commit to user
10
II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Danang Nur Rachman 2006 mengenai Analisis Daya Saing Kopi PT Perkebunan Nusantara IX Persero Persero Kebun Jollong
Kabupaten Pati menunjukkan bahwa kopi yang diusahakan PT Perkebunan Nusantara IX Persero Kebun Jollong Kabupaten Pati memiliki keunggulan
kompetitif dan keunggulan komparatif yang ditunjukkan oleh angka rasio biaya privat dan biaya rasio biaya sumber daya domestik yang kurang dari satu. Tidak
adanya proteksi pemerintah terhadap input asing menyebabkan Kebun Jollong harus membayar input domestik yang lebih mahal. Sebaliknya, pemerintah
melakukan proteksi terhadap output dan komponen biaya asing tradeable sehingga keseluruhan Kebun Jollong memperoleh nilai tambah input asing lebih
tinggi dari seharusnya. Secara umum, kebun Jollong menerima keuntungan akibat kebijakan pemerintah. Danang Nur Rachman 2006 menyarankan untuk
meningkatkan kualitas komoditi kopi agar tidak tertinggal dengan produk sejenis dari luar negeri sehingga harga jual kopi dapat ditingkatkan dan menyusun
anggaran biaya yang cermat mengingat kondisi harga jual kopi dunia tidak stabil sehingga efisiensi yang telah terjadi dapat dipertahankan.
Hasil penelitian Assaad dkk 2009 mengenai Keunggulan Komparatif Komoditi Kakao dan Kopi di Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa usahatani
komoditi kakao dan kopi memiliki keunggulan komparatif. Keadaan tersebut tercermin pada hasil hitung koefisien DRC Domestic Resource Cost yang secara
keseluruhan terjadi lebih kecil dari satu. Komoditi kopi di daerah ini merupakan komoditi ekspor yang berpotensi tinggi. Hal ini tercermin sejak tahun 1989
sampai dengan 1998 koefisien RCA Revealed Comparatif Adventage memiliki pertumbuhan relatif rata-rata lebih besar dari satu.
10
commit to user
11
Kasymir 1994 dalam penelitiannya tentang Keunggulan Komparatif dan Dampak Kebijakan pada komoditi kopi dalam Pengembangan Wilayah
Kabupaten Lampung Barat Propinsi Lampung, menyimpulkan bahwa komoditi kopi tidak memiliki keunggulan kompetitif. Kebijakan pemerintah secara
keseluruhan tidak memberi insentif untuk petani produsen, pedagangeksportir dan konsumen akhir untuk berproduksi dan mengkonsumsi komoditi kopi melalui
kebijakan harga output. Terjadi pengalihan surplus dari petani produsen ke pedagangeksportir akibat posisi tawar yang lemah dalam pasar yang bersifat
oligopilistik.
B. Tinjauan Pustaka