Penolakan Ekstradisi Alberto Fujimori oleh Jepang Ditinjau dari Hukum

B. Penolakan Ekstradisi Alberto Fujimori oleh Jepang Ditinjau dari Hukum

Internasional Pada saat mengumumkan pengunduran dirinya dari jabatannya sebagai presiden Peru, Alberto Fujimori memilih kota Tokyo, Jepang sebagai tempat untuk mendeklarasikannya. Alberto Fujimori memilih mengundurkan diri usai menghadiri pertemuan APEC di Brunei Darussalam. Tentu bukan tanpa alasan Alberto Fujimori memilih Jepang sebagai tempat untuk mendeklarasikan pengunduran dirinya. Jepang merupakan negeri mempunyai ikatan personal dengan Alberto Fujimori, dia merupakan anak dari keluarga imigran Jepang di Peru. Oleh karena statusnya sebagai putra dari seorang imigran Jepang, Alberto Fujimori berhak meminta dan akhirnya memiliki kewarganegaraan Jepang pada bulan Desember 2000. Alberto Fujimori menetap selama 5 lima tahun di Jepang dengan perlindungan hukum sebelum ditangkap di Chile dalam perjalanannya menuju Peru demi upaya untuk kembali merebut kekuasaan di Peru. Selama Alberto Fujimori menetap di Jepang, Peru berulang kali mengajukan permohonan ekstradisi terhadap dirinya kepada pemerintahan Jepang. Pada Juli 2001, Duta Besar Peru untuk Jepang, Luis Macchiavello menyatakan pada media telah meminta Jepang untuk mengekstradisi Alberto Fujimori. 54 54 “Peru menuntut Jepang Mengekstradisi Fujimori”, sebagaimana dimuat dalam Kemudian, pada Juni 2002, Menteri Luar Negeri Peru Diego Garcia Sayan, kembali menyatakan kepada media telah meminta Jepang untuk memenuhi permintaan ekstradisi Alberto Fujimori sehingga Fujimori dapat http:m.liputan 6.comnewsread16866peru-menuntut-jepang-mengekstradisi-fujimori, diakses pada 29 Juni 2014 Universitas Sumatera Utara diadili oleh pengadilan Peru atas tuduhan pelanggaran hak asasi manusia. 55 Selain itu, Interpol juga telah mengeluarkan surat perintah bagi penangkapan Alberto Fujimori atas tuduhan pembunuhan dan penculikan pada Maret 2003. 56 Namun pemerintah Jepang menyatakan tidak dapat memenuhi permintaan ekstradisi tersebut dikarenakan Alberto Fujimori merupakan warga negara Jepang. Selain itu Jepang juga beralasan bahwa tidak adanya perjanjian ekstradisi antara Jepang dan Peru menjadi kendala utama tidak dapat dipenuhinya permintaan ekstradisi Alberto Fujimori tersebut. 57 Dalam Hukum Internasional sendiri dikenal beberapa macam alasan yang bersifat mutlak untuk menolak pengekstradisian antara lain: 58 1. Jika kejahatan yang dijadikan sebagai alasan untuk mengajukan permintaan untuk pengekstradisian menurut negara-diminta adalah kejahatan politik atau kejahatan yang mengandung sifat politik. 2. Jika negara-diminta memiliki alasan yang sangat kuat untuk meyakini bahwa permintaan untuk pengekstradisian itu dimaksudkan untuk menuntut atau menghukum orang yang bersangkutan berdasarkan alasan ras, agama, kebangsaan, asal-usul etnis, pandangan politik, seks ataupun statusnya, atau bahwa berdasarkan kedudukan atau posisi dari orang yang bersangkutan, 55 “Peru minta Ekstradisi Fujimori dari Jepang”, sebagaimana dimuat dalam http:www.radioaustr alia.net.auindonesian2002-06-14peru-minta-ekstradisi-fujimori-dari-jepang821868, diakses pada 29 Juni 2014 56 “Interpol keluarkan Surat Penangkapan Fujimori”, sebagaimana dimuat dalam http:www.suara merdeka.comharian030310int4.htm, diakses pada 29 Juni 2014 57 “Jepang akan pertahankan Fujimori”, sebagaimana dimuat dalam http:arsip.gatra.comartikel.p hp?id=10088, diakses pada 29 Juni 2014 58 I Wayan Parthiana 2, Op.Cit., Hal. 470-477. Universitas Sumatera Utara dapat diduga bahwa dia akan dituntut ataupun dihukum berdasarkan alasan- alasan tersebut. 