terhadap harta kekayaan dalam perkawinan. terhadap anak yang mendapat dispensasi kawin.

64 tidaknya anak tergantung dari sah atau tidaknya perkawinan orangtua. Anak yang lahir dari perkawinan yang tidak sah dianggap oleh Negara sebagai anak luar kawin. Jika terjadi ketidak harmonisan atau ketidakcocokan dalam kehidupan rumah tangga yang mengakibatkan perceraian suami dalam hal ini tidak mempunyai kewajiban untuk : 145 a. Memberi tunjangan hidup istri dan anak-anaknya. b. Istri dari perkawinan bawah tangan tidak berhak atas uang pensiun dari suaminya. c. Istri tidak dapat mengajukan gugatan perceraian ke pengadilan. Dalam hal ini yang dirugikan juga adalah sang istri karena tidak dapatnya perkara ini diajukan ke pengadilan, maka sang istri tidak dapat menuntut tunjangan hidup sebagai janda dari bekas suaminya. pasal 41 sub c Undang-Undang No.1 Tahun 1974

3. terhadap harta kekayaan dalam perkawinan.

Dalam pasal 35 ayat 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 disebutkan bahwa : “harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama”, 146 artinya bahwa harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi milik bersama suami istri. Lebih lanjut, pasal 36 ayat 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 menyebutkan mengenai harta bersama, suami istri dapat bertindak atas persetujuan kedua belah pihak. 145 Ibid 146 Op.Cit, UU No.1 Tahun 1974, pasal 35 ayat 1, hal.11 Universitas Sumatera Utara 65 Status pemilikan harta selama dalam hubungan perkawinan adalah penting untuk memproses kejelasan mengenai status harta itu, seperti jika terjadi perceraian atau apabila terjadi kematian salah satu pihak, mudah untuk menentukan mana harta peninggalan yang dapat diwariskan kepada pihak ahli waris. Berkaitan dengan ini, maka diperlukan adanya akta perkawinan sebagai bukti otentik dengan tujuan agar pihak yang bersangkutan dapat mengajukan pembagian harta bersama ke Pengadilan Negeri dan memperoleh kejelasan terhadap hak dari para pihak atas status harta bersama. 147 Akibat hukum dari perkawinan yang tidak dicatatkan dilembaga pencatatan perkawinan yaitu kantor catatan sipil dan kantor urusan agama terhadap harta kekayaan dalam rumah tangga, adalah : 148 a. akan menimbulkan ketidakjelasan terhadap status harta bersama dalam perkawinan, yaitu hak suami istri terhadap harta bersama. b. Sulit bagi kedua belah pihak untuk mengajukan pembagian harta bersama ke Pengadilan Negeri, karena perkawinan tersebut dianggap tidak pernah ada oleh hukum. Oleh karena itulah pencatatan dalam perkawinan sangat penting artinya. 147 R.Soetojo Prawirohamidjojo, Pluralisme Dalam Perundang-undangan Perkawinan di Indonesia, Airlangga University Press, Surabaya, 2002 148 Ibid Universitas Sumatera Utara 66

4. terhadap anak yang mendapat dispensasi kawin.

