Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode dan Teknik Analisis Data

24 Data primer ialah data yang diperoleh secara langsung dari objeknya.dalam hal ini , data diperoleh dari transkripsi penyimakan terhadap penggunaan kata majemuk dalam bahasa Simalungun. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung , tetapi melalui buku-buku bacaan dan referensi yang berhubungan dengan kata majemuk dalam bahasa Simalungun seperti buku karangan M.D Purba yang berjudul Parumpasa na tarambilan.

3.3 Metode dan Teknik Penelitian

3.3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode adalah cara yang harus dilaksanakan. Pengumpulan data adalah suatu tindakan untuk memperoleh data yang benar dan terjamin kesahihannya. Data diperoleh dari data tulisan dan data lisan. Data tulisan diperoleh dengan menggunakan metode penelitian pustaka library research yaitu mencari dari buku-buku yang membahas tentang masalah tersebut. Data lisan sebagai data primer diperoleh dari informan yang menggunakan bahasa Simalungun. Sebagai wakil dipilih beberapa penutur asli bahasa Simalungun yaitu guru Sekolah Dasar dan ketua adat. Peneliti memilih guru sebagai informan karena aspek yang diteliti merupakan bagian dari struktur bahasa yang khusus sehingga bagi penutur biasa sangat sulit memberikan contoh yang diinginkan. Pengumpulan data lisan ini dilakukan di Desa nagori Hutasaing kecamatan Dolok Silau, Kabupaten Simalungun. Penelitian ini juga menggunakan metode simak yaitu peneliti menyimak atau memperhatikan penggunaan bahasa Simalungun Sudaryanto, 1993:133. Sejalan dengan prinsip metode tersebut digunakan teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasar yang digunakan adalah teknik sadap. Peneliti menggunakan segenap 25 kemampuan untuk menyadap pembicaraan seseorang atau beberapa orang yang menggunakan bahasa Simalungun. Kata majemuk bahasa Simalungun paling banyak digunakan dalam acara –acara adat seperti pesta adat pernikahan, pesta adat kematian dan memestakan rumah baru. Teknik sadap ini sangat baik digunakan untuk menyadap kata majemuk dari pantun atau pepatah yang selalu dilantunkan dalam acara adat tersebut. Menurut pengamatan peneliti kadar kemurnian bahasa yang mengandung kata majemuk dalam pesta adat tersebut relatif tinggi. Teknik lanjutan yang dipergunakan teknik simak libat cakap, yaitu peneliti ikut berpartisipasi dalam pembicaraan Sudaryanto, 1993 : 133. Peneliti terlibat dalam dialog sekaligus memancing lawan bicara agar diperoleh data yang maksimal.

3.3.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Metode yang dipakai dalam penganalisisan data ini adalah metode padan dan agih Sudaryanto,1993:21. Metode padan diwujudkan dalam teknik pilah unsur penentu dengan menggunakan kemampuan mental peneliti untuk menentukan bahwa data-data yang terkumpul itu dapat dipilih menjadi kata majemuk. Metode agih yaitu metode yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mengagihkan atau mengelompokkan kata ke dalam satuan-satuan lingual.Teknik dasar yang dipakai adalah ternik bagi unsur langsung. Teknik lanjutannya adalah teknik lesap,teknik ulang, dan teknik sisip.Teknik bagi unsur langsung dilakukan dengan cara membagi kata menjadi beberapa bagian atau beberapa unsur satuan lingual. Contoh: 1. malas uhurni mangidah inang anggian. Senang hatinya melihat tante ‘hatinya senang melihat tante’ 26 Kalimat di atas terdiri atas empat unsur: malas ‘senang’, uhurni ‘hatinya’, mangidah ‘melihat’ inang anggian ‘ tante’. Pengklasifikasian kata majemuk atau tidak dibedakan dari timbul atau tidaknya makna yang baru apabila kedua kata atau lebih mengalami proses penggabungan. Untuk mendukung analisis data tersebut digunakan teknik sisip Sudaryanto, 1993 :38 dengan menyisipkan kata na ‘yang’ kedalam gabungan dua kata atau lebih. Apabila penyisipan kata na tidak terterima secara semantik dan gramatikal maka gabungan kata tersebut bisa dikelompokkan kedalam kata majemuk. Akan tetapi, apabila penyisipan kata na terterima secara semantik dan gramatikal maka gabungan dua kata atau lebih tersebut tidak tergolong kedalam kata majemuk. Dengan menggunakan teknik sisip ini dapat dipastikan bahwa data tersebut termasuk kata majemuk atau tidak. Contoh : 2.a Sigundal + bolon = sigundal bolon ‘ kain besar ‘ = kain bekas b sigundal +na + bolon = kain yang besar ‘kain yang besar’ = kain yang besar Gabungan kata sigundal + bolon membentuk gabungan kata sigundal bolon termasuk ke dalam kata majemuk karena menimbulkan makna yang baru. Apabila kita sisipkan kata na maka tidak dapat lagi dimasukkan kedalam kata majemuk karena sigundal na bolon tidak mempunyai makna dalam bahasa Simalungun. Berbeda dengan gabungan kata horbou bolon ‘kerbau besar’ bisa disisipkan kata na menjadi horbou na bolon ‘ kerbau yang besar’ maka gabungan kata itu adalah frase. Teknik lanjutan yang berupa teknik lesap juga digunakan untuk menganalisis data . teknik lesap adalah teknik yang digunakan dengan cara menghilangkan atau melesapkan unsure satuan lingual Sudaryanto, 1993:4. Teknik ini bertujuan untuk 27 mengetahui kadar keintian yang dilesapkan. Jika hasil dari pelesapan itu tidak gramatikal maka unsur yang dilesapkan itu memiliki kadar keintian yang tinggi atau bersifat inti. Sebaliknya , jika hasil dari pelesapan itu masih gramatikal maka unsur yang dilesapkan itu tidak bersifat inti.teknik lesap ini digunakan untuk menentukan pola kata majemuk dalam bahasa Simalungun. Contoh : 3.a mangan modom dassa horjani bapa ai. Makan tidur saja kerjanya bapak itu. ‘bapak itu kerjanya hanya makan tidur.’ a.1 mangan dassa horjani bapa ai. Makan saja kerjanya bapak itu. ‘ bapak itu kerjanya hanya makan. a.2 modom dassa horjani bapa ai. Tidur saja kerjanya bapak itu. ‘bapak itu kerjanya hanya tidur.’ Kata majemuk mangan modom ‘ makan tidur ‘ pada kalimat 3.a diatas terterima secara gramatikal dan semantik yaitu berupa kata majemuk koordinatif. Pada kalimat 3.a1 dan 3.a.2 digunakan teknik lesap yakni pelesapan salah satu gabungan kata mangan modom. Hasil pelesapan itu masih tetap gramatikal . maka dapat dikatakan mangan modom ‘ makan tidur’ merupakan gabungan dua kata yang berfungsi sebagai inti sehingga disebut kata majemuk berpola D-D koordinatif. Inti dalam kata majemuk biasanya disimbolkan menjadi D Diterangkan sedangkan tidak inti disimbolkan menjadi M menerangkan . Kata majemuk progressif mempunyai pola Diterangkan – Menerangkan D-M. Contoh: 4.a Manuan gadung julur ompung ai. Menanam ubi jalar kakek itu. 28 ‘Kakek itu menanam ubi jalar.’ a.1 Manuan gadung ompung ai. Menanam ubi kakek itu. ‘Kakek itu menanam ubi.’ a.2 Manuan julur ompung ai. Menanam jalar kakek itu. ‘Kakek itu menanam jalar.’ Dengan menggunakan teknik lesap dapat ditentukan bahwa gadung adalah inti karena kalimat 4.a.1 masih gramatikal , sedangkan kalimat 4.a.2 tidak gramatikal. Jadi, gadung julur ‘ ubi kayu ‘ merupakan kata majemuk yang berpola D-M. Kata majemuk yang berpola M-D regressif juga kita temukan dalam kata majemuk bahasa Simalungun. Contoh: 6.a Manatap do ia hu nagori atas. Menatap dia ke desa atas. ‘Dia menatap ke langit’ a.1 Manatap do ia hu nagori. Menatap ia ke desa. ‘Dia menatap ke desa.’ a.2 Manatap do ia hu atas. Menatap dia ke atas. ‘Dia menatap ke langit’ Atas ‘ atas ‘ merupakan inti dari kata majemuk nagori atas ‘langit’. Jadi, nagori atas ‘ langit’ merupakan kata majemuk subordinatif yang berpola M-D. Teknik ulang dapat juga digunakan sebagai teknik lanjutan. Teknik ulang adalah teknik analisis data dengan cara mengulang sebagian atau keseluruhan satuan lingual 29 Sudaryanto, 1993 : 92. Teknik ulang digunakan untuk menentukan bentuk kompositum bahasa Simalungun. Kompositum bahasa Simalungun mengalami pengulangan total secara keseluruhan dan pengulangan sebagian. Contoh : 7.a Mohop –mohop sisilon do parburian in. Panas- panas kuku cuci tangan itu. ‘ cuci tangan itu hangat - hangat kuku.’ 7.b Domma bolah Hudon tanoh –hudon tanoh ni ai. Sudah pecah periuk tanah –periuk tanahnya itu. ‘ Periuk tanah –periuk tanahnya itu sudah pecah.’ 30

BAB IV HASIL PENELITIAN

KOMPOSITUM BAHASA SIMALUNGUN 4.1. Bentuk Kompositum Kata Majemuk Bahasa Simalungun Bentuk kata majemuk bahasa Simalungun berupa kata majemuk dasar, kata majemuk berimbuhan dan kata majemuk berulang. Kata majemuk berimbuhan dan kata majemuk berulang disebut juga sebagai kata majemuk bentukan.

4.1.1 Kata Majemuk Dasar

Kata majemuk dasar adalah gabungan dari dua kata dasar atau lebih . Kata dasar tersebut dapat berupa kata benda KB, kata kerja KK, kata sifat KS, dan kata bilangan KBil. Posisi kata dasar tersebut bisa menduduki komponen pertama atau komponen kedua dan seterusnya.

4.1.1.1 Kata Benda Dasar Sebagai Komponen Pertama Kata Majemuk

Kata benda adalah kata yang menyatakan sesuatu benda atau yang dibendakan Keraf, 1985:12. Kata benda dasar bahasa Simalungun dapat berposisi sebagai komponen pertama yang diikuti komponen kedua berupa kata benda dasar ,kata kerja dasar , kata sifat dasar, dan kata bilangan dasar. 1 Kata benda dasar diikuti dengan kata benda dasar KB + KB Contoh: 7 Nagori Dolok ‘ Nagori Dolok’ Bulung gadung ‘daun ubi’ Hudon tanoh ‘periuk yang terbuat dari tanah’ Bulung galuh ‘ daun pisang’ Gadung hayu ‘ ubi kayu’ Harang manuk ‘ kandang ayam’