3. Jika kejahatan yang dijadikan sebagai alasan untuk meminta pengekstradisian atas orang yang diminta adalah kejahatan militer yang bukan merupakan kejahatan menurut huku m pidana umum. 4. Apabila sudah ada putusan akhir atau putusan yang telah memiliki kekuatan mengikat yang tetappasti di negara-diminta berkenaan dengan kejahatan yang dijadikan sebagai alasan untuk meminta pengekstradisiannya. 5. Apabila orang yang diminta untuk diekstradisikan itu, berdasarkan hukum dari salah satu pihak, sebelumnya telah dinyatakan kebal immune dari tuntutan ataupun penghukuman berdasarkan atas suatu alasan tertentu termasuk daluarsa ataupun amnesti. 6. Jika orang yang diminta pengekstradisiannya telah ditempatkan atau akan ditempatkan di bawah perbuatan atau ancaman perbuatan yang berupa penyiksaan atau kekejaman, perlakuan, atau penghukuman yang tidak manusiawi, atau jika orang yang bersangkutan tidak akan menerima jaminan minimum dalam proses acara pidana. 7. Jika putusan pengadilan dari negara-peminta merupakan putusan yang dijatuhkan dalam suatu proses peradilan in absentia, sehingga orang yang didakwa tidak memperoleh kesempatan yang memadai untuk mengetahui putusan tersebut, ataupun dia tidak dapat memperoleh kesempatan yang memadai untuk membela dirinya atau tidak memiliki atau tidak akan Universitas Sumatera Utara memiliki hak untuk mendapatkan proses peradilan ulang dengan kehadirannya sendiri di depan badan peradilan negara itu. Selain itu terdapat juga alasan-alasan yang bersifat fakultatif untuk menolak pengekstradisian, antara lain: 59 1. Jika orang yang diminta adalah warga negara dari negara-diminta. Jika pengekstradisian ditolak berdasarkan alasan ini, jika negara-pemintaa memintanya, negara-diminta harus menyerahkan kasus ini kepada otoritasnya yang berwenang supaya mengambil langkah-langkah yang pantas terhadap orang yang bersangkutan berkenaan dengan kejahatannya tersebut. 2. Jika penguasa yang berwenang dari negara-diminta memutuskan apakah akan memulai melakukan pemeriksaan ataupun akan mengakhiri proses pemeriksaan terhadap orang yang diminta atas kejahatan yang dijadikan sebagai alasan untuk meminta pengekstradisiannya. 3. Jika proses penuntutan terhadap orang yang diminta berkenaan dengan kejahatan yang dijadikan sebagai alasan untuk meminta pengekstradisiannya ditunda pelaksanaannya oleh negara-diminta. 4. Jika kejahatan yang dijadikan sebagai suatu alasan untuk meminta pengekstradisiannya diancam dengan hukuman mati berdasarkan hukum negara-peminta tetapi tidak diancam dengan hukuman mati menurut hukuman negara-diminta, kecuali jika negara-peminta memberi jaminan yang cukup 59 Ibid, Hal. 480-487. Universitas Sumatera Utara meyakinkan bahwa hukuman mati tidak akan dituduhkan ataupu dijatuhkan ataupun jika dijatuhkan tetapi tidak dilaksanakan. 5. Jika kejahatan yang dijadikan sebagai dasar atau alasan untuk meminta pengekstradisiannya dilakukan di luar wilayah dari salah satu atau kedua pihak dan hukum nasional negara-diminta tidak menentukan kejahatan yang dilakukan di luar wilayahnya itu sebagai kejahatan yang tunduk kepada yurisdiksi kriminalnya. 