commit to user
40
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Pencatatan Pencatatan adalah menyalin data sekunder yang relevan dengan
penelitian yang diperoleh dari kantor Kebun GetasAssinan, Kantor PT Perkebunan Nusantara IX Persero Jawa Tengah di Semarang dan Badan
Pusat Statistik Jawa Tengah. 2. Observasi pengamatan
Pengambilan data dengan melakukan pengamatan secara langsung di lapangan terhadap obyek yang berkaitan dengan penelitian.
3. Wawancara Pengambilan data secara langsung dengan mewawancarai berbagai
instansi yang menjadi narasumber untuk mendapatkan data yang terkait dengan penelitian.
E. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian kali ini adalah: 1. Menentukan daya saing kopi PT Perkebunan Nusantara IX Persero Jawa
Tengah Kebun GetasAssinan Kabupaten Semarang dengan Policy Analysis Matrix
PAM. Dalam PAM, analisis yang digunakan adalah dengan perhitungan harga privat dan harga sosial. PAM merupakan matriks yang
menggambarkan perbandingan penerimaan, biaya input yang terdiri dari input tradeable
dan non tradeable dan keuntungan yang dihitung berdasar harga privat dan harga sosial sehingga selisihnya merupakan divergensi. Harga
sosial dapat diperoleh dengan menggunakan perhitungan harga bayangan. a. Menentukan Harga Bayangan
Sebelum menganalisis menggunakan PAM, perlu menentukan harga bayangan untuk mengetahui harga sosial yang dibutuhkan dalam analisis
PAM. Harga pasar yang terjadi belum tentu dapat dipakai langsung dalam analisis ekonomi karena harga tersebut seringkali tidak menceriminkan
commit to user
41
biaya imbangan sosialnya opportunity cost. Suatu komoditi akan mempunyai biaya imbangan sosial yang sama dengan harga pasar jika
berada pada pasar persaingan sempurna, yang sulit ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga untuk memperoleh suatu nilai yang
mendekati biaya imbangan sosial atau harga bayangan, perlu dilakukan penyesuaian terlebih dahulu terhadap harga pasar yang berlaku.
1 Nilai Tukar Bayangan Harga bayangan nilai tukar dapat didekati dengan persamaan:
SER = OER SCF SER = shadow exchange rate nilai tukar bayangan
OER = official exchange rate nilai tukar resmi nilai tukar rata-rata per tahun.
SCF = standard convension factor faktor konversi standar Faktor konversi standar dapat diperoleh dengan persamaan:
SCF = M
= nilai impor X
= nilai ekspor Tm
= pajak impor Tx
= pajak ekspor 2 Harga Bayangan Output biji kopi kering gelondongan
Kopi merupakan komoditi eksportable sehingga perhitungannya menggunakan harga di perbatasan yaitu f.o.b free on board:
Harga Bayangan Kopi = f.o.b x SER – biaya tata niaga 3 Harga Bayangan Input
Input non tradeable pupuk kandang dan bibit kopi digunakan harga bayangan sama dengan harga domestik. Sedangkan untuk input
tradeable pupuk urea, obat-obatan, bahan bakar solar, mesin dan alat
commit to user
42
pengolah biji kopi yang merupakan komoditi impor sehingga perhitungannya adalah:
Harga Bayangan Input tradeable = c.i.f x SER + biaya tata niaga 4 Harga Bayangan Sewa Lahan
Harga bayangan sewa lahan didekati dengan harga sewa lahan yang ada di daerah penelitan sebab tidak terdapat subsidi input bagi
lahan dari pemerintah. 5 Harga Bayangan Tenaga kerja
Harga bayangan tenaga kerja terdidik sama dengan harga privatnya.
Harga Bayangan Tenaga Kerja Tak Terdidik = Tingkat upah yang berlaku x tingkat kesempatan kerja
Tingkat kesempatan kerja di daerah penelitian sebesar 61,11 yang diperoleh dari perbandingan tingkat kesempatan kerja yang
didekati dengan jumlah tenaga kerja yang terserap pada lapangan kerja yang ada dengan angkatan kerja di daerah penelitian.
6 Harga Bayangan Operasional Harga bayangan operasional adalah biaya operasional yang terdiri
dari listrik, air, telepon, bahan bakar solar, biaya umum dan PBB. Harga bayangan listrik, air, dan telepon sama dengan harga privatnya.
Harga bayangan solar = c. i. f X SER + biaya tata niaga Harga bayangan biaya umum sama dengan harga privatnya dan
harga bayangan PBB tidak dihitung karena pajak dalam analisis ekonomi tidak dihitung.
