primer larut dalam minyak, maka tipe emulsi primer AM dan apabila multimulsi larut dalam air, maka tipe multiemulsi AMA Martin, 1990.
d. Pengukuran mikromeritik. Uji mikromeritik dilakukan pada 1 hari setelah
pembuatan. Sebelum dilakukan pengukuran, perlu dilakukan kalibrasi pada lensa mikroskop. Cara pengujian mikromeritik yaitu sejumlah
multiemulsi dan emulsi primer masing-masing dioleskan pada gelas objek, kemudian diletakkan pada meja benda pada mikroskop. Ukuran globul
yang terdispersi pada multiemulsi diamati. Penentuan objek, digunakan pembesar lemah kemudian diganti pembesar kuat Martin, 1990.
e. Uji mekanik. Sediaan multiemulsi dimasukkan ke dalam tabung
sentrifugasi, kemudian dilakukan sentifugasi pada kecepatan 5000 rpm selama 20 menit. Hasil sentrifugasi dapat diamati dengan adanya
pemisahan atau tidak Mahmood, Akhtar, dan Manickam, 2014. f.
Uji volume creaming. Multiemulsi ditempatkan pada tabung berskala kemudian diamati pada 28 hari setelah pembuatan, untuk melihat
perubahan tinggi pemisahan fase akibat creaming. Multiemulsi disimpan pada suhu -4
, dijenuhkan dengan gas nitrogen, tertutup rapat, serta terlindung dari cahaya.
7. Evaluasi sediaan suspensi liposom
Suspensi liposom yang diperoleh dari Sanjayadi terbuat dari fosfatidilkolin dan kolesterol, selanjutnya dilakukan evaluasi sediaan suspensi
liposom pada 1 hari setelah pembuatan suspensi liposom. Evaluasi yang
dilakukan meliputi sifat fisik sediaan yaitu pengujian organoleptis, penetapan pH dan pengukuran mikromeritik.
a. Pengujian organoleptis. Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati bau,
warna, dan homogenitas sediaan suspensi liposom pada 1 hari setelah pembuatan
b. Penetapan pH. Sejumlah suspensi liposom dioleskan pada kertas indikator
dan kemudian ditentukan pH dari sediaan tersebut Direktrorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1979.
c. Pengukuran mikromeritik. Uji mikromeritik dilakukan pada 1 hari setelah
pembuatan. Sebelum dilakukan pengukuran, perlu dilakukan kalibrasi pada lensa mikroskop. Cara pengujian mikromeritik yaitu sejumlah
suspensi liposom di oleskan pada gelas objek, kemudian diletakkan pada meja benda pada mikroskop. Ukuran globul yang terdispersi pada suspensi
liposom diamati. Penentuan objek, digunakan pembesar lemah kemudian diganti pembesar kuat Martin, 1990.
8. Pembuatan kurva baku ekstrak metanol kelopak bunga rosella
Penelitian ini menggunakan dua kurva baku ekstrak metanol kelopak bunga rosella yaitu kurva baku ekstrak metanol kelopak bunga rosella dalam
metanol dan kurva baku ekstrak metanol kelopak bunga rosella dalam aquadest
.
a. Kurva baku ekstrak metanol kelopak bunga rosella dalam metanol
1 Larutan stok 0,4
⁄ . Sebanyak 0,1 mL ekstrak metanol kelopak bunga rosella dilarutkan dalam metanol p.a dan diencerkan dalam
labu takar 25 mL hingga batas tanda. 2
Pembuatan larutan seri baku. Sebanyak 100; 200; 300; 400; 500 dan 600 µL larutan dari larutan stok dilarutkan ke dalam labu takar 10
mL, dan diencerkan dengan metanol p.a hingga batas tanda. b.
Kurva baku ekstrak metanol kelopak bunga rosella dalam aquadest 1
Larutan stok 1 ⁄ . Sebanyak 0,1 mL ekstrak metanol kelopak
bunga rosella dilarutkan dalam aquadest dan diencerkan dalam labu takar 10 mL hingga batas tanda.
2 Pembuatan larutan seri baku. Sebanyak 80; 90; 100; 200; 300; 400;
500; 600; 700; 800; 900 dan 1000 µL larutan dari larutan stok diambil kemudian dilarutkan ke dalam labu takar 5 mL, dan
diencerkan dengan aquadest hingga batas tanda.
9.