6. Jika kejahatan yang dijadikan sebagai dasar atau alasan untuk meminta pengekstradisiannya berdasarkan hukum nasional negara-diminta, dilakukan baik seluruhnya atau sebagian di dalam wilayah negara-diminta itu sendiri. Jika pengekstradisian ditolak berdasarkan alasan ini, negara-diminta, atas permintaan dari negara-peminta, harus menyerahkan kasus ini kehadapan otoritasnya yang berwenang supaya mengambil langkah-langkah yang pantas terhadap orang yang bersangkutan berkenaan dengan kejahatan yang dijadikan alasan untuk meminta pengekstradisiannya. 7. Jika orang yang diminta sudah dijatuhi hukuman telah dihukum oleh negara- peminta atas kejahatan yang dijadikan sebagai alasan untuk meminta pengekstradisiannya atau akan diadilidihukum dinegara-peminta, oleh suatu badan peradilan khusus ad hoc atau badan peradilan luar biasa extra- ordinary court dari negara-peminta yang bersangkutan. 8. Jika negara-diminta berpendapat, bahwa setelah mempertimbangkan dengan seksama sifat dari kejahatan serta kepentingan dari negara-peminta, Universitas Sumatera Utara pengekstradisian orang yang diminta tidak sesuai dengan pertimbangan kemanusiaan, seperti berdasarkan atas pertimbangan umur orang yang bersangkutan, kesehatannya, ataupun pertimbangan atas keadaan pribadi lainnya dari orang yang diminta tersebut. Status Alberto Fujimori sebagai orang yang memiliki kewarganegaraan ganda dwikewarganegaraan yakni kewarganegaraan Peru dan Jepang, merupakan alasan utama dirinya memilih Jepang sebagai tempat untuk mengumumkan pengunduran dirinya dan serta tempat untuk mengasingkan diri. Alasan tersebut jugalah yang menjadi alasan utama bagi Jepang untuk menolak permintaan ekstradisi terhadap Alberto Fujimori yang diajukan oleh Peru. Jika ditinjau dari hukum internasional, khususnya mengenai ekstradisi, permasalahan kewarganegaraan memiliki arti yang penting dikarenakan kewarganegaraan si pelaku kejahatan atau orang yang diminta erat hubungannya dengan negara dimana si pelaku kejahatan atau orang yang diminta tersebut adalah sebagai warga negaranya. 60 Masalah dwikewarganegaraan dalam ekstradisi bisa terjadi oleh karena perbedaan asas yang dianut dalam undang-undang kewarganegaraan negara-negara di dunia, khususnya antara negara-diminta dan negara-peminta. Hal ini sesuai dengan poin pertama alasan-alasan yang bersifat fakultatif untuk menolak pengekstradisian yang telah disebutkan sebelumnya. 61 60 I Wayan Parthiana 1, Op. Cit., Hal. 102. 61 Ibid., Hal. 115. Berkaitan dengan kasus Alberto Fujimori, apabila si pelaku kejahatan sebagai orang yang diminta Universitas Sumatera Utara dalam hal ini adalah Alberto Fujimori, memiliki kewarganegaraan rangkap dwikewarganegaraan yakni warga negara-diminta juga warga negara-peminta yang menyebabkan kedua pihak mungkin akan mempertahankan haknya masing-masing. Negara-peminta akan berusaha meminta penyerahan si pelaku kejahatan itu karena dia menganggap sebagai warga negaranya sendiri. Sedangkan, negara-diminta akan menolak untuk menyerahkan dengan alasan bahwa orang yang diminta adalah warga negaranya sendiri. Terlebih jika perjanjian ekstradisi antara kedua negara tersebut melarang secara mutlak penyerahan warga negara, sehingga akan menjadi penghalang bagi negara-diminta untuk menyerahkan orang yang bersangkutan. 