18
maha, sehingga tak dapat dilakukan dengan baik oleh siapa pun tanpa persiapan, sekalipun ia telah berpengalaman bertahun-tahun.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa peran guru Pendidikan Agama Islam sebagai pengajar adalah menyampaikan pengetahuan pada anak
didik dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini diperlukan interaksi dan pemahaman psikologi yang mendalam dari seorang guru
mengenai diri anak didik agar materi yang diberikan dapat dengan mudah dipahami oleh anak didik.
c. Sebagai Evaluator
Sebagai evaluator guru berperan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah
dilakukan.
13
Selain itu juga, guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyentuh
aspek ekstrinsik dan instrinsik. Penilaian terhadap aspek intrinsik lebih menyentuh kepada aspek kepribadian anak didik, yakni aspek nilai
values. Berdasarkan hal ini, guru harus bisa memberikan penilaian dalam dimensi yang luas. Penilaian terhadap kepribadian anak didik
tentu lebih diutamakan daripada penilaian terhadap jawaban anak didik ketika diberikan tes.
14
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan
hubungan, serta variabel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat
dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian, karena penilaian merupakan proses penetapan kualitas hasil
belajar, atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran oleh peserta didik.
13
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran¸ Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2008, cet. Ke-1, h. 290
14
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif,
…………, h. 48
19
Sebagai suatu proses, penilaian dilaksanakan dengan prinsip- prinsip dan dengan teknik yang sesuai, mungkin tes atau non-tes.
Teknik apapun yang dipilih, penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan,
pelaksanaan dan tindak lanjut. Kemampuan yang harus dikuasai guru sebagai evaluator adalah
memahami teknik evaluasi, baik tes maupun non-tes yang meliputi jenis masing-masing teknik, karakteristik, prosedur pengembangan,
serta cara menentukan baik atau tidaknya ditinjau dari berbagai segi, validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran soal.
15
Adapun hasil pengajaran itu dikatakan betul-betul baik, apabila memiliki ciri-ciri:
1 Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh
siswa. Dalam hal ini guru akan senantiasa menjadi pembimbing dan pelatih yang baik bagi para siswa yang akan menghadapi ujian.
Kalau hasil pengajaran itu tidak tahan lama dan lekas menghilang, maka hasil pengajaran itu berarti tidak efektif.
2 Hasil itu merupakan pengetahuan “asli” atau “otentik”.
Pengetahuan hasil proses belajar mengajar itu bagi siswa seolah- olah telah merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap siswa,
sehingga akan dapat mempengaruhi pandangan dan caranya mendekati suatu permasalahan. Sebab pengetahuan itu dihayati dan
penuh makna bagi dirinya.
16
Jadi, dapat disimpulkan bahwa peran guru Pendidikan Agama Islam sebagai evaluator adalah menilai bagaimana hasil belajar siswa
dan pengaplikasian materi yang diajarkan dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan skala sikap yang meliputi aspek kognitif, afektif
dan psikomotorik.
15
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional,
……………, h. 61-62
16
Sardiman A.M, Interaksi Motivasi Belajar Mengajar, ……………, h. 49-50
20
Ketiga rangkaian peran guru Pendidikan Agama Islam diatas adalah peran guru Pendidikan Agama Islam dalam proses belajar mengajar
secara umum yang dilakukan di dalam kelas. Dan dapat diambil kesimpulan bahwa seorang guru Pendidikan Agama Islam dalam proses
belajar mengajar dituntut untuk menyampaikan materipengetahuan kepada anak didik agar terjadi proses pemahaman dan pengamalan dalam
kehidupan sehari-hari serta dapat menilai sejauh mana pemahaman anak didik akan materi yang telah diajarkan.
Sedangkan peran utama dari seorang guru Pendidikan Agama Islam yang tidak kalah pentingnya dari ketiga peran diatas adalah sebagai
pembimbing. Peranan ini harus lebih dipentingkan, karena kehadiran guru di sekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa
susila yang cakap. Tanpa bimbingan, anak didik akan mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya.
17
Sebagai pembimbing, guru lebih suka kalau mendapatkan kesempatan menghadapi sekumpulan murid-murid di dalam interaksi
belajar-mengajar. Ia memberi dorongan dan menyalurkan semangat menggiring mereka, sehingga mereka dapat melepaskan diri dari
ketergantungannya kepada orang lain dengan tenaganya sendiri. Pemberian bimbingan bagi guru agama meliputi bimbingan belajar
dan bimbingan perkembangan sikap keagamaan. Dengan demikian membimbing dan pemberian bimbingan dimaksudkan agar setiap murid
diinsyafkan mengenai kemampuan dan potensi diri murid yang sebenarnya dalam kapasitas belajar dan bersikap. Jangan sampai murid-murid
menganggap rendah atau meremehkan kemampuannya sendiri dalam potensinya untuk belajar dan bersikap sesuai dengan ajaran agama Islam.
