Pencegahan Perkawinan Pembatalan Perkawinan a. menurut UU No.1 tahun 1974

37

5. Pencegahan Perkawinan

Pasal 13 UU No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan menentukan bahwa perkawinan dapat dicegah apabila ada pihak-pihak yang tidak memenuhi syarat untuk melangsungkan perkawinan. Pencegahan perkawinan harus didasarkan pada alasan- alasan yang ditentukan oleh Undang-Undang. Alasan-alasan mengajukan pencegahan perkawinan diantaranya karena : 87 a. calon mempelai masih dibawah pengampuan. b. salah satu calon mempelai atau keduanya belum cukup umur c. adanya larangan perkawinan d. terjadinya kawin cerai berulang e. dan tidak dipenuhinya tata cara perkawinan. Pencegahan perkawinan diatur dalam Bab III Undang-Undang Perkawinan, pasal 13 sampai dengan pasal 21. 88 Pihak yang dapat mengajukan pencegahan perkawinan adalah : 89 a. para pihak dalam garis lurus keatas dan kebawah. b. saudara c. wali nikah d. wali pengampu e. pihak-pihak yang berkepentingan f. mereka yang masih terikat dalam perkawinan g. pejabat yang ditunjuk. pasal 7 ayat 1 dan pasal 8 UU No.1 Tahun 1974 87 Hadikusuma, Op.Cit, hal 72 88 Wahono Darmabrata dan Surini Ahlan Sjarif, Hukum Perkawinan dan Keluarga di Indonesia, cet.2, Fak.Hukum Universitas Indonesiam Jakarta, 2004, hal.40-41 89 UU No.1 Tahun 1974, pihak-pihak yang dapat mengajukan perkawinan, hal.5-6 Universitas Sumatera Utara 38 Apabila suatu perkawinan dilaksanakan secara sah menurut hukum adat atau hukum agama, hanya saja tidak memenuhi ketentuan menurut UU No.1 tahun 1974, maka perkawinan ini tidak termasuk yang harus dicegah jika pasangan perkawinan tidak ada masalah dalam perkawinannya. 90 Pencegahan perkawinan diajukan ke Pengadilan Agama untuk perkawinan secara islam dan Pengadilan Negeri untuk pencegahan perkawinan diluar Islam, dalam daerah hukum dimana perkawinan akan dilangsungkan dengan memberitahukan kepada pegawai pencatat perkawinan.

6. Pembatalan Perkawinan a. menurut UU No.1 tahun 1974

Perkawinan yang tidak memenuhi syarat-syarat Undang-Undang dapat dibatalkan keabsahannya. Perkawinan anak dibawah umur tidak memenuhi syarat- syarat dalam Undang-Undang Perkawinan, karena melanggar batas umur seperti yang telah ditentukan dalam Undang-Undang. Selain itu, pasal 27 UUP menegaskan bahwa seorang suami atau istri dapat mengajukan permohonan pembatalan perkawinan apabila : 91 1. perkawinan yang dilangsungkan dibawah ancaman yang melanggar hukum 2. pada waktu berlangsungnya perkawinan terjadi salah sangka mengenai diri suami atau istri 90 Hadikusuma, Op.Cit, hal.72 91 Libertus Jehani, Perkawinan Apa Risiko Hukumnya, Forum Sahabat, Jakarta, 2008, hal.40-41 Universitas Sumatera Utara 39 Pengajuan permohonan pembatalan perkawinan ditujukan kepada pengadilan dalam daerah hukum dimana perkawinan dilangsungkan atau ditempat tinggal kedua suami istri pasal 25 UUPerkawinan. Dalam pasal 23 UUP disebutkan pihak yang dapat membatalkan perkawinan yaitu : 92 1. para keluarga dalam garis keturunan lurus keatas dari suami atau istri 2. suami atau istri 3. pejabat yang berwenang hanya selama perkawinan belum diputuskan. 4. pejabat yang ditunjuk dan setiap orang yang mempunyai kepentingan hukum secara langsung terhadap perkawinan tersebut, tetapi hanya setelah perkawinan itu putus.

b. menurut Undang-Undang Hukum Perdata

Suatu perkawinan dapat dibatalkan namun harus dinyatakan oleh Hakim pasal 85 KUHPerdata. Perkawinan yang telah dibatalkan tetap mempunyai segala akibat perdata baik terhadap suami-istri maupun terhadap anak-anak mereka asal saja perkawinan itu oleh suami istri telah dilakukan iktikad baik pasal 95 KUHPerdata. 93 Menurut pasal 86 KUHPerdata, orang yang dapat menuntut pembatalan suatu perkawinan adalah sebagai berikut : 94 1. orang yang karena perkawinan lebih dahulu telah terikat dengan salah satu dari suami istri 92 Ibid 93 Ibid, hal 14 94 Ibid, hal 15 Universitas Sumatera Utara 40 2. suami istri itu sendiri 3. para keluarga dalam garis lurus keatas 4. jawatan kejaksaan 5. setiap orang yang berkepentingan atas kebatalan perkawinan itu Selanjutnya menurut pasal 92 KUHPerdata, pembatalan suatu perkawinan yang dilangsungkan tidak didepan pegawai catatan sipil yang berwenang, atau dilangsungkan tanpa dihadiri oleh sejumlah saksi sebagaimana mestinya, maka boleh dimintakan pembatalannya oleh : 95 1. suami istri itu sendiri 2. para keluarga sedarah lainnya dalam garis ke atas 3. wali atau wali pengawas 4. setiap orang yang berkepentingan 5. jawatan kejaksaan.

B. Perkawinan Dibawah Umur

Usia dewasa pada hakekatnya mengandung unsur yang berkaitan dengan dapat atau tidaknya seseorang mempertanggungjawabkan atas perbuatan hukum yang telah dilakukannya, yang menggambarkan kecakapan seseorang untuk bertindak dalam lalu lintas hukum perdata. 96 95 Ibid 96 Wahyono Darmabrata, Tinjauan Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Berserta Undang-Undang dan Peraturan Pelaksanaannya, cet.2, CV.Gitamaya Jaya, 2003, hal.19 Universitas Sumatera Utara 41 Pengaturan usia dewasa lazimnya disimpulkan atau dikaitkan dengan pasal 47 dan pasal 50 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. 97 Mengenai pasal 47 UU Perkawinan, Prof.Hazairin,S.H, berpendapat bahwa pasal ini membingungkan. Pasal ini menentukan seseorang telah menjadi dewasa pada usia 18 tahun, tetapi sekaligus menentukan kembali menjadi tidak dewasa kalau anak tersebut belum menikah. Pasal 47 UU Perkawinan, tidak dapat dibaca seperti pasal 330 KUHPerdata, karena usia dewasa dalam KUHPerdata, ditentukan mereka yang sudah berusia 21 dua puluh satu tahun dan belum menikah. Apabila perkawinan mereka putus sebelum berusia 21 dua puluh satu tahun, maka mereka tidak kembali pada usia belum dewasa. 98 Hukum dalam lintas masyarakat menghendaki kematangan berfikir dan keseimbangan psikis yang pada orang belum dewasa masih dalam taraf permulaan sedangkan sisi lain dari pada anggapan itu ialah bahwa seorang yang belum dewasa dalam perkembangan fisik dan psikisnya memerlukan bimbingan khusus. Karena ketidakmampuannya maka seorang yang belum dewasa harus diwakili oleh orang yang telah dewasa sedangkan perkembangan orang kearah kedewasaan ia harus dibimbing. 99 97 Ibid, hal.26 98 Ibid, hal.113 99 Ibid, hal.114 Universitas Sumatera Utara 42

1. Perkawinan Dibawah Umur Menurut konsep Hukum Perdata

Dokumen yang terkait

Hak Asuh Anak Dibawah Umur Akibat Perceraian Orangtua(Studi Kasus 4 (empat) Putusan Pengadilan di Indonesia)

18 243 107

Dualisme legalatis pemohon dalam proses pengajuan dispensasi perkawinan (kajian yuridis terhadap penerapan buku pedoman pelaksanaan tugas dan administrasi peradilan agama (Buku II)

0 3 135

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERKAWINAN ANAK DI BAWAH UMUR DAN AKIBAT HUKUMNYA Tinjauan Yuridis Tentang Perkawinan Anak Di Bawah Umur Dan Akibat Hukumnya (Studi Kasus di Pengadilan Agama Sukoharjo).

0 3 14

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERKAWINAN ANAK DI BAWAH UMUR DAN AKIBAT HUKUMNYA Tinjauan Yuridis Tentang Perkawinan Anak Di Bawah Umur Dan Akibat Hukumnya (Studi Kasus di Pengadilan Agama Sukoharjo).

0 10 21

Pelaksanaan Hibah Kepada Anak Dibawah Umur Dan Akibat Hukumnya Setelah Anak Menjadi Dewasa Ditinjau Dari Hukum Perdata

0 0 17

Pelaksanaan Hibah Kepada Anak Dibawah Umur Dan Akibat Hukumnya Setelah Anak Menjadi Dewasa Ditinjau Dari Hukum Perdata

0 0 2

Pelaksanaan Hibah Kepada Anak Dibawah Umur Dan Akibat Hukumnya Setelah Anak Menjadi Dewasa Ditinjau Dari Hukum Perdata

2 24 27

Pelaksanaan Hibah Kepada Anak Dibawah Umur Dan Akibat Hukumnya Setelah Anak Menjadi Dewasa Ditinjau Dari Hukum Perdata

0 0 17

Pelaksanaan Hibah Kepada Anak Dibawah Umur Dan Akibat Hukumnya Setelah Anak Menjadi Dewasa Ditinjau Dari Hukum Perdata

0 0 4

PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DAN AKIBAT HUKUMNYA MENURUT UU PERKAWINAN Oleh : Agatha Jumiati dan Lusia Indrastuti Email : agathajum5gmail.com ABSTRACT - PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DAN AKIBAT HUKUMNYA MENURUT UU PERKAWINAN

0 0 5