Uji penetrasi ekstrak metanol kelopak bunga rosella dalam sediaan multiemulsi AMA dan dalam suspensi liposom
Studi penetrasi ekstrak metanol kelopak bunga rosella dalam sediaan multiemulsi dan dalam suspensi liposom, mengikuti Organization for
Economic Co-operation Development OECD Guideline for The Testing of
Chemicals Skin Absorption: in vitro Method tahun 2004 yang disertai
beberapa modifikasi oleh peneliti. Studi penetrasi pada penelitian ini memerlukan langkah-langkah seperti pembuatan larutan PBS dan preparasi
kulit tikus sebagai membran difusi yang telah dijelaskan pada tatacara penelitian poin 3a dan 3b, pemasangan alat sel difusi Franz FDC dan
penetapan jumlah ekstrak metanol kelopak bunga rosella dalam sediaan multiemulsi AMA dan suspensi liposom pada kompartemen akseptor atau
donor. a.
Pemasangan alat sel difusi Franz FDC. Sebelum digunakan kulit tikus dihidrasi terlebih dahulu dengan larutan ringer laktat selama 30 menit.
Berdasarkan gambar 18, maka kulit dipasang pada FDC dengan bagian
stratum korneum menghadap ke bagian kompartemen donor, lalu kompartemen akseptor diisi dengan PBS sebanyak 2,7 mL dan
dimasukkan magnetic stirrer. Sebanyak 100 µl ekstrak metanol kelopak bunga rosella dalam suspensi liposom atau 100 mg sampel ekstrak metanol
kelopak bunga rosella dalam sediaan multiemulsi AMA diaplikasikan pada kompartemen donor. Selama FDC beroperasi, suhu dijaga pada 31
– 33 , pada kompartemen akseptor tidak diperbolehkan adanya gelembung selama proses berlangsung, dan diaduk dengan magnetic
stirrer dengan kecepatan 300 rpm.
b. Penetapan jumlah ekstrak metanol kelopak bunga rosella dalam
multiemulsi dan dalam suspensi liposom pada kompartemen akseptor. Pengambilan sampel pada uji penetrasi dengan menggunakan FDC
dilakukan sebanyak 6 kali dengan kulit tikus yang berbeda yang dapat dilihat pada tabel 2. Sebanyak 100 µL ekstrak metanol kelopak bunga
rosella atau ekstrak metanol kelopak bunga rosella dalam suspensi liposom
atau 100 mg sampel ekstrak metanol kelopak bunga rosella dalam sediaan multiemulsi diambil lalu diaplikasikan pada stratum korneum. Selanjutnya
cairan PBS dalam kompartemen akseptor diambil pada jam yang tercantum pada tabel 2. Selanjutnya cairan PBS langsung di ukur dengan
menggunakan spektrofotometri UV-VIS. Langkah ini diulangi sebanyak tiga kali sehingga terdapat tiga variasi jumlah ekstrak metanol kelopak
bunga rosella, ekstrak metanol kelopak bunga rosella dalam multiemulsi dan dalam suspensi liposom pada kompartemen akseptor yang
diaplikasikan. c.
Penetapan jumlah ekstrak metanol kelopak bunga rosella dalam multiemulsi dan dalam suspensi liposom pada kompartemen donor. Setiap
pengambilan cairan PBS pada kompartemen akseptor yang ditunjukkan
dalam tabel 2, maka ekstrak metanol kelopak bunga rosella, ekstrak
metanol kelopak bunga rosella dalam multiemulsi dan dalam suspensi liposom pada kompartemen donor dibilas dengan aquadest atau metanol.
Ekstrak metanol kelopak bunga rosella dalam suspensi liposom yang masih tersisa pada kompartemen donor dibilas dengan 1,5 mL aquadest,
lalu dimasukkan ke labu takar 5 mL dan ditambahkan dengan aquadest hingga batas selanjutnya diukur dengan spektrofotometer UV
– Vis. Ekstrak metanol kelopak bunga rosella dalam multiemulsi yang masih
tersisa pada kompartemen donor dibilas dengan 3 mL metanol, lalu dituang dalam tabung sentrifuse dan di-vortex, selanjutnya di-degassing
selama 20 menit dan di-sentifuse dengan kecepatan 5000 rpm selama 30
menit. Sebanyak 2,5 mL supernatan yang terbentuk diambil dengan menggunakan mikropipet, lalu dimasukkan ke dalam labu takar 5 ml dan
ditambahkan dengan metanol hingga batas tanda. Selanjutnya diukur dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis.
G. Analisis Hasil