83
BAB IV ANALISA PERANCANGAN
4.1 Analisa Site
Dalam perencanaan dan perancangan, analisa site mempunyai peranan penting dalam penentuan zonning, perletakan entrance atau pintu masuk, arah
hadap bangunan dan tampilan bangunan.
4.1.1. Analisa Aksesibilitas
Pencapaian site lokasi dari daerah sekitarnya ditentukan berdasarkan pertimbangan terhadap:
1. Keleluasaan pengamatan untuk berorientasi terhadap obyek
2. Ruang yang memiliki potensi sebagai titik pandang pengamat untuk
mengenali obyek. 3.
Sudut pandang 4.
Kecepatan maksimum kendaraan pada lalu lintas yang ada. Pada lokasi site ini keleluasaan untuk berorientasi terhadap obyek dapat
diperoleh dari sisi utara yaitu dari Jalan Raya Kedung Baruk, karena jalan ini merupakan satu-satunya akses yang dapat digunakan untuk menuju ke lokasi site.
Sementara itu kecepatan kendaraan pada Jalan Raya Kedung Baruk ini relatif sedang. Sehingga orientasi maupun letak entrance dapat diletakkan pada bagian
Utara. Jalan Raya Kedung Baruk adalah jalan dua arah dengan lebar 5 meter, arus
kendaraan terbanyak dari arah Barat yaitu dari Jembatan MERR dan Jalan Kedung Baruk yang kondisi jalannya cukup padat. Sedangkan dari arah Timur arus
kendaraan lebih rendah, karena jalan ke arah Timur merupakan jalan perkampungan yang dijadikan jalan menuju kawasan wisata Mangrove. Karena
arus kendaraan lebih banyak dari arah Barat, maka arah pandang orang lebih banyak mengarah ke bagian Utara dan Timur site. Sehingga ruang yang memiliki
84 potensi paling besar sebagai titik pandang pengamat untuk mengenali obyek,
berada pada bagian Utara dan Timur
Gambar 4.1. Sudut Pandang Orang ke Site Sumber : Data Pribadi 2013
Sedangkan bagian site yang berpotensi sebagai letak entrance adalah bagian Utara dengan tiga titik yang menjadi alternatif penetapan Main Entrance
ME. Tiga titik tersebut adalah titik A, titik B dan titik C, seperti yang digambarkan pada gambar 4.2.
Gambar 4.2. Analisa Alternatif Perletakkan ME Sumber : Data Pribadi 2013
85 Dari tiga titik tersebut dapat dijelaskan bahwa titik A letaknya dekat
dengan sisi site dan jika dari arah Timur pencapaiannya terlalu jauh, serta lebih susah dilihat jika dari arah Barat. Titik B berada pada bagian tengah, letaknya
menunjukkan arah pandang orang dari Jembatan MERR. Lebih mudah dicapai baik dari arah Barat maupun Timur. Sementara itu pengunjung juga dapat di
arahkan untuk menikmati bangunan terlebih dahulu sebelum masuk. Sedangkan titik C merupakan kebalikan dari titik A, dimana pencapaian dari arah Barat
terlalu jauh, dari arah Timur lebih susah dilihat dan dikenali.
Gambar 4.3 Respon Desain Alternatif Perletakkan ME Sumber : Data Pribadi 2013
Dari penilaian ketiga titik alternatif perletakkan ME tersebut dapat disimpulkan titik yang paling sesuai digunakan sebagai Main Entrance ME
adalah pada titik B.
86 Gambar 4.4 Respon Desain Alternatif Perletakkan ME
Sumber : Data Pribadi 2013 Namun, pada dasarnya bangunan dengan skala besar, mempunyai main
entrance sebanyak dua buah, yang pertama untuk sirkulasi ke dalam, yang kedua untuk sirkulasi keluar site. Seperti pada respon desain di atas, titik C merupakan
sirkulasi untuk masuk ke dalam area bangunan, dengan asumsi pengguna dapat melihat bangunan terlebih dahulu baru masuk, sedangkan titik A merupakan titik
sirkulasi keluar diharapkan pengguna dapat langsung keluar ke sisi jalan dan tidak perlu menyeberang. Titik C dipilih sebagai titik sirkulasi masuk pengguna
kedalam site, dan titik A dipilih sebagai sirkulasi keluar dari dalam site, karena sebagian besar pengguna merupakan pengguna dari dalam kota maupun luar kota,
dan dari jalan Ir. Soekarno akses satu-satunya.
4.1.2. Analisa Iklim