49
Contoh : 45 Dalahi + daboru
dalahi daboru D D
‘ laki-laki perempuan’ Bapa + inang
bapa inang D D
‘ bapak ibu’ Nini + nono
nini nono D D
‘ cicit buyut’ Dari contoh di atas dapat dilihat ternyata gabungan kata majemuk yang bermakna
setara termasuk pada kata majemuk kata benda dasar karena tidak dilekati oleh imbuhan. Apabila kata majemuk berpola D-D setara diatas dilekati oleh imbuhan
maka gabungan kata tersebut berubah kelas katanya, misalnya marbapa inang ‘berbapak ibu’, dan marnini nono ‘bercicit buyut’ termasuk pada kata majemuk kata
kerja.
4.2.2 Kata Majemuk Berpola D-M
Kata majemuk berpola D-M disebut juga kata majemuk subordinatif proggesif. Kata majemuk subordinatif adalah kata majemuk yang bertingkat atau kata
msjemuk yang tidak sama derajatnya Ramlan, 1978 : 46-51. Kata majemuk subordinatif terbentuk dari dua gabungan kata atau lebih yang tidak sama
kekuatannya atau keintiannya. Artinya, komponen pertama bisa berfungsi sebagai inti D sedangkan komponen kedua berfungsi sebagai atribuf M. pembentukan seperti
inilah yang berpola D-M atau disebut kata majemuk subordinatif progressif. Istilah pro, pre, dan pra diambil dari bahasa Latin yang berarti ada pada posisi awal. Maka
kata majemuk subordinatif progresif adalah kata majemuk yang bagian pertama sebagai inti sedangakan kata kedua atau kata yang mengikutinya berfungsi sebagai
atributif atau menerangkan bagian pertama. Maka polanya adalah Diterangkan –
50
Menerangkan D-M. Kata majemuk berpola D-M ini yang paling banyak atau dominan ditemukan dalam bahasa Simalungun.
Contoh : 46 Unte + mungkur
unte mungkur D M
‘jeruk purut’ Bulung + gadung
bulung gadung D M
‘daun ubi’ Gadung + julur
gadung julur D M
‘ ubi jalar’ Hudon + tanoh
hudon tanoh D M
‘periuk tanah’ Inang + tua
inang tua D M
‘ mak tua’ Dari contoh di atas dapat diketahui ternyata kata majemuk yang berpola D-M
termasuk pada kata majemuk kata benda karena tidak dilekati oleh imbuhan. Apabila pada kata majemuk di atas melekat imbuhan maka kelas katanya akan berubah,
misalnya marhudon tanoh ‘ berperiuk tanah’ , dan margadung julur ‘berubi jalar’ termasuk pada kelas kata kata kerja.
4.2.3 Kata Majemuk Berpola M-D
Kata majemuk berpola M-D disebut Kata majemuk subordinatif regresif. Kata majemuk subordinatif regresif terbentuk dari komponen pertama sebagai atributif M
dan komponen kedua sebagai intinya D. Kata majemuk berpola M-D juga
ditemukan dalam Bahasa Simalungun walaupun tidak sebanyak kata majemuk berpola D-M.
Contoh : 47
51
Nagori + atas nagori atas
M D ‘langit’
Godang + dilah godang dilah
M D ‘ pembohong’
Gijang + uhur gijang uhur
M D ‘ tinggi hati’
Untuk menentukan yang mana inti atau atributif, dapat dimasukkan kata majemuk tersebut kedalam kalimat secara sekaligus kemudian dihilangkan salah satu
komponen dari kata majemuk tersebut. Apabila kalimat tersebut masih berterima secara semantik dan gramatikal maka kata itu adalah inti. Sebaliknya, apabila kalimat
tersebut tidak berterima secara semantik dan gramatikal maka kata itu adalah atributif. Contoh : 48
Sigundal + bolon = Domma ialokkon ni sigundal bolon ai.
D M ‘ sudah dibuangnya kain bekas itu.’
a. Domma ialokkonni sigundal ai.
‘ sudah dibuangnya kain itu.’ b.
Domma ialokkonni bolon ai. ‘ sudah dibuangnya besar itu.’
Contoh : 49 Nagori + atas
= Inang ai manatap hu nagori atas. M D
‘ Ibu itu menatap ke langit’ a.
Inang ai manatap hu nagori’ ‘Ibu itu menatap ke desa.’
b. Inang ai manatap hu atas.
‘Inang itu menatap ke atas.’
52
Untuk menentukan inti atau atributif kata majemuk idiomatis, ternyata tidak bisa digunakan teknik lesap seperti di atas karena gabungan kata majemuk idiomatik
tersebut menimbulkan makna kiasan atau makna konotasi yang berbeda dari makna dasar kata yang membentuknya. Gabungan dua kata atau lebih tersebut saling
melengkapi sehingga terbentuk makna kiasan yang tidak dapat lagi dipecah. Salah satu cara untuk menentukan polanya adalah dengan melihat salah satu kata yang
memiliki makna yang dekat atau berhubungan dengan makna dari gabungan kata tersebut.
Contoh : 50 Godang + dilah
= godang dilah M D
‘pembohong’ Boratan + rumah
= boratan rumah M D
‘ mengandung’ Kata dilah ‘lidah’ merupakan inti karena berhubungan maknanya dekat dengan
gabungan kata godang dilah ‘ pembohong’. Demikian juga kata rumah merupakan inti karena kata tersebut berhubungan dengan gabungan kata boratan rumah ‘
mengandung’.
4.3 Makna Kata Majemuk
Makna kata dibatasi sebagai hubungan antara bentuk dengan hal atau barang
yang diwakilinya atau referennya Keraf 1985 :25. Makna kata majemuk dalam
bahasa Simalungun dapat diuraikan menurut kelas kata kata majemuk. Makna kata majemuk bahasa Simalungun sudah dapat kita lihat dari contoh – contoh yang telah
diuraikan sebelumnya. Dalam hal ini, Peneliti menguraikan bagaimana perubahan makna kata majemuk tersebut. Perubahan makna yang terjadi pada kata majemuk ini
ditimbulkan oleh proses afiksasi dan reduplikasi.