yurisdiksi kriminal atas kejahatan yang dilakukan Alberto Fujimori yakni kejahatan penculikan dan pembunuhan. Apabila negara-diminta dalam hal ini Jepang, tidak
memiliki yurisdiksi kriminal sehingga praktis tidak bisa memberlakukan hukuman pidana nasionalnya atas kasus tersebut. Hal ini tentu menyebabkan orang yang
diminta, dalam hal ini Alberto Fujimori dapat menikmati impunitas atas kejahatannya tersebut di negara yang diminta yang merupakan negaranya sendiri. Tentu hal
tersebut menimbulkan ketidakadilan, namun hal ini pun sudah diberikan landasan hukum di dalam perjanjian-perjanjian ekstradisi, sebagai kelanjutan dari penolakan
untuk mengekstradisikan warganegaranya. Landasan hukumnya adalah, tanpa mengabaikan ketentuan tentang penolakan untuk pengekstradisian, negara-diminta
tidak diwajibkan untuk menyerahkan kasus tersebut kepada otoritasnya yang berwenang untuk dilakukan penuntutan apabila negara-diminta tidak memiliki
yurisdiksi atas kejahatan tersebut.
66
C. Penyelesaian Kasus Ekstradisi Alberto Fujimori Ditinjau dari Hukum
Internasional
Setelah mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Presiden Peru di Jepang, Alberto Fujimori kemudian menetap di Jepang selama lima tahun serta berhasil
mendapatkan kewarganegaraan Jepang oleh karena statusnya sebagai putra dari seorang imigran Jepang pada bulan Desember 2000. Namun pada November 2005,
Alberto Fujimori ditangkap tanpa perlawanan di Chile, dalam upayanya untuk
66
Ibid, Hal. 404.
Universitas Sumatera Utara
kembali ke Peru melalui Chile dalam rangka untuk melakukan kampanye dalam upayanya mengikuti pemilihan presiden di Peru pada tahun 2006. Alberto Fujimori
ditangkap oleh pihak kepolisian Chile setelah menerima permintaan untuk penahanan dalam rangka pengajuan permintaan untuk pengekstradisian Alberto Fujimori dari
pemerintah Peru berdasarkan perjanjian ekstradisi antara Peru dan Chile.
67
Permintaan untuk pengekstradisian Alberto Fujimori tersebut disampaikan melalui Duta Besar Peru untuk Chile, Jose Antonio Meier yang menyatakan telah
menyampaikan permintaan untuk ekstradisi tersebut kepada Menteri Luar Negeri Chile, Ignacio Walker di Santiago, Chile. Kemudian, Kementerian luar negeri Peru
menyerahkan dokumen permohonan ekstradisi tersebut kepada seorang hakim Mahkamah Agung Chile, Orlando Alvarez untuk memutuskannya.
Hal ini dikarenakan, berdasarkan undang-undang Chile, pengadilan harus membahas setiap
permintaan ekstradisi dari pemerintah asing. Hal tersebut terserah pada Alvarez untuk menyetujui atau menolak permintaan tersebut.
68
Dokumen permohonan ekstradisi tersebut itu sendiri berisi 12 macam tuduhan terhadap Alberto Fujimori.
69
67
Ibid, Hal. 415.
Keinginan Alberto Fujimori untuk mengikuti pemilihan presiden di Peru pun kandas setelah
permohonannya untuk mengikuti pemilihan tersebut ditolak oleh pengadilan pemilihan umum Peru.
68
“Peru minta Chile untuk ekstradisi Mantan Presiden Fujimori”, sebagaimana dimuat dalam http:www.merdeka.compolitik-internasionalperu-minta-chile-ekstradisi-mantan-presiden-fujimori-
mdamiax.html, diakses pada 3 Juli 2014
69
“Peru meminta Chile untuk mengekstradisi Mantan Presiden Fujimori”, sebagaimana dimuat dalam http:m.voaindonesia.comaa-32-2006-01-04-voa5-850749176694.html, diakses pada 3 Juli
2014
Universitas Sumatera Utara
Pada bulan September 2007, Mahkamah Agung Chile akhirnya menyetujui pengekstradisian Alberto Fujimori. Sehari setelah dikeluarkannya putusan atas
pengekstradisian Alberto Fujimori tersebut, ia langsung dijemput oleh pejabat yang berwenang dari pemerintah Peru kemudian selanjutnya diterbangkan menuju Peru
untuk menghadapi tuduhan korupsi, penculikan dan pembunuhan di hadapan pengadilan Peru.
70
Pada bulan Desember 2007, Alberto Fujimori dijatuhi hukuman 6 enam tahun penjara dan denda atas tuduhan penyalahgunaan kekuasaan akibat perintahnya
untuk penggeledahan ilegal dari rumah istri mantan Kepala Badan Intelijen Peru, Vladimiros Montesinos. Kemudian pada bulan April 2009, Alberto Fujimori
dinyatakan bersalah atas kejahatan terhadap hak asasi manusia yang mencakup tindakannya dalam memerintahkan regu militer untuk melakukan penculikan dan
pembunuhan selama masa kepresidenannya. Dalam putusan tersebut, Alberto Fujimori dijatuhi hukuman 25 tahun penjara. Putusan vonis dari hakim tersebut lebih
rendah dari tuntutan jaksa yaitu, 30 tahun penjara. Anak perempuan dari Alberto Fujimori yakni, Keiko Fujimori
sendiri meragukan ayahnya akan mendapatkan proses peradilan yang adil di Peru. Keiko Fujimori sendiri merupakan anggota parlemen di Peru.