Menurut kamus hukum, dispensasi adalah penyimpangan atau pengecualian dari suatu peraturan. 149 Dispensasi usia kawin diatur didalam pasal 7 ayat 1 dan 2 Undang-Undang No.1 Tahun 1974. Undang-Undang Hukum Perdata memandang soal perkawinan hanya dalam hubungan perdata saja. 150 Seorang jejaka yang belum mencapai umur genap 18 delapan belas tahun, seperti pun seorang gadis yang belum mencapai umur genap 15 lima belas tahun, tidak diperbolehkan mengikat dirinya dalam perkawinan. Sementara itu, dalam hal adanya alasan-alasan yang penting, Presiden berkuasa meniadakan larangan ini dengan memberi dispensasi. 151 Namun ketentuan mengenai dispensasi dalam pasal ini sudah tidak berlaku lagi seperti dinyatakan dalam penjelasan pasal 7 ayat 2 Undang-Undang No.1 Tahun 1974, ketentuan dispensasi yang mengatur tentang pemberian dispensasi terhadap perkawinan yang diatur dalam KUHPerdata tidak berlaku lagi dengan berlakunya Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Dispensasi sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1974 biasanya diberikan dalam hal adanya penyimpangan terhadap batas minimum usia kawin yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang yaitu 19 sembilan belas tahun untuk pria dan 16 enam belas tahun untuk wanita, yang hendak 149 R.Subekti,R.Tjitrosudibio, Kamus Hukum,Pradnya Paramitha, Jakarta,1996, hal.36 150 R.Subekti,R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,Pradnya, Jakarta,2007, pasal 26 hal.8 151 Ibid, pasal 29, hal.8 Universitas Sumatera Utara 67 melangsungkan perkawinan. Oleh karena itu jika laki-laki maupun perempuan belum mencapai usia kawin hendak melangsungkan perkawinan, maka pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh orangtua kedua belah pihak dapat memberikan penetapan dispensasi usia kawin, tentu saja apabila permohonannya itu telah memenuhi syarat yang telah ditentukan serta harus melalui beberapa tahap dalam pemeriksaan. Undang-Undang Hukum Perdata pasal 330 menyebutkan, seorang anak yang masih dibawah umur, apabila kepadanya diberikan dispensasi kawin oleh pengadilan maka apabila perkawinannya dibubarkan sebelum umur mereka genap 21 dua puluh satu tahun, mereka tidak kembali lagi dalam kedudukan belum dewasa. 152 Menurut pasal 424 KUHPerdata, anak yang dinyatakan dewasa, dalam segala- galanya mempunyai kedudukan yang sama dengan orang dewasa. Namun jika ia hendak mengikatkan diri dalam perkawinan, maka tetaplah ia menurut pasal 35 dan 37 wajib memperoleh izin terlebih dahulu dari kedua orangtuanya, atau kakek neneknya atau dari Pengadilan Negeri ataupun Pengadilan Agama sebelum ia mencapai umur genap 21 dua puluh satu tahun. 153 Dalam Kompilasi Hukum Islam, pasal 13 tiga belas Pengaturan Menteri Agama No.3 Tahun 1975 juga disebutkan : 154 152 Op.Cit, KUHPerdata, pasal.330, hal.90 153 Ibid, pasal 424, hal.133 154 Hirpan Hilmi, Dispensasi Pernikahan Dini Perlu Diperketat, badilag.net, jakarta, 14 Oktober 2009 Universitas Sumatera Utara 68 a. Apabila seorang calon suami belum mencapai umur 19 sembilan belas tahun dan calon istri belum mencapai 16 enam belas tahun hendak melangsungkan perkawinan, harus mendapatkan dispensasi dari Pengadilan Agama. b. Permohonan dispensasi kawin bagi mereka tersebut diajukan oleh kedua orangtua pria maupun wanita kepada Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat tinggalnya. c. Pengadilan Agama setelah memeriksa dalam persidangan dan berkeyakinan bahwa terdapat hal-hal yang memungkinkan untuk memberikan dispensasi tersebut, maka Pengadilan Agama memberikan dispensasi kawin dengan suatu penetapan. Alasan-Alasan yang Dijadikan Dasar Dalam Memberikan Dispensasi Usia Kawin. Adapun alasan-alasan yang dijadikan Hakim sebagai dasar dalam memberikan dispensasi usia kawin, diantaranya adalah : 155 a. permohonan yang dimohonkan tidak bertentangan dengan hukum masing-masing agama dan kepercayaan-Nya b. pemohon telah memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan. c. alasan-alasan yang diajukan dalam permohonan dapat dibenarkan dan diterima oleh Majelis Hakim. d. bila dilihat dari fisik, tubuh calon mempelai dapat dikatakan sudah dewasa. 155 Penulis, Hasil Wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama Medan, Drs.Hafifulloh, SH.MH, 2 Desember, 2009 Universitas Sumatera Utara 69 e. telah terjadi hamil diluar nikah. f. bahwa pihak laki-laki dan pihak perempuan benar-benar saling mencintai dan berkeinginan hidup berumahtangga tanpa ada paksaan dari pihak manapun. g. bahwa pihak laki-laki sudah bekerja dan sudah punya penghasilan sendiri yang cukup untuk membiayai hidup berumahtangga. h. bahwa pihak laki-laki dan pihak perempuan yang ingin melangsungkan perkawinan telah mengerti apa-apa saja hak dan kewajiban suami istri dan bersedia untuk melaksanakannya. i. demi kemaslahatan umum bisa juga menjadi alasan diberikan dispensasi usia kawin. Setelah pemeriksaan selesai dan Majelis Hakim berkeyakinan bahwa terdapat hal-hal yang memungkinkan untuk diberikan dispensasi usia kawin maka Pengadilan memberikan salinan penetapan yang dibuat dan diberikan pada pemohon untuk memenuhi persyaratan untuk melangsungkan perkawinan di lembaga pencatat perkawinan. Bagi calon mempelai yang beragama Islam di kantor urusan agama dan bagi yang bukan beragama Islam di kantor catatan sipil. 156

4.2 Syarat-Syarat Permohonan Dispensasi Usia Kawin.

Syarat-syarat mengajukan permohonan dispensasi usia kawin yaitu : a. membuat surat permohonan dengan mencantumkan identitas diri pemohon yang lengkap dengan alasan-alasan permohonan. 156 Ibid Universitas Sumatera Utara 70 b. fotocopy surat keterangan untuk menikah dengan alasan-alasan dari kepala desalurah pemohon. c. fotocopy akta kelahiran anak pemohon. d. fotocopy surat akta nikah dari pemohon dalam hal ini apabila yang mengajukan permohonan adalah orangtuawali e. fotocopy kartu keluarga. f. membayar panjar biaya perkara yang telah ditentukan. Untuk yang beragama Islam ketentuan mengenai permohonan dispensasi usia kawin dapat dilihat pada pasal 13 ayat 1 dan ayat 2 Peraturan Menteri Agama No.3 Tahun 1975 tentang kewajiban pegawai pencatat nikah dan tata kerja pengadilan agama dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan perkawinan.

