commit to user
76
merupakan selisih kentungan PTPN IX Kebun GetasAssinan yang dihitung berdasar harga privat dengan keuntungan yang dihitung berdasar harga
sosialnya sebesar Rp 620.959,86ha luas tanam kopi. PTPN IX Kebun GetasAssinan masih menerima keuntungan yang lebih tinggi meskipun
membayar biaya input yang lebih mahal dibanding harga sosialnya. Nilai Keuntungan Privat Private Profitability bertanda positif yaitu
8.619.271,49 artinya berdasarkan parameter keuntungan privat maka pengusahaan kopi PTPN IX Kebun GetasAssinan layak diusahakan.
Tingginya harga kopi dianalisis secara financial sebab PTP memiliki posisi tawar yang cukup tinggi karena kualitas kopi PTP yang memang layak ekspor
sehingga terus mendapatkan permintaan dari Jepang dan Italia secara kontinyu sesuai dengan kebutuhan mereka. Kopi tersebut memiliki standar yang tinggi
sehingga mampu dijual dengan harga yang lebih tinggi dari harga socialnya. Menurut Malik 2003 dalam Nutrisia 2004 perhitungan keuntungan privat
menunjukkan persaingan sistem hasil yang dikaji pada tingkat tertentu, nilai hasil tertentu dan dimana berlaku seperangkat kebijakan tertentu. Semakin
tinggi nilai keuntungan privat berarti sistem hasil semakin mampu bersaing. Sedangkan nilai Keuntungan Sosial Social Profitabilitybertanda positif artinya
berdasarkan parameter keuntungan sosial maka pengusahaan kopi PTPN IX Kebun GetasAssinan layak diusahakan tanpa ada campur tangan pemerintah
dengan tingkat keuntungan Rp 7.998.311,64ha luas tanam kopi.
D. Keunggulan Kompetitif dan Keunggulan Komparatif
Daya saing adalah kemampuan suatu perodusen untuk memproduksi suatu komoditi dengan mutu yang cukup baik dan biaya produksi yang cukup
rendah sehingga pada harga-harga yang terjadi di pasar internasional dapat diproduksi dan dipasarkan oleh produsen dengan memperoleh laba yang
mencukupi sehingga dapat mempertahankan kelanjutan kegiatan produksinya riptanti, 2004. Daya saing kopi PT Perkebunan Nusantar IX Persero Kebun
commit to user
77
GetasAssinan diukur dengan menggunakan pendekatan keunggulan komparatif dan kompetitif.
Menurut Basri 1992 dalam Nutrisia 2004 teori keunggulan komparatif mengutarakan, sebaiknya suatu negara berspesialisasi dan mengeskpor barang-
barang dimana suatu negara tersebut memiliki keunggulan komparatif. Artinya, dalam kontek biaya, setiap negara akan memperoleh keuntungan jika
mengeskpor barang-barang yang biaya produksinya relatif lebih rendah dibandingkan dengan negara lain. Atau dapat pula diartikan produktivitas relatif
yang dimiliki oleh negara tersebut dalam memproduksi barang-barang yang diekspor adalah yang paling tinggi.
Keunggulan kompetitif merupakan perluasan dari konsep keunggulan komparatif yang diajukan oleh Michael Porter sebagai kesuksesan suatu
perusahaan dalam beroperasi pasar. Keunggulan kompetitif adalah alat untuk mengukur kelayakan suatu aktivitas atau keunggulan privat yang dihitung
berdasar harga pasar dan nilai uang yang berlaku. Keunggulan kompetitif memberikan gambaran keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan
teknologi atau pemberlakuan kebijakan pemerintah. Tabel 11. Private Cost Ratio PCR dan Domestic Resources Cost Ratio
DRCR PTPN IX Kebun GetasAssinan Tahun 2009 Uraian
Nilai Private Cost Ratio
PCR 0,73
Domestic Resources Cost Ratio DRCR
0,72 Sumber: Analisis Data Sekunder
Nilai Private Cost Ratio PCR menunjukkan ukuran efisiensi secara finansial, merupakan rasio antara biaya faktor domestik dengan nilai tambah
output dari biaya input yang diperdagangkan yang dihitung pada harga privat. Efisiensi secara finansial dicapai bila nilai PCR lebih kecil dari satu. PCR
menunjukkan nilai 0,73 yang berarti untuk menghasilkan satu satuan nilai tambah
commit to user
78
output pada harga privat hanya diperlukan 0,73 satuan biaya sumberdaya domestik atau dalam kata lain aktivitas ekonomi mampu membayar faktor domestik atas
dasar harga privat sehingga PTPN IX Kebun GetasAssinan memiliki keunggulan kompetitif dalam mengusahakan kopi kering. Nilai tersebut
