111 Gambar 4.15. Analisa Bentuk Massa Bangunan
Sumber : Analisa Penulis 2013
4.3.2. Analisa Tampilan
Tampilan bangunan tidak lepas dari fungsi dan pengguna bangunan, dimana fungsi bangunan sebagai Rumah Sakit Jiwa Khusus Wanita di Surabaya ini.
Berikut adalah salah satu contoh gambar rumah sakit jiwa di Rwanda:
Gambar 4.15 Butaro Hospital, Burera District, Rwanda Tampilan pada bangunan rumah sakit jiwa ini menggunakan arsitektur
tropis modern. Pemahaman arsitektur dan iklim dikenal salah satunya sebagai pendekatan arsitektur bioklimatik. Bioklimatik menggambarkan suatu pendekatan
desain bangunan yang diinspirasikan keadaan alam dan menggunakan logika yang berkelanjutan di dalam setiap aspek suatu proyek, memfokuskan pada optimasi
dan penggunaan lingkungan. Logika-logika tersebut meliputi kondisi peruntukan lahan, ekonomi, konstruksi, manajemen bangunan, serta kesehatan dan
kesejahteraan manusia melalui keadaan fisik bangunan-bangunan bioklimatik adalah bangunan yang memanfaatkan lingkungan dan iklim untuk membangun
112 suatu bangunan. Ada beberapa faktor dalam merancang bangunan bioklimatik.
Beberapa pernyataan sebagai berikut: 1.
Key Yeang: Bangunan yang memanfaatkan alam dan iklim 2.
Jones,Lioyd: Bioklimatik harus mempergunakan unsur logika seperti, tapak, kesehatan, manajemen bangunan, kesejahteraan manusia melalui keadaan fisik
bangunan. 3.
George Lippsmeier: Sinar matahari yang mengarah pada empat sisi bangunan tidak sama
4. Bryan Lawson: Ventilasi silang upaya untuk terlindungi terhadap matahari
angin dan hujan pada dinding luar
113
BAB V KONSEP RANCANGAN
5.1 Tema Rancangan
Dengan mengedepankan kelompok-kelompok fasilitas yang akan dirancang nantinya, Rumah Sakit Jiwa Khusus Wanita di Surabaya ini di rancang
dengan menggunakan penekanan tatanan massa massa bangunan kompleks.
5.1.1 Pendekatan Permasalahan
Penderita gangguan jiwa cenderung berperilaku dengan tanpa alasan yang, tiba-tiba menangis setelah itu tiba-tiba tertawa. Sehingga orang lain bahkan
dirinya sendiri tidak bisa menilai perbuatannya. Seringkali perbuatannya itu dapat mengganggu atau membahayakan keselamatan orang lain dan dirinya sendiri.
Penanganan pasien bergantung pada jenis gangguan yang dialami, jika pasien adalah merupakan pasien yang tenang penanganan berupa obat-obatan atau
dengan proses terapi, namun apabila pasien tersebut merupakan pasien denga tingkat gangguan jiwa yang akut, terlebih dahulu penanganan dilakukan dengan
obat-obatan untuk mengembalikan emosional agar stabil; meningkatkan kemampuan berhubungan interpersonal meningkat; menurunkan tingkat
halusinasi, agresi, delusi, dan menarik diri; memudahkan mengarahkan perilaku; mengembalikan proses berpikir ke arah logika. Setelah itu proses terapi berupa
terapi konseling, dan atau terapi perilaku. Terapi adalah kata kunci dari proses perawatan gangguan jiwa, sehingga metode perawatan atau proses
penyembuhannya tentu jauh berbeda dengan penyakit yang menyerang fisik manusia. Posisi perawat dalam proses penyembuhan pasien gangguan jiwa,
bahkan dianggap sama dengan jarum suntik, infus dan peralatan medis lainnya karena alat yang dipakai adalah tubuh perawat itu sendiri dengan keahlian khusus
dalam berkomunikasi dengan pasiennya.