4.3 Prosedur Permohonan Dispensasi Usia Kawin.

Prosedur permohonan dispensasi usia kawin bagi anak dibawah umur dapat diajukan ke Pengadilan Negeri bagi pemohon yang bukan beragama islam dan Pengadilan Agama bagi yang beragama islam. Permohonan dispensasi usia kawin wajib dilampiri dengan surat pengantar dari atau diketahui oleh kepala desa atau lurah dengan ketentuan syarat-syarat harus terpenuhi lebih dahulu. Setelah mendapatkan surat pengantar tersebut kemudian pemohon datang ke Pengadilan, dengan membawa surat permohonan tertulis mengenai hal dispensasi usia kawin yang memuat alasan-alasan pemohon dan dilengkapi dengan bukti-bukti dan syarat-syarat untuk mengajukan permohonan dispensasi usia kawin, kemudian surat permohonan tersebut diajukan dan didaftarkan Universitas Sumatera Utara 71 ke Panitera Pengadilan akan tetapi harus terlebih dahulu membayar panjar biaya perkara. Pada saat pemeriksaan oleh tiga orang Hakim dalam sidang yang terbuka untuk umum pemohon wajib membuktikan kebenaran dari isi surat permohonan dan memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan berupa alasan-alasan permohonan, dalam hal ini mengenai dispensasi usia kawin. Selain itu pemohon wajib pula untuk membuktikan bahwa fotocopy surat-surat yang telah diajukan tersebut telah sesuai dengan aslinya. Dalam pemeriksaan perkara permohonan dispensasi usia kawin ini tugas Majelis Hakim secara keseluruhan adalah mendengar secara langsung keterangan orangtua atau wali dari pihak-pihak yang akan melangsungkan perkawinan, memberikan penilaian apakah mereka secara fisik sudah cukup umur untuk menikah. Majelis Hakim kemudian melihat, memeriksa dan mencocokkan dengan bukti surat yang aslinya diajukan lalu meneliti apakah segala persyaratan untuk mengajukan permohonan telah terpenuhi kemudian adanya beberapa pertimbangan lainnya yang dapat digunakan oleh Majelis Hakim yang keseluruhannya itu digunakan sebagai pedoman dalam memutuskan apakah permohonan dispensasi usia kawin tersebut dikabulkan atau bahkan ditolak. Permohonan dispensasi usia kawin dapat ditolak oleh Pengadilan apabila alasan-alasan pemohon tidak dapat dibenarkan dan tidak diterima oleh Hakim serta belum mencukupi persyaratan yang telah ditetapkan. Universitas Sumatera Utara 72 Untuk mendapatkan dispensasi memang tidak mudah. Dalam Pasal 4 Undang- Undang Perkawinan dikatakan bahwa Pengadilan hanya memberikan izin kepada suami yang akan beristri lebih dari seorang, apabila : 157 a. Istri tidak menjalankan kewajibannya sebagai istri b. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan. c. Istri tidak dapat melahirkan keturunan. Pengajuan permohonan kepada pengadilan menurut pasal 5 Undang-Undang Perkawinan, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 158 a. adanya persetujuan dari istri b. adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup istri-istri dan anak-anak mereka. c. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anak mereka. 157 Op.Cit, Libertus Jehani, hal.34 158 Ibid, hal.35 Universitas Sumatera Utara 73 a. Analisis Kasus terhadap Keputusan Hakim yang memberikan dispensasi kawin terhadap anak dibawah umur an Siti Rizkika Budi Kaswara Binti Amran Budiman, umur 13 tahun, studi kasus di Pengadilan Agama Medan – Penetapan Nomor : 2 Pdt.P 2009 PA-Mdn. 1. Ringkasan Kasus Bahwasanya kasus ini menceritakan tentang seorang anak perempuan yang masih dibawah umur yaitu 13 tiga belas tahun yang sudah sangat ingin sekali menikah. Namun karena adanya peraturan dalam Undang-Undang yang menyatakan batas umur minimal seorang anak perempuan boleh melangsungkan perkawinan setelah ia berusia 16 enam belas tahun, maka sianak ini melalui abangnya yang dalam hal ini abangnya tersebut mewakili orangtuanya karena pada saat itu ayahnya sudah almarhum dan ibunya sedang sakit, mengajukan permohonan dispensasi nikah ke Pengadilan Agama Medan agar adiknya tersebut diberikan ijin untuk menikah oleh majelis hakim. 2. Alasan Mengajukan Permohonan Dispensasi Pemohon mengajukan dispensasi karena melihat hubungan adik kandung pemohon dengan pria yang akan menjadi calon suami tersebut sudah sangat akrab sekali, yang sangat dikhawatirkan dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan baik ditinjau dari hukum Islam maupun kehidupan masyarakat pada umumnya. 3. Pertimbangan Hakim Bahwasanya Hakim telah memanggil Pemohon untuk hadir di persidangan, panggilan tersebut telah disampaikan secara resmi dan patut, sebagaimana Universitas Sumatera Utara 74 dikehendaki Pasal 26 Peraturan Pemerintah No.9 tahun 1975 Jo Pasal 55 Undang- Undang No.7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama. Majelis Hakim sebelum memeriksa kasus posisi, terlebih dahulu telah memeriksa Legitima persona stand : in yudicio yang berhak mengajukan permohonan ini, maka sesuai dengan Pasal 13 ayat 2 Peraturan Menteri Agama Nomor 3 tahun 1975 menyatakan permohonan dispensasi nikah diajukan oleh kedua orangtua pria maupun wanita, namun dalam hal yang mengajukan permohonan adalah abang kandungnya dan abangnya tersebut telah mendapat surat kuasa insidentil dari orantuanya perempuan sesuai surat izin kuasa insidentil tanggal 9 Januari 2009, kemudian dikaitkan dengan Pasal 6 ayat 3 dan 4 dan Pasal 17 ayat 3 Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 