120 tralis besi. Jendela kamar tidur pasien digunakan untuk ventilasi darurat.
Bukaan jendela beroperasi tidak boleh melebihi 10 cm untuk mencegah pasien lari atau untuk memungkinkan pengunjung tanpa wewenang masuk
ke fasilitas. 3.
Kamar mandi harus ada sendiri dalam satu kamar untuk menghormati privasi pasien.
1 Toilet. Dengan mengamati perilaku pasien bahwa pasien gangguan
jiwa khususnya di Indonesia ini, apabila melakukan kegiatan buang air, dilakukan dengan cara jongkok. Jadi penerapan toilet yang
digunakan dalam ruang rawat inap adalah menggunakan toilet jongkok.
2 Shower air. Penggunaan shower mengoptimalkan penghematan air
dalam kegiatannya. Untuk pasien menggunakan shower mandi, namun tidak perlu disediakan air hangat, karena untuk menjaga keselamatan
pasien apabila air hangat yang keluar adalah terlalu panas.
5.4.5 Konsep Ruang Luar
Sebagai lingkungan luar buatan, ruang luar mempunyai arti dan maksud yaitu, selain memenuhi kebutuhan koefisiensi dasar bangunan, ruang luar disini
juga mempunyai maksud untuk proses terapi pasien jiwa. Dengan memberi alur atau jalan untuk menuju satu unit bangunan ke
bangunan lain, di desainlah ruang luar tersebut sesuai dengan tema. Selain itu pemberian furniture eksterior juga penting untuk mendukung kegiatan ruang luar.
Pemberian naungan sepanjang pedestrian dengan desain naungan yang meliuk. Serta furniture eksterior yang berfungsi sebagai tempat terapi pasien di desain
dengan konsep bersama.
5.4.6 Konsep Struktur dan Material
Sistem struktur bangunan:
1.
Menggunakan struktur rangka batang, dengan kolom beton.
2.
Menggunakan struktur atap rangka batang. Material yang dipakai berdasarkan:
1. Menggunakan batu bata dan beton
121
Gambar
5.6 Konsep Struktur
5.4.7 Konsep Utilitas
5.4.7.1 Konsep Penyediaan Air Bersih
Saluran Air Bersih. Pendistribusian air bersih merata pada seluruh unit bangunan. Unit yang memerlukan kebutuhan air bersih yang cukup tinggi yaitu
kebutuhan air bersih pada rawat inap dan dapur. Pendistribusian air bersih di bagi dalam beberapa zona sesuai unit.
1. Unit rawat inap
2. Unit dapur dan laundry
3. Unit pelayanan
4. Unit pengelola
122 Gambar 5.7 Skema Tahapan Sistem Penyediaan Air Bersih
5.4.7.2 Konsep Pembuangan Air Kotor dan Kotoran
Konsep pembuangan air kotor dan kotoran dilakukan dengan cara penggunaan septic tank sehingga dapat mengurangi dampak negatif lingkungan
sekitar.
Gambar 5.8 Skema Tahapan Sistem Pembuangan Air Kotor dan Kotoran
PDAM
Meteran Tandon
Bawah Unit Rawat
Inap Tandon
Atas Toilet
Wastafel Tandon
Bawah Unit Dapur dan
Laundry Tandon
Atas Ruang
Cuci Piring Ruang Cuci
Pakaian Tandon
Bawah Unit Pelayanan
Tandon Atas
Toilet Wastafel
Tandon Bawah
Unit Pengelola Tandon
Atas Toilet
Wastafel
Toilet kloset, wastafel,
dll Septic Tank
Sumur Resapan
Air Hujan Sumur Resapan
Riool Kota
123
Septic Tank dan zona peresapan unit pelayanan Septic Tank dan zona peresapan unit pengelola
Septic Tank dan zona peresapan unit rawat inap Septic Tank dan zona peresapan unit dapur dan
laundry
Gambar 5.9 Penempatan septic tank dan zona resapan
5.4.7.3 Konsep Limbah Rumah Sakit
Pengelolaan limbah Rumah Sakit dilakukan dengan berbagai cara. Yang diutamakan adalah sterilisasi, yakni berupa pengurangan reduce dalam volume,
penggunaan kembali reuse dengan sterilisasi lebih dulu, daur ulang recycle, dan pengolahan treatment.
Bentuk limbah rumah sakit dibagi dalam dua bagian yaitu limbah non klinis bisa berasal dari kantor atau administrasi kertas, unit pelayanan berupa karton,
kaleng, botol, sampah dari ruang pasien, sisa makanan buangan; sampah dapur sisa pembungkus, sisa makanan atau bahan makanan, sayur dan lain-lain.