menggambarkan proses produksi kopi kering telah berjalan efisien secara finansial. Sebagian besar produksi kopi Kebun GetasAssinan merupakan mutu
1 dan mutu 4 yang merupakan kualitas ekspor sehingga memperoleh penerimaan yang cukup tinggi dari ekspor kopinya ke Jepang dan Italia yang
sudah lebih dari lima belas tahun mengimpor kopi PTPN IX. Meskipun sama- sama kopi robusta, tetapi kopi produksi Kebun GetasAssinan mmemiliki
kekhasan tersendiri. Analisis keunggulan komparatif adalah suatu analisis untuk menilai
aktivitas sosial dilihat dari segi pemanfaatan sumberdaya domestik yang digunakan. Keuntungan sosial merupakan indikator tingkat efisiensi relatif
karena dalam perhitungan output dan input digunakan harga sosial yang mencerminkan nilai oportunitasnya social opportunity cost. Keunggulan
komparatif usahatani suatu komoditi dapat diketahui dengan nilai Domestic Resource Cost Ratio
. Analisis rasio antara biaya sumberdaya dan nilai tambah yang dihitung dengan harga sosial disebut Domestic Resource Cost DRC. Jika
Domestic Resource Cost diolah lebih lanjut disesuaikan dengan harga bayangan
nilai tukar terhadap US , maka diperoleh nilai koefisien Domestic Resource Cost Ratio
Nutrisia, 2004. DRCR pengusahaan kopi kering PTPN IX Kebun GetasAssinan sebesar
0,72 yang berarti untuk menghasilkan satu satuan output kopi pada harga sosial diperlukan korbanan biaya sumberdaya domestik pada harga sosial sebesar 0,72
satuan sehingga dapat diketahui bahwa proses produksi kopi telah berjalan secara efisien secara ekonomi. Nilai tersebut menggambarkan PTPN IX Kebun
GetasAssinan memiliki keunggulan komparatif dalam mengusahakan kopi kering. Nilai DRCR tersebut juga berarti bahwa untuk setiap dollar devisa
commit to user
79
Negara yang dikelurkan untuk mengimpor komoditi kopi jika digunakan untuk memproduksi di dalam negeri hanya dibutuhkan biaya sebesar 0,72 dollar.
Pemerintah dapat menghemat 0,28 dollar dari biaya impor yang harus dikeluarkan. Oleh karena itu, lebih menguntungkan jika kopi diproduksi di
dalam negeri daripada melakukan impor. Iklim yang cocok bagi pengusahaan kopi didukung dengan tingkat kesuburan tanah yang tinggi menyebabkan
produktivitas Kebun GetasAssinan masih lebih tinggi dari produktivitas rata- rata kopi di Indonesia, bahkan dapat melebihi produktivitas kopi rata-rata
Negara Vietnam yang merupakan pesaing terberat dalam ekspor kopi Indonesia. Keunggulan komparatif merupakan ukuran daya saing potensial dalam
artian dicapai apabila perekonomian tidak mengalami distorsi sama sekali yaitu tanpa intervensi pemerintah sedangkan keunggulan kompetitif merupakan
ukuran kegiatan ekonomi pada kondisi aktual atau pada suatu perusahaan. Kedua keunggulan tersebut mencerminkan daya saing yang dimiliki oleh suatu
perusahaan. PTPN IX Kebun GetasAssinan telah memiliki daya saing yang tercermin dalam keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif yang
dimilikinya dalam mengusahakan kopi kering. Perdagangan bebas yang dianut oleh beberapa negara termasuk Indonesia
menuntut setiap negara untuk memiliki daya saing yang tinggi dalam mengusahakan sebuah produk sehingga dapat diperdagangkan di pasar
internasional dengan menjaga kualitas dan kuantitas komoditi ekspor tersebut. Meskipun sudah memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif, tetapi nilai
PCR dan DRCR yang tersebut masih dapat ditingkatkan lagi. Semakin nilainya mendekati nol berarti semakin tinggi keunggulannya sebab efisiensinya juga
semakin tinggi sehingga PTPN IX Kebun GetasAssinan harus dapat terus meningkatkan daya saingnya dalam mengusahakan kopi kering agar tetap dapat
meningkatkan kinerja ekspornya. Namun, yang menjadi permasalahan yang sering dihadapi adalah faktor eksternal diluar kontrol seperti fluktuasi harga di
commit to user
80
pasar dunia, fluktuasi nilai tukar, dan ada tidaknya distorsi baik yang disebabkan oleh pasar maupun oleh kebijakan pemerintah.
E. Dampak Kebijakan Pemerintah