16 Sedangkan bahan-bahan lain yang dipergunakan di dalam penelitian akhir ini
adalah data-data yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, berupa hasil penelitian para ahli, hasil karya ilmiah, buku-buku ilmiah, putusan pengadilan,
yang berhubungan dengan penelitian ini yang merupakan bahan hukum sekunder. Penelitian ini juga mempergunakan bahan hukum tertier, yang terdiri dari
kamus hukum, kamus bahasa Indonesia yang bertujuan untuk mendukung bahan hukum primer dan sekunder.
3. Alat Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan mencari data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer yaitu Undang-Undang serta berbagai peraturan perundang-undangan
yang berhubungan dengan penelitian. Data sekunder juga memberikan penjelasan bahan hukum primer seperti hasil
penelitian, hasil seminar, dan bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan materi yang akan dibahas dalam penelitian. Setelah diinventarisir maka akan dilakukan
penelaahan untuk membuat intisari dari setiap peraturan. Data primer ini diperoleh dari penelitian lapangan dengan melakukan
wawancara, data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari penelitian berupa bahan-bahan yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer yaitu buku-buku yang
berkaitan dengan obyek yang diteliti.
Universitas Sumatera Utara
17
4. Analisis Data
Analisis data merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian. Sesuai dengan sifat penelitiannya, maka analisis data dilakukan dengan pengelompokan
terhadap bahan-bahan hukum tertulis yang sejenis untuk kepentingan analisis, sedangkan evaluasi dilakukan terhadap data dengan pendekatan kualitatif, yaitu data
yang sudah ada dikumpulkan, dipilah-pilah dan kemudian dilakukan pengolahannya. Setelah dipilah-pilah dan diolah lalu dianalisis secara logis dan sistematis
dengan menggunakan metode deskriptif analisis. Dengan demikian diharapkan penelitian yang dilakukan dapat menghasilkan kesimpulan yang bisa
dipertanggungjawabkan secara rasional.
Universitas Sumatera Utara
BAB II PENGATURAN PERKAWINAN ANAK DIBAWAH UMUR DALAM SISTEM
HUKUM DI INDONESIA
A. Pengaturan Perkawinan di Indonesia.
1. Hukum Perkawinan sebelum lahirnya UU No.1 Tahun 1974 di Indonesia
Sebelum adanya Undang-Undang No.1 tahun 1974 di Indonesia berlaku hukum perkawinan bagi berbagai golongan suku bangsa diberbagai daerah. Hal ini diatur
dalam penjelasan umum nomor 2 dari Undang-Undang No.1 Tahun 1974. Penggolongan penduduk diatur dalam Indische Staat Regeling yaitu peraturan
ketatanegaraan Hindia pasal 163, dimana penduduk dibagi menjadi tiga golongan yaitu : golongan eropa, golongan pribumi dan golongan timur asing.
46
Berbagai hukum perkawinan yang berlaku sebelum berlakunya Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan bagi berbagai golongan penduduk di berbagai
daerah adalah seperti berikut :
47
a. Bagi orang-orang Indonesia asli yang beragama Islam berlaku hukum agama yang
telah diresipiir dalam hukum adat. b.
Bagi orang-orang Indonesia asli lainnya berlaku hukum adat. c.
Bagi orang-orang Indonesia asli yang beragama Kristen berlaku Huwelijksordonnantie Christen Indonesia S.1933 No.74
46
Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, Rineka Cipta, Jakarta, 2005, hal.6
47
Ibid, hal. 7
18
Universitas Sumatera Utara
19 d.
Bagi orang-orang Timur Asing Cina dan Warga Negara Indonesia Keturunan Cina berlaku ketentuan-ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dengan
sedikit perubahan. e.
Bagi orang-orang Timur Asing lain-lainnya dan Warga Negara Indonesia keturunan Timur Asing lainnya tersebut berlaku Hukum Adat mereka.
f. Bagi orang-orang Eropa dan Warganegara Indonesia keturunan Eropa dan yang
disamakan dinamakan dengan mereka berlaku Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 adalah hasil dari suatu usaha untuk menciptakan hukum nasional, yaitu yang berlaku bagi setiap warga negara RI, ini
merupakan hasil legislatif yang pertama yang memberikan gambaran yang nyata tentang kebenaran dasar asasi kejiwaan dan kebudayaan “ Bhineka Tunggal Ika” yang
dicantumkan dalam lambang negara RI, selain sungguh mematuhi falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 juga merupakan suatu unifikasi yang unik dengan
menghormati secara penuh adanya variasi berdasarkan agama dan kepercayaan yang berketuhanan Yang Maha Esa.
48
Dari peraturan inilah lahir pengertian perkawinan yaitu hidup bersama dari
seorang laki-laki dan perempuan, yang memenuhi syarat-syarat yang termasuk dalam peraturan tersebut.
49
Bagi suatu negara dan bangsa seperti Indonesia adalah mutlak adanya Undang- Undang Perkawinan Nasional yang sekaligus menampung prinsip-prinsip dan
48
Lily Rasyidi, Hukum Perkawinan dan Perceraian di Malaysia dan Indonesia, Alumni, Bandung, 1982, hal.24
49
Wirdjono Prodjodikoro, Hukum Perkawinan di Indonesia, Sumur Batu, Cet. Ke-8, Bandung, 1984, hal.7
Universitas Sumatera Utara
20
memberikan landasan hukum perkawinan yang selama ini menjadi pegangan dan telah berlaku bagi berbagai golongan dalam masyarakat kita.
50
Sesuai dengan landasan falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka Undang-Undang ini disatu pihak harus dapat mewujudkan prinsip-prinsip yang
terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945. Sedangkan di lain pihak harus dapat pula menampung segala kenyataan yang hidup dalam masyarakat dewasa ini.
Undang-Undang Perkawinan ini telah menampung didalamnya unsur-unsur dan ketentuan-ketentuan Hukum Agamanya dan Kepercayaannya itu dari yang
bersangkutan.
51
Sehubungan dengan berlakunya ketentuan baru tentang Hukum Perkawinan ini yang secara resmi menghapuskan berlakunya semua ketentuan tentang Perkawinan
yang ada sebelumnya, namun pasal 66 Undang-Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974 menentukan sebagai berikut :
52
Untuk perkawinan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan berdasarkan atas Undang-Undang ini maka dengan berlakunya Undang-Undang ini
ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Burgelijk Wetboek, Ordonansi Perkawinan Indonesia Kristen Huwelijke
Ordonantie Christen Indonesia 1933 No.74, Peraturan Perkawinan Campuran Regeling op de Gemengde Huwelijke Stbl 1898 No.158 dan peraturan-peraturan lain
50
Lily, op.cit, hal. 6
51
Ibid
52
Ibid
Universitas Sumatera Utara
21
yang mengatur tentang perkawinan sejauh telah diatur dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1974, dinyatakan tidak berlaku.
2. Pengertian Perkawinan