Sedangkan untuk limbah klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang terkandung di dalamnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut
tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena,
pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui
sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan
beracun atau radio aktif.
2.
Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut: Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit
menular perawatan intensif. Limbah laboratorium yang berkaitan
124 dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang
perawatanisolasi penyakit menular. Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh, biasanya dihasilkan
pada saat pembedahan atau otopsi. Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat
sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik.Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat
kadaluwarsa, obat-obat yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat- obat
yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi bersangkutan dan limbah
yang dihasilkan selama produksi obat- obatan.
3.
Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses
sterilisasi, dan riset.
4.
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida.
Sarana pengolahanpembuangan limbah cair rumah sakit pada dasarnya berfungsi menerima limbah cair yang berasal dari berbagai alat sanitair,
menyalurkan melalui instalasi saluran pembuangan dalam gedung selanjutnya melalui instalasi saluran pembuangan di luar gedung menuju instalasi pengolahan
buangan cair. Dari instalasi limbah, cairan yang sudah diolah mengalir saluran pembuangan ke perembesan tanah atau ke saluran pembuangan kota. Limbah
padat yang berasal dari bangsal-bangsal, dapur, kamar operasi dan lain sebagainya baik yang medis maupun non medis perlu dikelola sebaik-baiknya.
Rumah Sakit harus memiliki inserator sendiri, insinerator berukuran kecil atau menengah dapat membakar pada suhu 1300-1500 ÂșC atau lebih tinggi dan
mungkin dapat mendaur ulang sampai 60 panas yang dihasilkan untuk kebutuhan energi rumah sakit. Suatu rumah sakit dapat pula mempertoleh
penghasilan tambahan dengan melayani insinerasi limbah rumah sakit yang berasal dari rumah sakit yang lain.
125 Gambar 5.10 Inserator
Gambar 5.11 Penempatan Inserator
5.4.8 Konsep Mekanikal dan Elektrikal 5.4.8.1
Konsep Penghawaan
Konsep penghawaan pada keseluruhan unit bangunan menggunakan penghawaan alami. Khusus untuk unit pengelola, unit pelayanan dan ruang rawat
inap kelas VIP menggunakan penghawaan buatan AC air conditioner dengan jenis AC Split.
Perletakan Inserator
126 Gambar 5.12 Penghawaan Buatan
5.4.8.2 Konsep Pencahayaan
Pencahayaan. Baik alami maupun buatan, memainkan peran penting dalam menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman. Baik pencahayaan alami
maupun buatan pertimbangannya harus diintegrasikan ke dalam desain sebuah fasilitas Rumah Sakit Jiwa.
Pencahayaan alami cahaya matahari. Siang hari, pemandangan ke luar, memberikan rangsangan indera yang penting untuk pasien rawat inap. Dengan
demikian, sinar matahari yang dikendalikan harus dimaksimalkan dalam desain. Pencahayaan alami didapat dengan memaksimalkan bukaan dan juga
memaksimalkan pencayaan dengan menggunakan material kaca. Untuk menghindari terlalu maksimalnya cahaya masuk ke dalam ruang, di gunakanlah
sun screen pada seluruh unit bangunan. Pencahayaan buatan. Pencahayaan buatan akan digunakan untuk
melengkapi area yang memerlukan pencahayaan di malam hari dan area yang tidak mempunyai akses cahaya matahari. Digunakan pada seluruh unit bangunan
dan juga pada seluruh ruang luar yang memungkinkan penggunaannya pada malam hari.
127
5.4.8.3 Pencegahan Bahaya Kebakaran
Sistem pencegahan bahaya kebakaran menggunakan sprinkler yang dipasang di setiap unit ruang, karena sprinkler dinilai lebih aman dan efisien untuk
pencegahan bahaya kebakaran di rumah sakit.
Gambar 5.13 Unit Sprinkler
5.4.8.4 Jaringan Listrik dan Genset
Semua jaringan listrik di distribusikan dari jaringan PLN Kota. Selain menjadi sumber utama, cadangan listrik di suplai dari generator listrik genset.
Demikian skema jaringan listrik dan genset.
Gambar 5.14 Skema jaringan listrik dan genset
5.4.8.5 Instalasi Penangkal Petir
Bangunan tinggi harus memiliki instalasi penangkal petir. Namun bukan berarti desain bangunan yang tidak terlalu tinggi begitu saja lepas dari instalasi
penangkal petir. Apabila bangunan itu lebih tinggi dari bangunan di sekitarnya, tentu saja bangunan tersebut harus menggunakan instalasi penangkal petir. Dan
apabila bangunan tersebut lebih rendah dari bangunan disekitarnya apabila tidak menggunakan instalasi penangkal petir, tidak akan membuat bahaya bangunan
tersebut.