71
70
“Alberto Fujimori”, sebagaimana dimuat dalam
Pada bulan Juli 2009, Alberto Fujimori kembali dinyatakan bersalah oleh Mahkamah Agung Peru, setelah terbukti
menyalurkan jutaan dolar dana milik negara untuk Vladimiros Montesinos saat
http:www.britannica.comEBcheckedtopic22 1549Alberto-Fujimori, diakses pada 3 Juli 2014
71
“Mantan Presiden Peru Divonis 25 Tahun Penjara”, sebagaimana dimuat dalam http:m.news.viva.co.idnewsread47520-mantan_presiden_peru_divonis_25_tahun_penjara, diakses
pada 3 Juli 2014
Universitas Sumatera Utara
menjabat menjadi Kepala Badan Intelijen Peru disaat dirinya masih menjabat sebagai Presiden. Karena perbuatan tersebut, dirinya dijatuhi hukuman penjara selama tujuh
setengah tahun penjara. Pada bulan September 2009, dalam sidang keempatnya setelah diekstradisi dari Chile, Alberto Fujimori kembali dinyatakan bersalah atas
tuduhan penyadapan ilegal dan penyuapan sehingga, dia dijatuhi 6 enam tahun hukuman penjara tambahan hingga saat ini.
72
72
“Alberto Fujimori”, Loc. Cit.
Jika ditinjau dari hukum internasional, ekstradisi Alberto Fujimori oleh Chile kepada Peru sudah memenuhi aspek-aspek hukum internasional tentang ekstradisi.
Dimana, hal yang mendasari terjadinya sebuah ekstradisi adalah adanya kesepakatan mengenai perjanjian ekstradisi antara satu negara dengan negara lainnya. Dalam
kasus ekstradisi Alberto Fujimori ini, hal tersebut telah terpenuhi dengan adanya perjanjian ekstradisi antara negara Peru dan Chile. Penyerahan Alberto Fujimori oleh
Chile kepada Peru hanya dapat terjadi berdasarkan perjanjian ekstradisi antara Peru dan Chile tersebut. Perjanjian ekstradisi pada dasarnya berisi kesepakatan dan tekad
para pihak untuk saling mengekstradisikan setiap orang yang ditemukan di dalam wilayah masing-masing, untuk dituntut atas kejahatan yang dilakukannya ataupun
untuk pelaksanaan hukuman atau sisa hukuman atas kejahatan yang dilakukannya berdasarkan putusan dari badan peradilan yang berwenang yang telah memiliki
kekuatan mengikat yang pasti. Namun patut ditekankan, bahwa semuanya itu dilakukan berdasarkan atas ketentuan-ketentuan dari perjanjian ekstradisi itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Bahwa orang yang dicari atau dibutuhkan oleh negara-peminta, ternyata berada atau diduga berada di dalam wilayah negara-diminta. Dalam kenyataan ada
banyak macam faktor penyebab mengapa orang yang diminta bisa berada di dalam wilayah negara-diminta. Dengan keberadaannya di wilayah negara-diminta, berarti
dia tunduk pada kedaulatan territorial dari negara-diminta. Oleh karena itu, negara- diminta memiliki yurisdiksi untuk menerapkan hukum nasionalnya terhadap orang
yang diminta, misalnya, mengambil tindakan terhadapnya, antara lain, memberikan perlindungan kepadanya ataupun mengekstradisikannya kepada negara-peminta,
bahkan mengusirnya keluar apabila keberadaannya di negara-diminta tidak dikehendaki. Tentang tempat dilakukannya kejahatan, bisa saja dilakukan di wilayah
negara-peminta, atau di wilayah negara-diminta, atau sebagian dilakukan di wilayah negara-peminta dan sebagian lagi di wilayah negara-diminta, ataupun di suatu tempat
di wilayah negara ketiga, atau disuatu tempat diluar wilayah negara manapun. Hal yang penting adalah, negara-peminta memiliki yurisdiksi utuk mengadili jika
statusnya sebagai tersangka atau terdakwa dan atau untuk melaksanakan hukuman atau sisa hukuman jika statusnya sebagai terhukum atas orang yang bersangkutan
yang telah dijatuhkan oleh badan yang berwenang dari negara-peminta. Namun patut diingat, bahwa semuanya itu harus memenuhi ketentuan-
ketentuan ataupun persyaratan-persyaratan yang ditentukan dalam perjanjian ekstradisi antara para pihak yang bersangkutan. Jika salah satu ketentuan atau
persyaratan saja yang tidak terpenuhi meskipun yang lain terpenuhi, maka pengekstradisian atas orang yang diminta itu tidak akan bisa dilakukan. Hal ini perlu
Universitas Sumatera Utara
ditekankan sebab masalah ekstradisi ini berkenaan dengan nasib seseorang yang tetaap harus dijamin hak-hak asasinya dengan memberikan jaminan kepastian hukum
baginya.
73
73
I Wayan Parthiana 2, Op.Cit., Hal. 167.
Universitas Sumatera Utara
83
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan