11
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia pada umumnya, tetapi bila ditinjau secara sempit bahasa hanya merupakan suatu sistem lambang yang
berupa bunyi ujaran yang dipergunakan oleh manusia sebagai penyampaian perasaan dan pikiran. Jadi dapat dikatakan hanya manusialah yang menggunakan bahasa.
Bahasa Indonesia yang dipakai oleh bangsa Indonesia sebagai bahasa nasional diresmikan pada hari sumpah pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Untuk membina dan
mengembangkan serta menjaga kelestarian bahasa, kita harus mempelajari aspek bahasa tersebut. Untuk itu,diperlukan penyajian yang diperoleh dari setiap aspek
kebahasaan. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional tidak terlepas dari bahasa daerah. Bahasa Simalungun adalah salah satu bahasa daerah yang terdapat di propinsi
Sumatera Utara yang dipergunakan oleh penuturnya sebagai bahasa penghubung sehari-hari di samping sebagai bahasa Indonesia. Sama seperti bahasa-bahasa daerah
lainnya di Indonesia, bahasa Simalungun memiliki peranan yang sangat penting bagi masyarakat Simalungun, baik di wilayah pemakaiannya maupun di wilayah lainnya
yang didiami masyarakat Simalungun. Di wilayah pemakaiannya, bahasa Simalungun merupakan bahasa sehari-hari dan bahasa dalam upacara adat. Sementara itu di luar
wilayah pemakaiannya, bahasa Simalungun digunakan sebagai pemarkah jati diri bagi masyarakatnya, khususnya di dalam konteks bilingual maupun multilingual.
Suku Simalungun adalah salah satu suku Batak yang sekaligus menjadi nama di sebuah kabupaten di
Sumatera Utara. Barang kali tidak banyak orang non-Batak yang mengenal
12
keberadaan suku ini .Secara struktur kesukuan,suku Simalungun ini merupakan salah satu suku dalam suku batak diantara lima sub lainnya yakni Toba, Karo, Pakpak,
Angkola dan Mandailing. Kabupaten Simalungun terletak antara
02 °36’-03°1’ Lintang Utara, dan berbatasan dengan lima kabupaten tetangga yaitu :
Kabupaten Serdang Berdagai, Kabupaten Karo, Kabupaten Toba,Kabupaten Samosir dan Kabupaten Asahan.Wilayah kabupaten Simalungun mempunyai luas 4.386.6 km2
atau 6,2 dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara.Jumlah penduduknya 841.189 jiwa. Sekarang kabupaten ini terdiri dari 31 kecamatan ,dan 302 desa
nagori. Meskipun Kabupaten Simalungun adalah tanah leluhur masyarakat
Simalungun, namun belakangan ini secara statistik masyarakat Simalungun hanyalah penduduk peringkat mayoritas ketiga, setelah masyarakat jawa dan masyarakat yang
berasal dari Toba. Masyarakat Simalungun justru diperkirakan lebih banyak yang berdomisili di luar wilayah Simalungun.
Kecilnya jumlah populasi orang Simalungun di tanah leluhurnya membawa masalah tersendiri yaitu semakin
terdesaknya keberadaan budaya Simalungun. Oleh karena itu ,dalam mempertahankan budaya dan bahasa Simalungun perlu dilakukan penelitian untuk menambah
pengetahuan tentang Simalungun. Dalam rangka pembinaan dan pengembangan bahasa Simalungun telah
banyak dilakukan penelitian terhadap struktur bahasa Simalungun oleh para ahli bahasa. Namun, dalam penelitian tersebut belum ada yang membahas kompositum
kata majemuk bahasa batak Simalungun. Jadi , peneliti tertarik untuk meneliti hal- hal yang berhubungan dengan kata majemuk bahasa Simalungun. Dengan harapan
agar data-data tertulis tentang kata majemuk dalam bahasa Simalungun lebih mudah diperoleh orang –orang yang membutuhkannya baik sebagai data penelitian maupun
13
untuk keperluan komunikasi. Selain itu peneliti sendiri beretnis Simalungun, sehingga peneliti sebagai sumber data dengan sadar dan aktif memanfaatkan kemampuan
sebagai informan. Kompositum kata majemuk merupakan salah satu kajian dalam bidang
morfologi. Morfologi adalah cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk- beluk struktur kata serta pemgaruh perubahan –perubahan struktur
kata terhadap golongan dan arti kata Ramlan, 1978 : 2. Morfologi mempunyai tiga bidang kajian yaitu proses pengimbuhan atau afiksasi, kata ulang atau reduplikasi, dan
kata majemuk atau kompositum. Dari ketiga bidang kajian morfologi itu kata majemuk merupakan bidang kajian yang paling rumit Kridalaksana, 1988:30. Hal
tersebut dapat kita buktikan dengan melihat banyaknya ahli bahasa yang memberikan tanggapan dan pendapat tentang apa dan bagaimana kata majemuk itu. Namun , dari
berbagai pendapat belum ada suatu kesimpulan yang memadai tentang kata majemuk itu. Pada umumnya para ahli bahasa berusaha membedakan kata majemuk dengan
frase. Hal tersebut sengaja dilakukan dengan maksud agar masalah kata majemuk tidak timpang tindih dengan frase.
Objek penelitian ini adalah kompositumkata majemuk bahasa Batak Simalungun yang meliputi bentuk, pola dan makna. Kata Majemuk merupakan dua
buah kata atau lebih yang menimbulkan makna baru Badudu, 1978. Makna yang baru pada kata majemuk tersebut dapat dipastikan apabila di antara gabungan tersebut
tidak dapat disisipi kata yang. Dasar penilaian terpenting untuk membedakan kata majemuk dengan frase terletak pada konsep satu pengertian. Kontruksi ini tidak lagi
menonjolkan makna pada komponennya secara terpisah, tetapi menonjolkan makna yang ditimbulkan oleh gabungan komponen itu sekaligus.Misalnya gabungan kata
14
pusok ‘pusat’ dengan kata uhur ‘ hati’ akan menimbulkan makna secara sekaligus yaitu pusok uhur ’ duka cita’.
Kita mengetahui bahwa bahasa daerah bagi sebagian besar masyarakat Indonesia adalah bahasa pertama atau bahasa ibu yakni bahasa yang pertama sekali
dikenal dan digunakan untuk berkomunikasi dengan sesama. Demikian juga halnya terjadi di daerah –daerah yang didiami suku Batak Simalungun. Mereka
menggunakan bahasa Simalungun sebagai bahasa ibu dan bahasa sehari-harinya. Bahkan dalam dunia pendidikan khususnya anak Sekolah Dasar yang masih duduk di
kelas satu sampai kelas tiga lebih banyak dibimbing dengan menggunakan bahasa Simalungun.
Oleh karena itu, penelitian mengenai kata majemuk dalam bahasa Batak Simalungun sangat perlu dilakukan untuk mengetahui bentuk, pola, dan maknanya.
1.1.2 Masalah