Iklan Jusuf Kalla dan Wiranto Iklan Positif Testimonial Kepositifan

commit to user 117 berwibawa dan memiliki displin tinggi. Sedangkan figur guru yang merupakan pendidik anak bangsa mengesankan Boediono dapat mengayomi rakyat dengan baik. “Ya kalau SBY kan dari tentara, ya otomatis orangnya tegas, berwibawa trus displin. Trus kalau boediono lebih mengayomi, bersifat mendidik jadinya sebagai guru kan lebih mengayomi rakyatnya.”

3. Iklan Jusuf Kalla dan Wiranto Iklan Positif Testimonial Kepositifan

Kandidat Iklan politik televisi, menggabungkan antara audio dan visual menjadi kesatuan yang saling mendukung. Audiovisual iklan JK-Wiranto dalam menyampaikan pesan cenderung dinilai partisipan mudah menarik perhatian dan dan tidak kaku seperti biasanya sebuah iklan politik. Hampir seluruh partisipan sependapat iklan ini menarik dan hanya satu partisipan yang menyatakan tidak menarik. Namun sayangnya tidak semua partisipan dapat menangkap pesan yang terselip dalam iklan. Mereka tertarik dikarenakan lebih karena visualisasinya yang lucu. Tercatat tujuh partisipan menganggap singkatan-singkatan JK dianggap masih kurang penjelasannya sehingga kurang tersampaikan apa maksud dan tujuan dari singkatan-singkatan tersebut. Durasi iklan JK-Wiranto versi kepositifan JK hanya 30 detik, pesan pencitraan kandidat disampaikan lebih banyak melalui simbol-simbol dan permainan kata singkatan-singkatan JK. Simbolisasi-simbolisasi tadi umumnya menggunakan berbagai metafora, dan diartikulasikan melalui berbagai tanda di dalam iklan politik mereka. commit to user 118 Kesatuan pesan verbal dan nonverbal pada iklan JK-Wiranto diungkapkan oleh Listiyo dikemas secara kreatif. Visualisasi kepanjangan dari singkatan-singkatan huruf J dan K yang diucapkan oleh beberapa orang dalam iklan menyiratkan visi dan misi JK-Wiranto. Dengan tidak menyampaikan data-data dan menggunakan perspektif testimonial orang awam mengenai JK, Listiyo memandang iklan JK-Wiranto lebih aman diterima masyarakat karena tidak secara gamblang mengumbar janji. “Di situ secara visual.. tidak dengan gamblang dia mengumbar janji, tidak secara blak-blakan dia menunjukkan kelebihan. itu secara visual menurut saya. Kalau dari sisi pesan dan informasi, kurang lebih sama dengan pasangan lain standar, menarik. Kebetulan sejak pertama saya sudah tertarik dengan cara Jusuf Kalla untuk menyampaikan visi dan misinya. Secara keterbukaan dia lebih unggul diantara pasangan lain, dalam hal ini informasi- informasi yang diberikan cukup jelas walaupun yah.. masih simpang siur mungkin kalau berdasarkan iklan ini. Tapi ya.. cukup kreatif ide dari Pak JK untuk menyampaikan visi dan misinya untuk berkampanye. Informasi itu cukup.” Tapi berbeda dengan Listiyo, persepsi mengenai iklan JK-Wiranto oleh partisipan lain lebih banyak dianggap tidak jelas apa yang ingin disampaikan. Pesan-pesan yang tersirat di dalam singkata J dan K tidak dapat diserap oleh partisipan lain dengan mudah. Kecenderungan yang ada adalah partisipan melihat visualisasi iklan politik yang menarik disertai jingle atau musik yang lucu, namun hanya sebatas enak ditonton. Informasi tentang visi dan misi kandidat kembali dipertanyakan seperti halnya pada iklan politik SBY- Boediono. Dengan lugas Diptanta