7 Harga Bayangan Bunga Modal Harga bayangan bunga modal sama dengan tingkat pengembalian
riil atas proyek-proyek pemerintah. Tingkat pengembalian riil yang merupakan harga bayangan modal dapat ditentukan setelah
commit to user
43
menyesuaikan tingkat bunga riil dengan kebijakan pajak atau subsidi modal yang dilakukan pemerintah.
Ib = Ib = tingkat bunga riil
in = tingkat bunga yang berlaku
f = tingkat inflasi
Tingkat bunga riil perlu disesuaikan dari penyimpangan- penyimpangan untuk memperoleh tingkat pegembalian riil. Salah satu
bentuk penyimpangan yang sederhana adalah pajak atau subsidi. Untuk memperoleh tingkat pengembalian riil dapat dilakukan dengan
pendekatan: R – R t = ib
R = tingkat pengembalian riil
t = persentase pajak atau subsidi
Ib = tingkat bunga riil
Dalam analisis ekonomi, nilai pajak atau subsidi tidak diperhitungkan, maka harga bayangan modal diperoleh dari tingkat
bunga riil R=ib. Sedangkan untuk mengukur biaya modal untuk perhitungan finansial atau privat digunakan suku bunga kredit bank
umum komersial yang berlaku pada tahun penelitian. b. Policy Analysis Matrix PAM
1 Keuntungan Privat D = A – B – C
D = keuntungan privat Rp A = penerimaan dihitung atas dasar harga privat Rp
B = biaya input tradeable dihitung atas dasar harga privat Rp C = biaya input non tradeable dihitung atas dasar harga privat Rp
2 Keuntungan Sosial H = E – F – G
commit to user
44
H = keuntungan sosial Rp E = penerimaan dihitung atas dasar harga sosial Rp
F = biaya input tradeable dihitung atas dasar harga sosial Rp G = biaya input non tradeable dihitung atas dasar harga sosial Rp
3 Nisbah Biaya Privat Private Cost Ratio PCR =
PCR = nisbah biaya privat A
= penerimaan dihitung atas dasar harga privat Rp B
= biaya input tradeable dihitung atas dasar harga privat Rp C
= biaya input non tradeable dihitung atas dasar harga privat Rp
0 PCR 1 menunjukkan bahwa kebun GetasAssinan memiliki keunggulan kompetitif pada pengusahaan kopi. Nilai tersebut
menggambarkan proses produksi telah berjalan efisien. PCR 1 dan PCR 0 menunjukkan bahwa kebun GetasAssinan tidak memiliki
keunggulan kompetitif pada pengusahaan kopi. Nilai tersebut menggambarkan proses produksi tidak efisien.
4 Nisbah Biaya Sumber Daya Domestik Domestic Resource Cost Ratio DRCR
= DRCR = nisbah biaya sumber daya domestik
E = penerimaan dihitung atas dasar harga sosial Rp
F = biaya input tradeable dihitung atas dasar harga sosial Rp
G = biaya input non tradeable dihitung atas dasar harga sosial
Rp 0 DRCR 1 menunjukkan bahwa kebun GetasAssinan
memiliki keunggulan komparatif pada pengusahaan kopi. Nilai tersebut menggambarkan proses produksi kopi telah berjalan secara
efisien secara ekonomi. DRCR 1 dan DRCR 0 menunjukkan
commit to user
45
bahwa kebun GetasAssinan tidak memiliki keunggulan komparatif pada pengusahaan kopi. Nilai tersebut menggambarkan proses
produksi kopi telah berjalan tidak efisien secara ekonomi. 2. Dampak Kebijakan Pemerintah dapat diukur dengan Policy Analysis Matrix
PAM. a. Transfer Output
I = A – E I = Transfer output Rp
A = penerimaan dihitung atas dasar harga privat Rp E = penerimaan dihitung atas dasar harga sosial Rp
I 0 positif menunjukkan bahwa nilai output yang diterima lebih tinggi dari nilai seharusnya sosial. Hal ini menunjukkan adanya insentif
dari pemerintah terhadap harga output. I 0 negative menunjukkan bahwa tidak ada proteksi pemerintah terhadap harga output sehingga
kebun GetasAssinan menerima harga output yang lebih rendah dari seharusnya.
b. Transfer Input J = B – F
J = transfer input Rp B = biaya input tradeable dihitung atas dasar harga privat Rp
F = biaya input tradeable dihitung atas dasar harga sosial Rp J 0 positif menunjukkan bahwa kebun GetasAssinan membayar
input tradeable lebih tinggi dari seharusnya. Hal ini disebabkan adanya pajak yang diberikan pemerintah pada input tradeable yang digunakan. J
0 negatif menunjukkan adanya insentif dari pemerintah terhdap harga input tradeable yang menyebabkan kebun GetasAssinan membayar lebih
rendah dari harga seharusnya.
