pihak, senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju haruslah secara ikhlas menerimanya. Mengenai berapa lama jangka waktu tersebut, hal ini berbeda-beda
atau tidak selalu sama pengaturannya di dalam sistem hukum nasional negara-negara di dunia ini.
33
C. Pengaturan Hukum Internasional tentang Ekstradisi
Hingga saat ini, hukum Internasional belum memiliki suatu peraturan yang mengatur tentang ekstradisi secara khusus. Pada umumnya, ekstradisi dalam dunia
internasional diatur dalam perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh negara-negara baik dalam bentuk bilateral maupun multilateral. Namun, Perserikatan Bangsa-Bangsa
telah mengeluarkan resolusi yang mengatur tentang model perjanjian ekstradisi yang dinamakan The United Nations Model Treaty on Extradition. Model perjanjian yang
dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa ini hanya memuat framework yang tidak bersifat mengikat dan dapat diikuti oleh negara-negara dalam membentuk
perjanjian ekstradisinya.
34
The United Nations Model Treaty on Extradition dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB pada tanggal 14 Desember 1990 berdasarkan
Resolusi Majelis Umum PBB no.45117. Meskipun hanya bersifat model hukum namun The United Nations Model Treaty on Extradition dapat dijadikan pedoman
bagi negara-negara dalam membuat perjanjian ekstradisi. Pada prinsipnya, komposisi
33
Ibid, Hal. 147.
34
Fika Habbina, Op. Cit., Hal. 79.
Universitas Sumatera Utara
Model Treaty on Extradition ini tidak jauh berbeda dengan perjanjian-perjanjian ekstradisi pada umumnya dimana terdapat ketentuan-ketentuan yang sudah berlaku
secara umum didalamnya seperti, Ketentuan mengenai kewajiban untuk mengekstradisikan.
35
a. Pasal 1 tentang kewajiban untuk melakukan ekstradisi Obligation to Extradite
Komposisi aturan dalam perjanjian ekstradisi berdasarkan Model Treaty on Extradition tahun 1990, antara lain :
b. Pasal 2 tentang kejahatan-kejahatan yang dapat dijadikan sebagai alasan untuk pengekstradisian Extradite Offences
c. Pasal 3 tentang alasan-alasan yang bersifat wajib untuk menolak ekstradisi Mandatory Grounds for Refusal
d. Pasal 4 tentang alasan-alasan pilihan untuk menolak pengekstradisian Optional Grounds for Refusal
e. Pasal 5 tentang saluran untuk berkomunikasi dan memperoleh dokumen Channels of communication and required documents
f. Pasal 6 tentang prosedur ekstradisi yang disederhanakan Simplified Extradition Procedure
g. Pasal 7 tentang pengesahan dan pembentukan akta otentik Certification and Authentication
h. Pasal 8 tentang informasi tambahan Additional Information
35
Ibid, Hal. 80.
Universitas Sumatera Utara
i. Pasal 9 tentang penahanan sementara Provisional Arrest j. Pasal 10 tentang keputusan terhadap negara-peminta Decision on the
Request k. Pasal 11 tentang penyerahan orang yang diminta Surrender of the Person
l. Pasal 12 tentang penundaan untuk melakukan penyerahan bersyarat Postponed or Conditional Surrender
m. Pasal 13 tentang penyerahan barang-barang Surrender of Property n. Pasal 14 tentang aturan khusus Rule of Speciality
o. Pasal 15 tentang transit p. Pasal 16 tentang permintaan lebih dari satu negara-peminta Concurrent
Requests q. Pasal 17 tentang biaya-biaya Costs
r. Pasal 18 tentang ketentuan akhir Final Provisions Model Treaty ini dapat dipandang sebagai soft law apabila ditinjau dari segi
kandungan kaidah hukumnya. Namun Model Treaty ini memiliki konsekuensi dimana menyebabkan model ini dapat diadopsi baik seluruh, sebagian, atau bahkan ditolak
oleh negara-negara. Sebenarnya sebagian besar substansi dari Model Treaty ini telah merupakan sumber hukum yakni, hukum kebiasaan internasional, terutama yang
kandungan substansinya itu sudah diakui sebagai asas ekstradisi maupun yang belum
Universitas Sumatera Utara
diakui sebagai asas ekstradisi namun sudah umum dijumpai pada perjanjian ekstradisi di negara-negara.
