diri. 2.
Majelis mengingatkan makna Sakramen Perjamuan melalui kotbah atau pembacaan bagian pertelaan Sakramen Perjamuan dalam
kebaktian hari Minggu menjelang pelayanan Sakramen Perjamuan. 3.
Majelis Gereja melakukan penggembalaan persiapan Sakramen Perjamuan kepada warga Gereja yang berhak mengikuti Sakramen
perjamuan
32
. c.
Penerimaan Pengakuan Iman Pada seoarang jemaat yang sudah beranjak dewasa dan yang sudah
dibaptis untuk selanjutnya akan mengadakan pengakuan Iman Sidi, sebelum melakukan penerimaan pengakuan Iman diwajibkan mengkuti katekisasi atau
pendalaman Kitab Suci. Syarat-syarat Pengakuan Percaya Sidi:
32
Ibid. , hlm. 94.
45 1.
Calon Pengaku Percaya Sidi berusia sekurang-kurangnya 16 tahun. 2.
Calon Pengaku Percaya Sidi telah meyelesaikan Katekisasi dan dinyatakan layak oleh Majelis Gereja.
3. Calon Pengaku Percaya Sidi yang telah meyelesaikan Katekisasi di
Gereja lain yang mempunyai perbedaan ajaran dengan GKJ, ia perlu memperoleh penjelasan tentang perbedaan ajaran itu berdasarkan
Pokok-pokok Ajaran GKJ, sehingga orang itu menerima dan meyakini ajaran GKJ.
d. Pengakuan Dosa Parmedi
Parmedi adalah tindakan Gereja berdasarkan kasih sebagai bentuk pemeliharaan iman kepada warga Gereja atau pejabat Gerejawi yang jatuh ke
dalam dosa, atau paham pengajarannya bertentangan dengan Firman Tuhan. Parmedi bertujuan agar yang bersangkutan mengakui dosanya dan bertobat,
sehingga keselamatannya terpelihara, menjadi peringat dan pendidikan bagi sesama warga gereja dan agar kesucian Gereja sebagai anugerah Tuhan tetap
terjaga demi kemuliaan Tuhan Yesus Kristus. Parmedi dilakukan terhadap warga Baptis anak, warga dewasa, pejabat Gerejawi dan Gereja
33
. Pelayanan Hari besar Gereja dan Hari Besar Nasional
• Malam Jumaat Agung
• Peringatan Jumat Agung
• Paskah
• Kenaikan Tuhan Yesus ke Surga
• Malam Natal
• Peringatan Natal
• Peringatan hari Kemerdekaan Republik Indonesia
• Menyambut Tahun Baru
Pelayanan Katekisasi Katekisasi merupakan bentuk pembinaan iman dalam Gereja yang
memiliki latar belakang sejarah sangat kuat dalam tradisi keagamaan orang Israel dalam perjanjian lama maupun dalam hidup jemaat mula-mula di perjanjian baru.
33
Ibid. , hlm. 106.