tahun 1974 yang menyebutkan bahwa seorang wali juga berhak untuk mengajukan permohonan Dispensasi Nikah bila orangtuanya berhalangan atau tidak dapat menyatakan kehedaknya. Dengan demikian Majelis berpendapat bahwa Pemohon berkapasitas mengajukan permohonan ini. Bahwa pemohon mempunyai cukup syarat dan telah mengajukan alat bukti P.1 sampai dengan P.7, masing-masing bermaterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya dipersidangan. Kesimpulannya bahwa pemohon telah memenuhi syarat-syarat formil dan syarat-syarat materiil secara lengkap serta menghadirkan saksi dipersidangan. Berdasarkan keterangan saksi-saksi tersebut dihubungkan dengan keterangan Pemohon di persidangan, maka Majelis telah menemukan fakta sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 75 a. Bahwa adik kandung Pemohon Siti Rizkika Budi Kaswara masih berumur 13 tahun, telah menjalin hubungan cinta dengan calon suaminya Lantera Birawa Yuda. A, sejak 8 bulan lalu sampai dengan sakarang. b. Bahwa adik kandung Pemohon dengan Lantera Birawa Yuda A telah sepakat untuk melangsungkan pernikahan dengan melamar Siti Rizkika Budi Kaswara pada tanggal 11 Januari 2009. c. Bahwa antara adik kandung Pemohon dengan calon suaminya tidak ada halangan untuk melangsungkan pernikahan, baik dari segi hubungan darah, sesusuan maupun pertalian semenda, kecuali karena usia yang belum memenuhi batas usia minimal untuk menikah sebagaimana ditentukan Undang-Undang. Bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas, maka telah terbukti adik kandung Pemohon dengan calon suaminya telah sepakat untuk melangsungkan penikahan, namun rencana pernikahan tersebut terhalang karena si pemohon belum mencapai batas usia minimal untuk menikah, sementara semua persyaratan pernikahan lainnya telah terpenuhi baik ditinjau dari Hukum Islam, maupun dari peraturan perundang-undangan yang berlaku, akan tetapi apabila dispensasi Nikah tidak diberikan dikhawatirkan akan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan pada masa yang akan datang baik kepada adik kandung pemohon maupun kepada calon suaminya, maka Majelis Hakim berpendapat alternatif hukum yang terbaik adalah memberikan Dispensasi Nikah kepada si pemohon. Universitas Sumatera Utara 76 4. Dasar Hukum Penetapan Hakim Bahwa Dispensasi Nikah yang diberikan Pengadilan Agama kepada pencari keadilan adalah untuk menghindari terjadinya mudarat yang lebih besar daripada maslahat, sesuai dengan kaedah fiqih yang artinya : ”Menghindari mafsadat lebih diprioritaskan daripada menerima maslahat” Bahwa oleh karena menghindari mudarat yang lebih besar harus lebih didahulukan daripada menerima manfaat, sesuai dengan kaedah Fiqih di atas, maka Majelis Hakim berpendapat memberikan Dispensasi Nikah harus didahulukan ketimbang menolaknya. Bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan hukum di atas, Majelis Hakim berpendapat bahwa syarat-syarat untuk, melakukan pernikahan telah terpenuhi, dan permohonan Pemohon untuk diberikan Dispensasi Nikah telah beralasan bahkan sejalan dengan ketentuan Pasal 7 ayat 2 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 jo Pasal 13 Ayat 1 dan 3 Peraturan Meteri Agama Nomor 13 tahun 1975 tentang tata cara kerja dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan perkawinan bagi yang beragama Islam. Oleh karena permohonan Dispensasi Nikah sudah beralasan dan juga telah sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka Majelis Hakim berkesimpulan permohonan pemohon sudah sepatunya dikabulkan dengan menetapkan memberikan Dispensasi Nikah kepada Siti Rizkika Budi Kaswara Binti Amran Budiman untuk menikah dengan calon suaminya Lantera Birawa Yuda A. Bin Dr. Adang Warya. Universitas Sumatera Utara 77 Mengingat : 1. Pasal 49 huruf a. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama; 2. Pasal 7 ayat 2 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 jo Pasal 13 ayat 1 dan 3 Peraturan Menteri Agama Nomor 3 tahun 1975. Memperhatikan : segala ketentuan Hukum dan perundang- undangan lain serta nilai- nilai hukum yang hidup didalam masyarakat yang berkenaan dengan permohonan ini. Maka Majelis Hakim : 1. Mengabulkan permohonan Pemohon. 2. Menetapkan, memberi Dispensasi Nikah kepada Siti Rizkika Budi Kaswara Binti Amran Budiman untuk menikah dengan Lantera Birawa Yuda A.Bin Dr. Adang Warya. 3. Membebankan kepada Pemohon untuk membayar, biaya permohonan ini sebesar Rp.91.000,- sembilan puluh satu ribu rupiah. ANALISIS KASUS PERNIKAHAN DIBAWAH UMUR SITI RIZKIKA BUDI KASWARA Binti AMRAN BUDIMAN, umur 13 tahun Salah satu problematika yang sedang hangat dibicarakan beberapa hari terakhir ini ialah adanya kontroversi pernikahan dibawah umur yang dilakukan oleh Syekh Puji dengan Lutfiana Ulfa. Pernikahan yang dilakukan oleh Syekh Puji dan Lutfiana Ulfa menjadi menarik dibicarakan karena pernikahan tersebut melibatkan mempelai wanita yang masih berusia 12 tahun, hampir mirip dengan kasus yang akan penulis analisis. Pada kasus ini calon mempelai perempuan, Siti Rizkika Budi Kaswara Universitas Sumatera Utara 78 berusia 13 tahun. Dalam kasus permohonan dispensasi nikah yang diajukan Siti Rizkika Budi Kaswara ini, penulis merasa Hakim terlalu mudah memberikan putusan untuk mengabulkan permohonan dispensasi nikah yang diajukan pemohon, tanpa mempertimbangkan segala sesuatunya dari segala aspek. Orangtua Siti juga terkesan sepertinya kurang berusaha untuk menjauhkan siti dengan kekasihnya, karena mengingat hubungan siti dengan kekasihnya yang masih berjalan 9 sembilan bulan, lantas orangtua sudah mengijinkannya untuk menikah. Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, terdapat ketentuan yang kontradiktif yaitu dalam Pasal 2 ayat 1 dan ayat 2 di mana dalam ayat 1 menyatakan bahwa Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya. Sedangkan dalam ayat 2 menyatakan bahwa tiap-tiap perkawinan harus dicatat menurut peraturan perundang- undangan yang berlaku. Adanya 2 ketentuan ini sungguh bertolak belakang. Menurut pemahaman dalam teori hukum Islam, pernikahan yang dilakukan Siti, sah karena syarat-syarat sahnya perkawinan menurut hukum agama Islam sudah terpenuhi. Namun pencatatan perkawinan tersebut terganjal ketentuan lain yang berkaitan dengan syarat-syarat perkawinan dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1974, sehingga perkawinan yang dilakukan Siti tidak bisa dicatatkan. Ketentuan yang mengganjal tersebut ialah terdapat dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Dalam ayat 1 terdapat ketentuan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai Universitas Sumatera Utara 79 umur 16 tahun. Di sini pihak Siti yang belum mencapai umur 16 tahun telah mengajukan upaya permohonan dispensasi nikah sebagaimana ketentuan dalam Pasal 7 ayat 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang menyatakan bahwa apabila ada penyimpangan terhadap ketentuan ayat 1 dapat dimohonkan adanya dispensasi nikah kepada Pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk. Hanya saja Hakim tidak benar-benar mempertimbangkan sisi baik dan buruknya sebelum membuat keputusan. Jangan karena alasan hubungan yang sudah terlalu erat, sehingga takut terjerumus kepada perzinahan, lantas hakim dan orangtua memutuskan untuk memberi izin kepada anak yang masih dibawah umur untuk kawin. Pencatatan perkawinan, itu hanya masalah administratif, ada yang lebih penting dari itu yang harus kita selamat kan dari akibat perkawinan dibawah umur. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak khususnya dalam Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa yang dimaksud anak adalah seseorang yang belum berusia 18 delapan belas tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Melalui ketentuan ini, maka dapat diketahui bahwa mempelai wanita, masih dikategorikan sebagai anak-anak sehingga hak-haknya harus dilindungi. Sedangkan dalam Pasal 3 dinyatakan bahwa perlindungan terhadap anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, Universitas Sumatera Utara 80 serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera. Dalam Pasal 4 dinyatakan bahwa Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Ketentuan lain yang berkaitan ada dalam Pasal 6 yang menyatakan bahwa Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan orang tua. Ketentuan-ketentuan tersebut bisa dikatakan telah dilanggar karena dengan menikahnya Siti yang masih dikategorikan sebagai anak dalam Undang-Undang ini, maka dikhawatirkan Siti tidak dapat tumbuh, berkembang, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi karena beralihnya status dari seorang anak menjadi ibu rumah tangga yang berarti pula bahwa Siti telah lepas dari bimbingan orang tuanya sesuai ketentuan yang ada dalam Pasal 6. Selain itu ketentuan dalam Pasal 9 ayat 1 juga menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. Dalam Pasal 11 juga dinyatakan bahwa setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri. Otomatis hak-hak ini akan hilang dengan sendirinya karena status perkawinan tersebut. Universitas Sumatera Utara 81 Dalam Pasal 26 ayat 1 terdapat ketentuan bahwa Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk : a. Mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak; b. Menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya c. Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak. Himbauan terhadap hakim, agar jangan terlalu mudah memberikan dispensasi kepada anak dibawah umur, karena menurut informasi yang didapat, perkawinan anak dibawah umur, berdampak pada perceraian, dan angka perceraian ini sudah sangat tinggi. b. Analisis Kasus terhadap keputusan Hakim yang memberikan dispensasi kawin terhadap anak dibawah umur an M. Maulana Putra bin H. Hasballah, umur 18 tahun, studi kasus di Pengadilan Agama Medan – Penetapan Nomor : 2 Pdt.P 2009 PA-Mdn. 1. Ringkasan Kasus Bahwasanya kasus ini menceritakan tentang seorang anak laki-laki yang masih dibawah umur yaitu 18 delapan belas tahun yang sudah sangat ingin sekali menikah. Namun karena adanya peraturan dalam Undang-Undang yang menyatakan batas umur minimal seorang anak laki-laki boleh melangsungkan perkawinan setelah ia berusia 19 sembilan belas tahun, maka sianak ini melalui ibunya mengajukan permohonan dispensasi nikah ke Pengadilan Agama Medan agar diberikan ijin untuk menikah oleh majelis hakim. Universitas Sumatera Utara 82 2. Alasan Mengajukan Permohonan Dispensasi Pemohon mengajukan dispensasi karena melihat hubungan anak kandung pemohon dengan perempuan yang lebih tua darinya yang akan menjadi calon istrinya tersebut sudah sangat akrab sekali, yang sangat dikhawatirkan dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan baik ditinjau dari hukum Islam maupun kehidupan masyarakat pada umumnya. 