Tinjauan Kepustakaan Aspek-Aspek Hukum Internasional Tentang Ekstradisi Alberto Fujimori (Mantan Presiden Peru)

Ekstradisi Augusto Pinochet Mantan Presiden Chili. Persamaan dengan penulisan ini adalah bahwa objek penulisan sama-sama mengenai aspek-aspek hukum internasionnal tentang seseorang. Perbedaannya adalah pada orang yang dijadikan subjek penulisan. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa penulisan ini berbeda dengan penulisan sebelumnya.

E. Tinjauan Kepustakaan

Kejahatan Transnasional Transnational Crime adalah tindakan yang memiliki dampak lebih dari satu negara, melibatkan atau memberikan dampak terhadap warga negara lebih dari satu negara,sarana dan prasarana serta metode yang digunakan melampaui batas territorial suatu negara. Jenis kejahatan yang bersifat lintas batas negara berkembang mulai dari kejahatan internasional international crimes, kejahatan transnasional transnational crimes, sampai kejahatan lintas batas yang terorganisir transnational organized crimes. Kejahatan Internasional adalah setiap tindakan yang ditetapkan di dalam konvensi-konvensi multilateral dan diakui oleh sejumlah negara-negara peserta, sekalipun didalamnya terkandung salah satu. Transnational Organized Crimes adalah kejahatan terorganisir yang dilakukan lintas batas negara dimana kejahatan tersebut dilakukan lebih dari satu negara; dilakukan di satu negara namun bagian penting seperti persiapan, perencanaan, pengarahan dan pengendalian dilakukan melibatkan kelompok kriminal Universitas Sumatera Utara dari negara lain di lebih dari satu negara atau dilaksanakan di satu negara tetapi berdampak pada negara lain. Oleh karena setiap negara memiliki otoritas hukum atas orang yang berada dalam batas negaranya berdasarkan prinsip sovereignty, maka dalam proses penegakan hukum terhadap kejahatan transnasional diperlukan kerja sama antar negara untuk menanggulanginya. Kerja sama ini diperlukan karena setiap negara tidak memiliki kewajiban untuk menyerahkan tersangka pelaku kejahatan kepada negara asing. Kerjasama antar negara ini disebut perjanjian internasional. Perjanjian internasional adalah perjanjian, dalam bentuk dan nama tertentu, yang diatur dalam hukum internasional yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban di bidang hukum publik. Salah satu jenis perjanjian internasional yang dapat dipergunakan untuk menanggulangi kejahatan transnasional adalah perjanjian mengenai ekstradisi. . Menurut I Wayan Parthiana SH: ”Ekstradisi adalah penyerahan yang dilakukan secara formal baik berdasarkan perjanjian ekstradisi yang diadakan sebelumnya atau berdasarkan prinsip timbal balik atas, atas seseorang yang tertuduh terdakwa atau atas seseorang yang telah dijatuhi hukuman atas kejahatan yang telah dilakukannya terhukum,terpidana oleh negara tempatnya melarikan diri atau berada atau bersembunyi kepada negara yang memiliki yurisdiksi untuk mengadili atau menghukumnya atas permintaan dari negara tersebut,dengan tujuan untuk mengadili atau melaksanakan hukumnya.” 20 20 I Wayan Pharthiana, Ekstradisi Dalam Hukum internasional dan Hukum Nasional, Mandar Jaya, Bandung, 1993, Hal. 12. Universitas Sumatera Utara Sedangkan menurut L.Oppenheim : “Ekstradisi adalah penyerahan seorang tertuduh oleh suatu negara diwilayah mana ia suatu waktu berada, kepada negara dimana ia disangka melakukan atau telah melakukan atau telah dihukum karena perbuatan kejahatan.” 