18
Dalam referensi lain dikatakan bahwa, peran guru Pendidikan Agama Islam adalah sebagai
ustadz, mu’allim, murabbiy, mursyid, mudarris, dan mu’addib.
17
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif,
………., h. 46
18
Zakiah Daradjat. dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta, Bumi
Aksara, 2008, cet. Ke- 4, h. 266-267
21
a. Sebagai ustadz, seorang guru dituntut untuk komitmen terhadap
profesionalisme dalam mengemban tugasnya. b.
Sebagai mu’allim, seorang guru dituntut untuk mampu menjelaskan hakikat ilmu pengetahuan yang diajarkannya, serta menjelaskan
dimensi teoritis dan praktisnya, dan berusaha membangkitkan peserta didik untuk mengamalkannya.
c. Sebagai murabbiy, seorang guru bertugas untuk mendidik dan
menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi, sekaligus mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka
bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya. d.
Sebagai mursyid, seorang guru harus berusaha untuk menularkan penghayatan
transinternalisasi akhlak danatau kepribadiannya kepada peserta didiknya, baik yang berupa etos ibadahnya, etos
kerjanya, etos belajarnya, maupun dedikasinya yang serba Lillahi
Ta’ala karena mengharapkan ridha Allah semata. e.
Sebagai mudarris, seorang guru harus berusaha untuk mencerdaskan peserta didiknya, menghilangkan ketidaktahuan atau memberantas
kebodohan mereka, serta melatih keterampilan mereka sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.
f. Sebagai mu’addib, seorang guru dituntut untuk membangun peradaban
civilization yang berkualitas di masa depan. Dari hasil tela’ah terhadap istilah-istilah guru dalam literatur
kependidikan Islam ditemukan bahwa guru adalah orang yang memiliki fungsi dan karakteristik serta tugas-tugas sebagai berikut.
Fungsi GuruPendidik Serta Karakteristik Dan Tugasnya Dalam Perspektif Pendidikan Islam
No Fungsi Guru
Pendidik Karakteristik dan Tugas
1. Ustadz Orang yang berkomitmen terhadap profesionalitas, yang
melekat pada dirinya sikap dedikatif, komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja, serta sikap
continous improvement. 2.
Mu’allim Orang yang menguasai ilmu dan mampu mengembangkannya
serta menjelaskan fungsinya dalam kehidupan, menjelaskan
22
dimensi teoritis dan praktisnya, atau sekaligus melakukan transfer ilmupengetahuan, internalisasi, serta amaliah
implementasi.
3. Murabbiy Orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar
mampu berkreasi, sekaligus mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya,
masyarakat dan alam sekitarnya.
4. Mursyid Orang yang mampu menjadi
model atau sentral identifikasi diri, atau menjadi pusat anutan, teladan dan konsultan bagi
peserta didik. 5. Mudarris
Orang yang memiliki kepekaan intelektual dan informasi, serta memperbarui
pengetahuan dan
keahliannya secara
berkelanjutan, dan berusaha mencerdaskan peserta didiknya, memberantas kebodohan mereka, serta melatih keterampilan
mereka sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.
6. Muaddib Orang yang mampu menyiapkan peserta didik untuk
bertanggung jawab dalam membangun peradaban yang berkualitas di masa depan.
Dalam konteks pendidikan islam, karakteristik Ustadz guru yang profesional selalu tercermin dalam segala aktivitasnya sebagai
murabbiy, mu’allim, mursyid, mudarris dan mu’addib. Dengan demikian,
gurupendidik PAI yang profesional adalah orang yang menguasai ilmu pengetahuan agama islam sekaligus mampu melakukan
transfer ilmupengetahuan
agama islam,
internalisasi, serta
amaliah implementasi; mampu menyiapkan peserta didik agar dapat tumbuh dan
berkembang kecerdasannya dan daya kreasinya untuk kemaslahatan diri dan masyarakatnya; mampu menjadi model atau sentral identifikasi diri
dan konsultan bagi peserta didik; memiliki kepekaan informasi, intelektual dan moral-spiritual serta mampu mengembangkan bakat, minat dan
kemampuan peserta didik; dan mampu mneyiapkan peserta didik untuk bertanggung jawab dalam membangun peradaban yang diridhai oleh
Allah.
19
Dengan demikian dapat disimpulan bahwa, tugas guru agama tidak hanya melaksanakan pendidikan agama dengan baik, akan tetapi guru
19
H. Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Rajawali
Pers, 2009, h. 44-51
23
agama juga harus bisa memperbaiki pendidikan agama yang terlanjur salah diterima oleh anak didik, baik dalam keluarga, maupun masyarakat
sekitarnya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Zakiyah Daradjat dalam bukunya
“Ilmu Jiwa Agama”.
4. Tanggung Jawab Guru PAI