commit to user
46
c. Transfer Faktor K = C – G
K = transfer faktor Rp C = biaya input non tradeable dihitung atas dasar harga privat Rp
G = biaya input non tradeable dihitung atas dasar harga sosial Rp K 0 positif menunjukkan bahwa biaya input domestik modal
kerja, sewa lahan, upah tenaga kerja yang dikeluarkan lebih besar dari yang seharusnya. K 0 negatif menunjukkan bahwa biaya input
domestik modal kerja, sewa lahan, upah tenaga kerja yang dikeluarkan lebih kecil dari yang seharusnya.
d. Transfer Bersih L = D – H = I – J – K
L = transfer bersih Rp D = keuntungan privatfinansial Rp
H = keuntungan sosial Rp I = Transfer output Rp
J = transfer input Rp K = transfer faktor Rp
L 0 positif menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah memberikan keuntungan kepada kebun GetasAssinan. L 0 negatif
menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah tidak memberikan keuntungan kepada kebun GetasAssinan.
e. Koefisien Proteksi Output Nominal Nominal Protection Coefficient on Output
NPCO =
NPCO = koefisien proteksi output nominal
A = penerimaan dihitung atas dasar harga privat Rp
E = penerimaan dihitung atas dasar harga sosial Rp
commit to user
47
NPCO 1 menunjukkan bahwa ada kebijakan pemerintah yang menyebabkan harga privat lebih besar daripada harga di pasaran dunia
sehingga penerimaan privat kebun GetasAssinan lebih tinggi dari seharusnya jika pasar dalam keadaan persaingan sempurna. NPCO 1
menunjukkan bahwa penerimaan privat kebun GetasAssinan lebih rendah dari seharusnya jika pasar dalam keadaan persaingan sempurna.
f. Koefisien Proteksi Input Nominal Nominal Protection Coefficient on Input
NPCI =
NPCI = koefisien proteksi input nominal
B = biaya input tradeable dihitung atas dasar harga privat Rp
F = biaya input tradeable dihitung atas dasar harga sosial Rp
NPCI 1 menunjukkan bahwa ada kebijakan pemerintah yang menyebabkan kebun GetasAssinan untuk membayar biaya input
tradeable lebih tinggi dari harga pada pasar persaingan sempurna. NPCI
1 menunjukkan bahwa ada kebijakan pemerintah yang menyebabkan kebun GetasAssinan untuk membayar biaya input tradeable lebih rendah
dari harga pada pasar persaingan sempurna. g. Koefisien Proteksi Efektif Effective Protection Coefficient
Koefisien proteksi efektif berfungsi untuk mengetahui apa suatu sektor produksi dilindungi oleh kebijakan pemerintah atau tidak.
EPC =
EPC = koefisien proteksi efektif
A = penerimaan dihitung atas dasar harga privat Rp
B = biaya input tradeable dihitung atas dasar harga privat Rp
E = penerimaan dihitung atas dasar harga sosial Rp
F = biaya input tradeable dihitung atas dasar harga sosial Rp
EPC 1 menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah pada output dan input tradeable secara keseluruhan memberi proteksi keuntungan bagi
commit to user
48
kebun GetasAssinan. EPC 1 menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah pada output dan input tradeable secara keseluruhan tidak memberi
proteksi keuntungan bagi kebun GetasAssinan h. Koefisien Keuntungan Profitability Coefficient
Koefisien keuntungan merupakan pengaruh dari kebijakan pemerintah yang menyebabkan keuntungan privatfinansial Kebun
GetasAssinan berbeda dengan keuntungan sosialnya. PC
= PC = koefisien keuntungan
D = keuntungan privat Rp H = keuntungn sosial Rp
PC 1 menunjukkan bahwa secara keseluruhan kebijakan pemerintah memberi insentif pada kebun GetasAssinan. PC 1
menunjukkan bahwa secara keseluruhan kebijakan pemerintah tidak memberi insentif pada kebun GetasAssinan.
i. Nisbah Subsidi bagi Produsen Subsidy Ratio to Producers Nisbah subsidi bagi produsen merupakan rasio transfer bersih dengan
penerimaan sosial. SRP =
SRP = nisbah subsidi bagi produsen
L = transfer bersih Rp
E = penerimaan dihitung atas dasar harga sosial Rp
Rasio ini menunjukkan proporsi penurunan penerimaan kotor Kebun GetasAssinan dengan tidak adanya kebijakan pemerintah.
commit to user 49
IV. KEADAAN UMUM PERKEBUNAN