PLN BANGUNAN
GENSET
128 Namun berbeda kasus dengan desain rumah sakit jiwa ini yang
mempunyai tinggi tidak lebih dari dua lantai. Pada area kiri site adalah bangunan Intan Permata Hati School memiliki tinggi bangunan 4 lantai. Sedangkan pada sisi
kanan site adalah lahan kosong. Lahan-lahan kosong berpotensi dengan bahaya petir, dan bangunan di sekitarnya adalah bangunan yang berpotensi pula dengan
bahaya petir. Instalasi penangkal petir yang digunakan serupa dengan yang digunakan
pada lapangan golf yaitu penangkal petir zeus, karena lahan yang digunakan merupakan lahan yang luas dan bangunan tidak lebih dari dua lantai.
Gambar 5.15 Penangkal Petir Zeus
5.4.8.8 Jaringan Telekomunikasi
Jaringan telekomunikasi yang digunakan merupakan suplai telekomunikasi dari jaringan TELKOM. Karena di lokasi merupakan daerah yang memiliki jasa
pelayanan TELKOM.
5.4.9 Konsep Sistem Akustik Atau Peredaman Bunyi
Desain akustik di Rumah Sakit Jiwa merupakan bagian penting dari desain untuk menjaga privasi dan mengurangi kebisingan yang berlebihan. Kebisingan
yang berlebihan dapat mempengaruhi pasien, proses terapi, lingkungan dan kemampuan staf untuk mendengar dan didengar di suara normal. Dan tingkat
ketenangan yang kecil , berpotensi mengancam ketakutan dan kecemasan tingkat beberapa pasien.
Sistem peredaman digunakan pada ruang terapi yang di dalamnya merupakan pasien dengan proses terapi pada pasien akut.
129 Gambar 5.16 Sistem Peredaman Suara
5.4.10 Konsep Warna
Warna bangunan diusahakan menggunakan warna-warna yang dapat membuat pasien menjadi betah, dan akrab dengannya serta meninggalkan warna
yang menimbulkan perasaan takut. Begitu juga dengan interior. Khusus untuk ruang rehabilitasi menggunakan warna-warna yang kontras
dan hangat untuk menumbuhkan semangat dan motivasipasien yang sedang menjalani terapi. Pemakaian warna pada Rumah Sakt ini diharapkan mampu
menghadirkan rancangan yang dapat mengurangi rasa takut, stress, dan menimbulkan rasa yang aman, nyaman, hangat serta bersih.
Warna-warna yang digunakan untuk bangunan, dalam hal eksterior dan interior adalah warna-warna yang padu-padan karena warna mempunyai efek
yang sangat penting bagi psikolois pasien yang berbeda-bed, antara lain: a.
Sifat dan efek psikologis warna biru: peacefull, comfortable, restfull damai.
b. Sifat dan efek psikologis warna jingga: lively, energic hidup, energi,
semangat. c.
Sifat dan efek psikologis warna pastel: netral, non-respondent. d.
Sifat dan efek psikologis warna merah, coklat: warm hangat
130
BAB VI APLIKASI PERANCANGAN
6.1 Pengertian Judul
Rumah Sakit Jiwa Khusus Wanita di Surabaya adalah suatu komplek atau rumah atau ruangan yang dipergunakan untuk melayani pasien yang menderita
penyakit jiwa khusus wanita yang melayani satu kawasan regional khususnya Surabaya, umumnya Jawa Timur.
6.2 Aplikasi Rancangan Tapak 6.2.1 Tatanan Massa dan Sirkulasi
Perletakan massa-masa bangunan berdasarkan penzoningan dan pola penataan massa secara keseluruhan adalah kelompok sesuai dengan fungsi dan
aktivitas kegiatan yang sama. 1.
Zona Publik: Unit pengelola, Administrasi, UGD, Rawat Jalan 2.
Zona Privat : Unit Rehabilitasi, Unit rawat inap 3.
Zona service: Dapur gizi, Laundry, Kamar Mayat, pengolahan limbah. Tatanan massa pada aplikasi perancangan Rumah Sakit Jiwa Khusus
Wanita ini, ditentukan berdasarkan perilaku manusia yang sakit kemudin mengalami penyembuhan dan dapat dikatakan sembuh. Untuk mengaplikasikan
perilaku tersebut maka UGD dikatakan sakit, rawat inap dikatakan proses penyembuhan dan Rehabilitasi dan rawat jalan poliklinik dikatakan sebagai
sembuh.