62 62 Ibid, Hal. 116. Namun dalam ekstradisi, bagi negara-peminta tentu saja tidak relevan tentang kewarganegaraan dari orang yang diminta. Orang yang diminta baik orang tersebut warga negaranya maupun bukan warga negaranya atau bahkan berdwikewarganegaraan, tidak ada relevansinya dengan permintaan untuk pengekstradisian orang yang bersangkutan. Bagi negara-peminta, yang penting adalah orang yang diminta dapat diproses berdasarkan hukum pidana nasionalnya. Sedangkan bagi negara-diminta, masalah dwikewarganegaraan ini menjadi relevan sebagaimana dengan orang yang diminta yang hanya memiliki kewarganegaraan tunggal yakni kewarganegaraan dari negara-diminta itu sendiri. Permasalahan mengenai dwikewarganegaraan orang yang diminta tersebut akan memperkuat ataupun memperlemah alasan bagi negara-diminta dalam mengambil keputusan atas orang yang tersebut, dimana hal tersebut sepenuhnya bergantung kepada negara yang Universitas Sumatera Utara diminta. 63 Oleh karena itu, keputusan Jepang untuk menolak permintaan ekstradisi terhadap Alberto Fujimori cukup beralasan karena bagi Jepang, Alberto Fujimori hanya dianggap memiliki kewarganegaraan Jepang. Hal ini tentu juga sejalan dengan pelaksanaan asas tidak menyerahkan warga negara non-extradition of nationals dimana negara-diminta berhak tidak menyerahkan warga negaranya sendiri yang melakukan kejahatan didalam wilayah negara lain sebagaimana telah dijelaskan di Bab II. Sebagai dasar pertimbangan untuk tidak menyerahkan warga negara, disebabkan oleh karena antara negara dan warga negaranya terdapat hubungan erat, dimana negara dipandang sebagai tempat berlindung bagi warga negaranya dan negara berkewajiban untuk melindungi setiap warga negaranya. Penyerahan warga negara sendiri kepada negara lain tentu dipandang sebagai tindakan yang tidak memberikan perlindungan. 64 Namun, dalam perjanjian-perjanjian ekstradisi, terdapat ketentuan yang merupakan kelanjutan dari keputusan negara-diminta untuk tidak mengekstradisikan orang yang diminta yang merupakan warga negaranya sendiri. Ketentuan tersebut mewajibkan negara-diminta untuk mengadili sendiri orang yang diminta berdasarkan hukum pidana nasionalnya. 65 63 I Wayan Parthiana 2, Op. Cit., Hal. 414. 64 I Wayan Parthiana 1, Op. Cit., Hal. 103. 65 I Wayan Parthiana 2, Op. Cit., Hal. 402. Berdasarkan ketentuan tersebut, dalam kasus Alberto Fujimori, Jepang tentu diwajibkan untuk mengadili Fujimori menurut hukum pidana nasional mereka setelah memutuskan menolak permintaan ekstradisi Fujimori. Sayangnya, hal tersebut tidak dapat dilakukan karena Jepang tidak memiliki Universitas Sumatera Utara yurisdiksi kriminal atas kejahatan yang dilakukan Alberto Fujimori yakni kejahatan penculikan dan pembunuhan. Apabila negara-diminta dalam hal ini Jepang, tidak memiliki yurisdiksi kriminal sehingga praktis tidak bisa memberlakukan hukuman pidana nasionalnya atas kasus tersebut. Hal ini tentu menyebabkan orang yang diminta, dalam hal ini Alberto Fujimori dapat menikmati impunitas atas kejahatannya tersebut di negara yang diminta yang merupakan negaranya sendiri. Tentu hal tersebut menimbulkan ketidakadilan, namun hal ini pun sudah diberikan landasan hukum di dalam perjanjian-perjanjian ekstradisi, sebagai kelanjutan dari penolakan untuk mengekstradisikan warganegaranya. Landasan hukumnya adalah, tanpa mengabaikan ketentuan tentang penolakan untuk pengekstradisian, negara-diminta tidak diwajibkan untuk menyerahkan kasus tersebut kepada otoritasnya yang berwenang untuk dilakukan penuntutan apabila negara-diminta tidak memiliki yurisdiksi atas kejahatan tersebut. 66

C. Penyelesaian Kasus Ekstradisi Alberto Fujimori Ditinjau dari Hukum