36
Pada saat ini, Model Treaty ini telah banyak diterapkan dalam perjanjian- perjanjian ekstradisi negara-negara baik secara bilateral antara dua negara ataupun
multilateral regional lebih dari dua negara dalam suatu kawasan tertentu. Pada perjanjian ekstradisi bilateral, aturan-aturan dalam perjanjian tersebut hanya berlaku
kepada negara-negara yang mengikat pada perjanjian tersebut dan berdasarkan atas asas dan kesepakatan tertentu antara kedua negara tersebut. Beberapa perjanjian
ekstradisi bilateral antara lain
37
a. Perjanjian Ekstradisi antara Indonesia dan Malaysia 7 Juni 1974 Treaty between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of
Malaysia Relating to Extradition :
b. Perjanjian Ekstradisi antara Indonesia dan Filipina 10 Februari 1976 Extradition Treaty between the Republic of Indonesia and the Republic of
Philippines c. Perjanjian Ekstradisi antara Indonesia dan Thailand 29 Juni 1978 Treaty
between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Kingdom of Thailand
d. Perjanjian Ekstradisi antara Indonesia dan Australia 22 April 1992 Extradition Treaty between Australia and the Republic of Indonesia
36
Ibid, Hal 82
37
I Wayan Pharthiana2, Op. Cit., Hal 77-78
Universitas Sumatera Utara
e. Perjanjian Ekstradisi antara Indonesia dan Korea Selatan 28 November 2000 f. Perjanjian Ekstradisi antara Polandia dan Chekoslowakia 1961
g. Perjanjian Ekstradisi antara Austria dan Israel 1961 h. Perjanjian Ekstradisi antara Amerika Serikat dan Jepang, 3 Maret 1978
Treaty on Extradition between the United States of America and Japan, March 3,1978
i. Perjanjian Ekstradisi antara Amerika Serikat dan Meksiko, 4 Mei 1978 Treaty on Extradition between the United States of America and the United
Mexican States, May 4, 1978 j. Perjanjian Ekstradisi antara Republik Demokrasi Rakyat Laos dan Thailand, 5
Maret 1999 Treaty on Extradition between the Lao People’s Democratic Republic and the Kingdom of Thailand, March 5,1999
k. Perjanjian Ekstradisi antara Republik Demokrasi Rakyat Laos dan Kamboja, 21 Oktober 1999 Treaty between the Lao People’s Democratic Republic and
the Kingdom of Cambodia on Extradition, October 21, 1999 l. Perjanjian Ekstradisi antara Republik Demokrasi Rakyat Laos dan Republik
Rakyat Cina, 4 Februari 2002 Treaty between the Lao People’s Democratic Republic and the People’s Republic of China, February 4, 2002
Sedangkan pada perjanjian ekstradisi multilateral, aturan-aturan dalam perjanjian tersebut merupakan hasil kesepakatan dari negara-negara yang
mengadakan perjanjian melalui suatu pertemuan konferensi ataupun melalui suatu badan organisasi tertentu dan berlaku bagi negara-negara yang tergabung dalam
Universitas Sumatera Utara
organisasi tersebut. Perjanjian ekstradisi multilateral ini umumnya berlaku pada negara-negara yang secara geografis berada pada suatu kawasan tertentu. Beberapa
perjanjian ekstradisi multilateral, antara lain
38
a. Konvensi Ekstradisi Liga Arab The Arab League Extradition Treaty 14 September 1952;
:
b. Konvensi Ekstradisi Eropa European Convention on Extradition 13 September 1957;
c. Konvensi Ekstradisi Antar Negara-Negara Amerika Intern-American Convention on Extradition 25 Februari 1981;
d. Konvensi tentang Prosedur Ekstradisi yang Disederhanakan Convention on Simplified Extradition Procedure between the Member States of the European
Union, 1995; e. Konvensi tentang Ekstradisi antara Negara – Negara Anggota Uni Eropa 1996
Convention Relating to Extradition between the Member of States of European Union, 1996.
38
Ibid, Hal. 78.
Universitas Sumatera Utara
40
BAB III PROSES PELAKSANAAN EKSTRADISI MENURUT HUKUM
INTERNASIONAL
A. Jenis-Jenis Kejahatan yang dapat Diekstradisi