21 “Mutual Legal Assistance adalah Perjanjian yang bertumpu pada pada permintaan bantuan yang berkaitan dengan penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pemeriksaan di depan sidang pengadilan, dan lain-lain, dari negara-diminta dengan negara-peminta.” Secara sederhana, ekstradisi merupakan bentuk kerja sama antar negara berkaitan dengan pemberantasan kejahatan lintas batas negara transnasional dengan cara pengembalian tersangka, terdakwa, terpidana kepada negara yang memiliki yurisdiksi terhadap tersangka, terdakwa maupun terpidana tersebut. Hal ini merupakan bentuk dari aspek formal prosedural dari hukum internasional. Tujuan utama dari lembaga ekstradisi adalah mempelajari perilaku masyarakat internasional, yaitu perilaku para aktor negara maupun non-negara di dalam area transaksi internasional. Selain ekstradisi, Mutual Legal Assistance juga dapat dipergunakan untuk menanggulangi kejahatan transnasional. Mutual Legal Assistance merupakan perjanjian saling bantuan hukum antar negara dalam masalah pidana dimana negara- negara dapat bertukar informasi dalam upaya menegakkan hukum pidana. Menurut Siswanto Sunarso: 22 21 L.Oppenheim, International Law,a Treatise, 8 Edition, Volume one-peace, 1960, Hal. 696. 22 Siswanto Sunarso, “Ekstradisi dan Bantuan Timbal balik dalam Masalah Pidana:Instrumen Penegakan Hukum Pidana Internasional”, Jakarta, Rineka Cipta, 2009, Hal. 133. Universitas Sumatera Utara Dalam Chapter VIII International Legal Cooperation-United Nations of Drugs and Crime UNODC Toolkit, Mutual Legal Assistance diartikan sebagai proses kerjasama internasional dimana negara-negara meminta dan menyediakan bantuan dalam mengumpulkan bukti yang akan digunakan dalam penyelidikan dan pengadilan kasus pidana, dan dalam melacak, membekukan, menyita dan akhirnya menyita kekayaan yang berasal dari perbuatan pidana. Dalam prakteknya pelaksanaan Mutual Legal Assistance diantara negara- negara didasari beberapa prinsip penting antara lain prinsip kerjasama dan prinsip reciprocity timbal balik atas dasar hubungan baik. Prinsip kerjasama atau kerjasama internasional dalam kasus-kasus khusus merujuk pada kerjasama hukum atau kerjasama peradilan. Prinsip kerjasama biasanya diatur oleh perjanjian atau instrumen hukum legal diantara beberapa negara, atau pengaturan khusus diantara dua negara. Kerjasama yang diatur dalam perjanjian berbeda-beda, terkadang hanya menetapkan hal-hal umum, namun juga berkemungkinan untuk mengatur masalah pidana khusus seperti narkotika, korupsi sesuai kesepakatan negara-negara. Prinsip reciprocity timbal balik atas dasar hubungan baik pada umumnya didasarkan pada hukum acara pidana, perjanjian yang dibuat antar negara, konvensi serta kebiasaan internasional. Namun, kesepakatan serta kerjasama negara-negara dalam memberikan bantuan timbal balik dalam masalah pidana tidak selalu dituang dalam sebuah perjanjian formal, hubungan baik antara negara-negara sering kali dijadikan dasar diberikannnya bantuan timbal balik, walaupun sebelumnya belum ada perjanjian yang mengatur hal tersebut. Universitas Sumatera Utara Dalam melaksanakan bantuan timbal balik dalam masalah pidana, terdapat aspek-aspek penting yang mendasari dilakukan kerjasama negara-negara, yakni: sistem bantuan timbal balik sebagai sistem yang mendukung proses penegakan hukum, sistem bantuan timbal balik sebagai sistem yang lahir dari hubungan antar negara yang menekankan pada prinsip kerjasama, hubungan antara kewenangan penegak hukum yang lebih sistematik dan upaya untuk menerapkan sistem bantuan timbal balik sebagai upaya pemberantasan kejahatan luar biasa extraordinary crime, sistem bantuan timbal balik yang menekankan pelaksanaannya pada perjanjian dan resiprositas sebagai perwujudan good governance. 23

F. Metode Penelitian