berpendapat. “Visualisasinya menarik tapi isinya ga ada. Ya kan masa rakyat suruh percaya sama singkatan-singkatan. La enggak ada buktinya itu.” commit to user 119 Senada dengan Diptanta, Farah dari kalangan mahasiswa, menilai iklan politik JK-Wiranto hanya sekedar menarik untuk dilihat, dengan adanya ilustrasi singkatan-singkatan JK. Tapi ia tidak bisa menangkap isi dan maksud dari iklan tersebut. Ia juga mempertanyakan mengapa tidak ada informasi mengenai Wiranto sebagai pasangan cawapres JK. Begitu juga dengan Alfiana, lebih jelas ia mengatakan: “Secara visualisasinya si menarik, beda.. dalam arti dia.. musiknya lucu. Trus ada kayak singkatan-singkatan gitu tapi secara visualisasi aja lucu. Kalau orang lihat “wah apaan tuh?” ga terlalu politik gitu, kalau orang lihat ga muluk-muluk politik gitu lho, bosen. Awal-awal kan ga sadar kalau itu politik. Tapi ga semua isinya bisa dimengerti karena pake singkatan-singkatan itu beberapa kabur gitu kayak istilah “jangan kelamaan”, jangan kelamaan apa? Kalau lihat gambarnya itu kan cuma bengong kelamaan. ” Persepsi serupa juga terjadi dikalangan pekerja, Iin dan Widi melihat iklan ini menarik tetapi durasinya yang hanya sebentar dan kepanjangan- kepanjangan JK tanpa ada penjelasan lebih lanjut dirasa kurang memberikan informasi yang jelas. Sedangkan Miftah kembali menekankan bahwa semua iklan politik sama saja. Iklan politik tidak bisa merepresentasikan bagaimana kandidat itu dengan sejujur-jujurnya. Miftah menyatakan: “Kalau iklan kan tadi saya sudah bilang iklan itu sebener bagaimana ya. Setiap mungkin kan yang bikin iklan ini bukan dari JK-nya sendiri, mungkin orang lain dibawahnya ya. Itu kan yang membuat iklan kan beda- beda, mungkin membuat iklan sini seperti ini, sini seperti ini, jadi sama saja. Sama saja dari iklan-iklan ini bagaimana ya, tidak bisa.. sepenuhnya merepresentasikan mereka. Mungkin itu cuma kiasan saja dari orang yang membuatnya. Seperti ini, seperti ini, JK seperti ini, begitu.” Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya visualisasi iklan JK- Wiranto mampu menarik seluruh partisipan dari berbagai kalangan. Perpaduan antara audio dan visual dikemas secara kreatif sehingga tidak terlihat kaku commit to user 120 seperti halnya iklan politik pada umumnya. Pesan nonverbal yang melambangkan keberagaman target yang dituju oleh iklan ini nampak pada pakaian atau atribut yang dikenakan oleh orang-orang yang diwawancarai pada iklan. Seperti pandangan Annisa, ia melihat orang-orang yang diwawancarai tersebut mewakili kelompok-kelompok tertentu. “Disitu diliatin ada perwakilan dari berbagai kalangan, seperti agama-agama gitu, mahasiswa, anak-anak muda, anak sma gitu, ngasi pendapat tentang kepositifan JK tu gini, kepanjangan JK gini,gini.. misalnya jangan kelamaan, jadi JK akan bertindak cepat dalam menangani suatu masalah.. bagus sih” Efektifitas iklan JK-Wiranto yang jika dari persepsi partisipan hanya mengedepankan visual yang bagus, dari pengamatan penulis cukup mendapat respon yang baik. Meski informasinya dinilai kurang dibanding dengan iklan Mega-Prabowo, ketertarikan terhadap pasangan kandidat yang dihasilkan dari iklan ini masih lebih baik daripada milik Mega-Prabowo.

B. Persepsi Pemilih Pemula Mengenai Pengaruh Iklan Politik