3. Pertimbangan Hakim Bahwasanya Hakim telah memanggil Pemohon untuk hadir di persidangan, panggilan tersebut telah disampaikan secara resmi dan patut, sebagaimana dikehendaki Pasal 26 Peraturan Pemerintah No.9 tahun 1975 Jo Pasal 55 Undang- Undang No.7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama. Majelis Hakim sebelum memeriksa kasus posisi, terlebih dahulu telah memeriksa Legitima persona stand : in yudicio yang berhak mengajukan permohonan ini, maka sesuai dengan Pasal 13 ayat 2 Peraturan Menteri Agama Nomor 3 tahun 1975 menyatakan permohonan dispensasi nikah diajukan oleh kedua orangtua pria maupun wanita, namun dalam hal ini yang mengajukan permohonan adalah ibu kandungnya. Dengan demikian Majelis berpendapat bahwa Pemohon berkapasitas mengajukan permohonan ini. Bahwa pemohon mempunyai cukup syarat dan telah mengajukan alat bukti P.1 sampai dengan P.6, masing-masing bermaterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya dipersidangan. Kesimpulannya bahwa pemohon telah memenuhi syarat-syarat Universitas Sumatera Utara 83 formil dan syarat-syarat materiil secara lengkap serta menghadirkan saksi dipersidangan. Berdasarkan keterangan saksi-saksi tersebut dihubungkan dengan keterangan Pemohon di persidangan, maka Majelis telah menemukan fakta sebagai berikut : a. Bahwa anak kandung pemohon bernama M. Maulana Putra masih berumur 18 tahun, dan telah menjalin hubungan cinta dengan calon isterinya bemama Putri Handayani; b. Bahwa anak kandung pemohon dengan Putri Handayni telah sepakat untuk melangsungkan pernikahan dan telah disetujui oleh orangtua kedua belah pihak serta telah menentukan hari Sabtu tanggal 18 Juli 2009 akan dilaksanakannya akad nikah; c. Bahwa antara anak kandung pemohon dengan calon isterinya tidak ada halangan hukum untuk melangsungkan pernikahan, baik dari segi hubungan darah, susuan maupun pertalian semenda, kecuali karena usia yang belum mencapai batas usia minimal untuk menikah sebagaimana ditentukan Undang-Undang; Bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas, maka telah terbukti bahwa anak kandung pemohon dengan calon isterinya serta kedua orangtua kedua belah pihak telah sepakat untuk melangsungkan pemikahan, namun rencana pemikahan terhalang karena M. Maulana Putra belum mencapai batas usia minimal untuk menikah, sementara semua persyaratan pemikahan lainnya telah terpenuhi baik ditinjau dari Hukum Islam maupun dari peraturan perundang-undangan yang berlaku akan tetapi apabila dispensasi nikah tidak diberikan dikhawatirkan akan menimbulkan hal-hal Universitas Sumatera Utara 84 yang tidak diinginkan pada masa yang akan datang baik kepada anak kandung pemohon maupun kepada calon isterinya, oleh karena itu Majelis Hakim berpendapat altematif hukum yang terbaik adalah memberikan dispensasi nikah kepada M. Maulana bin H. Hasballah; 4. Dasar Hukum Penetapan Hakim Bahwa Dispensasi Nikah yang diberikan Pengadilan Agama kepada pencari keadilan adalah untuk menghindari terjadinya mudarat yang lebih besar daripada maslahat, sesuai dengan kaedah fiqih yang artinya : ”Menghindari mafsadat lebih diprioritaskan daripada menerima maslahat” Bahwa oleh karena menghindari mudarat yang lebih besar harus lebih didahulukan daripada menerima manfaat, sesuai dengan kaedah Fiqih di atas, maka Majelis Hakim berpendapat memberikan Dispensasi Nikah harus didahulukan ketimbang menolaknya. Bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan hukum di atas, Majelis Hakim berpendapat bahwa syarat-syarat untuk, melakukan pernikahan telah terpenuhi, dan permohonan Pemohon untuk diberikan Dispensasi Nikah telah beralasan bahkan sejalan dengan ketentuan Pasal 7 ayat 2 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 jo Pasal 13 Ayat 1 dan 3 Peraturan Meteri Agama Nomor 13 tahun 1975 tentang tata cara kerja dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan perkawinan bagi yang beragama Islam. Oleh karena permohonan Dispensasi Nikah sudah beralasan dan juga telah sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka Majelis Hakim berkesimpulan Universitas Sumatera Utara 85 permohonan pemohon sudah sepatutnya dikabulkan dengan menetapkan memberikan Dispensasi Nikah kepada M. Maulana bin H. Hasballah untuk menikah dengan calon istrinya Putri Handayani. Mengingat : 1. Pasal 49 huruf a. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama; 2. Pasal 7 ayat 2 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 jo Pasal 13 ayat 1 dan 3 Peraturan Menteri Agama Nomor 3 tahun 1975. Memperhatikan : segala ketentuan Hukum dan perundang- undangan lain serta nilai- nilai hukum yang hidup didalam masyarakat yang berkenaan dengan permohonan ini. Maka Majelis Hakim : 1. Mengabulkan permohonan Pemohon. 2. Menetapkan, memberi Dispensasi Nikah kepada M. Maulana bin H. Hasballah untuk menikah dengan Putri Handayani. 