pelarut ekstrak perlu diuapkan terlebih dahulu sehingga perlu adanya penetapan bobot tetap ekstrak metanol kelopak bunga rosella sebelum formulasi, selanjutnya
dilakukan uji penetrasi ekstrak metanol kelopak bunga rosella untuk mengetahui kemampuan penetrasi dari ekstrak rosella, kemudian dilakukan optimasi formula
untuk mendapatkan formula multiemulsi yang optimum dan dilanjutkan dengan uji penetrasi ekstrak metanol kelopak bunga rosella dalam sediaan multiemulsi
dan dalam suspensi liposom.
A. Penetapan Bobot Tetap Ekstrak Metanol Kelopak Bunga Rosella
Tujuan dilakukannya bobot tetap ekstrak metanol kelopak bunga rosella yaitu untuk mendapatkan bobot kering dari ekstrak metanol kelopak bunga rosella
setelah proses pemanasan atau penguapan pelarut. Hasil yang didapat setiap 0,5 mL ekstrak metanol kelopak bunga rosella sama dengan 0,5117 gram ekstrak
kering kelopak bunga rosella seperti yang ditunjukkan pada lampiran 2. Hasil ini selanjutnya akan digunakan untuk perhitungan konsentrasi ekstrak metanol
kelopak bunga rosella baik dalam sediaan maupun kurva baku.
B. Uji Penetrasi Ekstrak Metanol Kelopak Bunga Rosella
Tujuan uji penetrasi ekstrak rosella yaitu untuk mengetahui kemampuan penetrasi larutan ekstrak rosella kedalam kulit. Sebanyak 100 µL larutan stok
ektrak rosella 1,25
v v
diaplikasikan pada stratum korneum dan dilakukan pengambilan sampel pada kompartemen akseptor maupun kompartemen donor
pada interval waktu tertentu. Hasil yang didapat ditunjukkan pada gambar 19. Gambar 19 menunjukkan bahwa pada kompartemen akseptor semakin
bertambahnya waktu, jumlah ekstrak rosella yang terpenetrasi berkurang. Hal ini sesuai dengan nilai koefisien korelasi yang didapat yaitu -0,3495. Nilai koefisien
korelasi minus menunjukkan bahwa variabel x waktu pengambilan sampel berbanding terbalik dengan variabel y jumlah ekstrak rosella yang terpenetrasi.
Apabila dibuat persamaan regresi didapatkan nilai y = 39,32293 - 4,89500 x.
Gambar 19. Kurva uji penetrasi ekstrak rosella
Nilai slope menunjukkan bahwa selama 6 jam kemampuan ekstrak
metanol kelopak bunga rosella yang masuk ke kompartemen akseptor terjadi penurunan sebesar 4,8949, sehingga dapat diduga bahwa larutan ekstrak rosella
dapat masuk ke dalam kulit namun kemampuan penetrasi yang diberikan berkurang seiring waktu dan bervariasi. Hal ini dimungkinkan oleh beberapa
faktor seperti ketebalan kulit yang digunakan antar jam berbeda, pengaruh berbagai reaksi dengan senyawa dan enzim dalam kulit seperti polifenoloksidase;
peroxidase; glikosidase; dan esterase, terjadi kerusakan antosianin dalam ekstrak
-10 10
20 30
40 50
60 70
80 90
2 4
6 8
ju m
lah e
k str
ak r
o se
ll a
waktu jam
donor akseptor
metanol kelopak bunga rosella sebelum berpenetrasi ke dalam kulit akibat terpapar pada udara dan sinar.
Gambar 19 pada kompartemen donor menunjukkan bahwa semakin bertambahnya waktu sisa jumlah ekstrak metanol kelopak bunga rosella yang
tersisa pada kompartemen donor meningkat, terlihat pada garis korelasi mengalami kenaikan dengan nilai koefisien korelasi yang didapat yaitu 0.089.
Persamaan regresi yang didapat yaitu y = 68,48568 + 0,41939 x. Nilai slope menunjukkan bahwa selama 6 jam jumlah ekstrak rosella yang tersisa pada kulit
mengalami kenaikan. Hal ini mungkin disebabkan karena kesalahan ketika pencucian, di mana ketika pencucian masih ada ekstrak rosella yang tidak tercuci
sehingga tidak semua ekstrak rosella yang tertinggal pada kulit dapat terukur, atau terpapar oleh udara dan sinar selama pengerjaan.
Berdasarkan penjelasan pada Gambar 19 dapat diduga bahwa larutan
ekstrak rosella dapat masuk ke dalam kulit namun kemampuan penetrasinya tidak konstan sehingga diperlukan vesikel yang mampu memberikan kemampuan
penetrasi ekstrak metanol kelopak bunga rosella supaya tetap konstan.
C. Optimasi Formula Multiemulsi AMA