3. Membebankan kepada Pemohon untuk membayar, biaya permohonan ini sebesar Rp.91.000,- sembilan puluh satu ribu rupiah. Bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas, maka telah terbukti anak kandung Pemohon dengan calon istrinya telah sepakat untuk melangsungkan penikahan, namun rencana pernikahan tersebut terhalang karena si pemohon belum mencapai batas usia minimal untuk menikah, sementara semua persyaratan pernikahan lainnya telah terpenuhi baik ditinjau dari Hukum Islam, maupun dari peraturan perundang-undangan yang berlaku, akan tetapi apabila dispensasi Nikah Universitas Sumatera Utara 86 tidak diberikan dikhawatirkan akan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan pada masa yang akan datang baik anak kandung pemohon maupun kepada calon istrinya, maka Majelis Hakim berpendapat alternatif hukum yang terbaik adalah memberikan Dispensasi Nikah kepada si pemohon. ANALISIS KASUS PERNIKAHAN DIBAWAH UMUR M. MAULANA PUTRA Bin H. HASBALLAH, umur 18 tahun Penulis sangat tidak sependapat dengan sikap hakim yang mengambil keputusan dalam kasus yang telah dipaparkan diatas. Menurut penulis hakim kurang mempertimbangkan hal-hal penting lainnya yang penulis anggap jauh lebih perlu diperhatikan daripada sekedar menyelamatkan nama baik dan kehormatan keluarga. Dalam kasus diatas disebutkan bahwa calon suami ”Muhammad Maulana Putra bin H.Hasballah” adalah seorang anak laki-laki yang masih berusia 18 delapan belas tahun, pelajar, dan masih tinggal bersama orangtua. Ibu kandungnya dengan ini mengajukan permohonan dispensasi nikah terhadap anak kandungnya dengan alasan bahwa anak kandungnya itu sudah sangat akrab dengan pacarnya calon istri, yang sangat dikhawatirkan dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan oleh agama atau kehidupan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu dimohonkan kepada hakim agar mengabulkan permohonannya supaya dapat segera dilangsungkan perkawinan adek kandungnya tersebut. Dalam hal ini hakim mengabulkan permohonan yang diajukan mereka, berdasarkan alasan-alasan yang telah disebutkan diatas. Universitas Sumatera Utara 87 Memang jika dikaji berdasarkan agama, keputusan hakim itu sudah tepat, tapi apakah cukup membuat satu keputusan hanya melihat dari satu sisi saja? Pasal 30 sampai dengan pasal 34 Undang-Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974 diatur tentang hak dan kewajiban suami istri yaitu : 159 1. suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumahtangga yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat. 2. hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat. 3. masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum 4. suami adalah kepala keluarga dan istri adalah ibu rumah tangga 5. suami istri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap dan rumahtempat kediaman ini ditentukan secara bersama-sama. 6. suami istri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia dan memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain. 7. suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya. 8. istri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya. 9. jika suami atau istri melalaikan kewajibannya masing-masing dapat mengajukan gugatan kepada pengadilan. Kewajiban seorang suami adalah sangat berat karena ia merupakan kepala keluarga didalam rumah tangganya. Segala kebutuhan keluarga dan rumah tangga ada 159 UU No.1 Tahun 1974, Op.Cit, hal.10-11 Universitas Sumatera Utara 88 dipundaknya. Dalam kasus diatas, selain calon suami masih berusia dibawah umur, calon suami juga belum mempunyai pekerjaan. Bagaimana mungkin hakim dapat mengabulkan permohonannya untuk diberikan dispensasi kawin, sedangkan ia belum bekerja. Lantas bagaimana kehidupan anak istrinya dikemudian hari? Menurut Undang-Undang Perlindungan Anak, anak wajib dilindungi. Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera. 160 Hak-hak anak yang dimaksud diatas adalah hak bermain,hak belajar, hak berkarya, dan lain-lain. Dengan melangsungkan perkawinan,hak-hak itu akan hilang, yang ada tinggal kewajiban yang belum selayaknya dilakukan olehnya, yaitu bekerja keras untuk menanggung biaya hidup rumah tangga. Perkawinan seperti ini sangat riskan dan sering putus ditengah jalan. Akibat belum matang secara jasmani dan emosional, maka perkawinan seperti ini sering mendapat goncangan dan berakhir pada perceraian. Akibat yang lebih fatalnya anak tersebut bisa stress dan berujung kepada depresi. Depresi adalah suatu gangguan keadaan tonus perasaan yang secara umum 160 Undang-Undang Perlindungan Anak No.23 Tahun 2002, Op Cit, hal.6 Universitas Sumatera Utara 89 ditandai oleh rasa kesedihan, apati, pesimisme dan kesepian. 161 Keadaan ini sering disebutkan dengan istilah kesedihan sadness, murung blue, dan kesengsaraan. Banyak dampak yang ditimbulkan akibat dikabulkannya permohonan dispensasi perkawinan disini, dan ini sangat fatal sekali terhadap psykologis anak. Dalam pasal 27 Undang-Undang Perkawinan menegaskan bahwa seorang suami istri dapat mengajukan permohonan pembatalan perkawinan apabila : 162 1. perkawinan dilangsungkan dibawah ancaman yang melanggar hukum 2. pada waktu berlangsungnya perkawinan terjadi salah sangka mengenai suami atau istri Oleh karena itu seharusnya hakim benar-benar memikirkan, mempertimbangkan segala sesuatunya dulu secara masak-masak baru menetapkan suatu keputusan, agar perkawinan anak dibawah umur ini tidak membawa kehancuran bagi perkawinannya.

B. Akibat Hukum Perkawinan Anak Dibawah Umur Menurut Undang-Undang

Hukum Perdata 1. Status Perkawinan Berbeda dengan Undang-Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974, perkawinan menurut KUH Perdata semata-mata dilihat dari hubungan keperdataan, tidak berhubungan dengan masalah religius keagamaan. Hal ini ditegaskan dalam pasal 26 161 Abdul Mutholib Rambe, Depresi pada Anak, buku saku Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USURSUP H.Adam Malik, Medan 2009 162 Op.Cit, UU Perkawinan No.1 Tahun 1974, hal.9 Universitas Sumatera Utara 90 KUHPerdata yang menyatakan Undang-Undang memandang soal perkawinan hanya dalam hubungan perdata. 163 Dalam KUH Perdata, belum dewasa artinya belum berusia 21 dua puluh satu tahun dan belum pernah kawin. Apabila mereka yang kawin belum berusia 21 dua puluh satu tahun itu bercerai, maka mereka tidak kembali lagi dalam keadaan belum dewasa. Perkawinan membawa serta mereka yang kawin itu menjadi dewasa dan kedewasaan itu berlangsung seterusnya walaupun perkawinan putus sebelum yang kawin itu mencapai umur 21 dua puluh satu tahun. pasal 330 KUHPerdata 164 Menurut KUH Perdata suatu perkawinan dianggap sah hanya apabila dapat dibuktikan dengan adanya akta perkawinan pasal 100 KUHPerdata. Namun demikian, sama halnya dengan UU No.1 Tahun 1974, KUHPerdata juga memberikan dispensasi kawin untuk anak dibawah umur yang ingin melangsungkan perkawinan, tentunya dengan alasan-alasan tertentu. 165 Anak yang mendapat dispensasi kawin dari Pengadilan, maka perkawinannya sama dengan perkawinan orang dewasa, yakni sah dimata hukum. Tapi jika tidak, maka perkawinan tersebut tidak sah menurut hukum, karena telah melanggar ketentuan Undang-Undang. 166 Perkawinan yang dilangsungkan diluar pengetahuan pegawai pencatat perkawinan dan tidak dicatatkan, hanya dilakukan di depan pemuka agama pendeta, 163 Op.Cit, Libertus Jehani, Hal.5 164 Ibid 165 Ibid 166 J.Prins, Op.Cit Universitas Sumatera Utara 91 dan lain-lain hanya sah dimata agama saja. Oleh karena itu jika terjadi konflik dalam rumah tangganya, maka pengadilan tidak dapat memproses perkaranya. 167

2. Status Anak

Dokumen yang terkait

Hak Asuh Anak Dibawah Umur Akibat Perceraian Orangtua(Studi Kasus 4 (empat) Putusan Pengadilan di Indonesia)

18 243 107

Dualisme legalatis pemohon dalam proses pengajuan dispensasi perkawinan (kajian yuridis terhadap penerapan buku pedoman pelaksanaan tugas dan administrasi peradilan agama (Buku II)

0 3 135

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERKAWINAN ANAK DI BAWAH UMUR DAN AKIBAT HUKUMNYA Tinjauan Yuridis Tentang Perkawinan Anak Di Bawah Umur Dan Akibat Hukumnya (Studi Kasus di Pengadilan Agama Sukoharjo).

0 3 14

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERKAWINAN ANAK DI BAWAH UMUR DAN AKIBAT HUKUMNYA Tinjauan Yuridis Tentang Perkawinan Anak Di Bawah Umur Dan Akibat Hukumnya (Studi Kasus di Pengadilan Agama Sukoharjo).

0 10 21

Pelaksanaan Hibah Kepada Anak Dibawah Umur Dan Akibat Hukumnya Setelah Anak Menjadi Dewasa Ditinjau Dari Hukum Perdata

0 0 17

Pelaksanaan Hibah Kepada Anak Dibawah Umur Dan Akibat Hukumnya Setelah Anak Menjadi Dewasa Ditinjau Dari Hukum Perdata

0 0 2

Pelaksanaan Hibah Kepada Anak Dibawah Umur Dan Akibat Hukumnya Setelah Anak Menjadi Dewasa Ditinjau Dari Hukum Perdata

2 24 27

Pelaksanaan Hibah Kepada Anak Dibawah Umur Dan Akibat Hukumnya Setelah Anak Menjadi Dewasa Ditinjau Dari Hukum Perdata

0 0 17

Pelaksanaan Hibah Kepada Anak Dibawah Umur Dan Akibat Hukumnya Setelah Anak Menjadi Dewasa Ditinjau Dari Hukum Perdata

0 0 4

PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DAN AKIBAT HUKUMNYA MENURUT UU PERKAWINAN Oleh : Agatha Jumiati dan Lusia Indrastuti Email : agathajum5gmail.com ABSTRACT - PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DAN AKIBAT HUKUMNYA MENURUT UU PERKAWINAN

0 0 5