Kerangka Teori Pendekatan Masalah Kerangka Berpikir

commit to user 28 menunjukkan pengaruh dari kebijakan yang menyebabkan keuntungan privat berbeda dengan keuntungan sosial. Nilai Profitability Coefficient 1 mengandung arti bahwa keuntungan yang diterima petani lebih besar dari keuntungan yang akan diterima apabila tidak ada campur tangan pemerintah dan sebaliknya jika nilai Profitability Coefficient 1. Effective Protection Coefficient EPC adalah rasio penerimaan privat dikurangi biaya tradeable privat dengan penerimaan sosial dikurangi biaya tradeable sosial. Nilai Effective Protection Coefficient 1 berarti terdapat insentif kebijakan pemerintah untuk berproduksi, apabila nilai Effective Protection Coefficient 1 kebijakan pemerintah menimbulkan hambatan untuk berproduksi dan kalau EPC=1 kebijakan pemerintah tidak menimbulkan isentif pemerintah. Subsidies Ratio to Producer SRP merupakan persentase rasio antara transfer bersih dengan penerimaan sosial LE. Rasio ini menunjukkan proporsi transfer terhadap nilai output kebijakan pemerintah atau penambahanpengurangan penerimaan karena adanya kebijakan pemerintah Nutrisia, 2004.

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Kerangka Berpikir

Dalam era globalisasi perdagangan dan investasi saat ini, keberadaan komoditi kopi Indonesia di pasar dunia harus bersaing dengan komoditi sejenis asal dengara lain, baik di pasar internasional maupun di pasar domestik. Persaingan tersebut dapat mengancam keberlanjutan pengembangan komoditi kopi di Indonesia yang pada gilrannya akan menghambat laju pertumbuhan produksi dan ekspor, serta mempengaruhi kesejahteraan ekonomi petani kopi di Indonesia. Dalam mengunggulkan suatu komoditi perlu landasan kuat yang menyangkut dua hal. Pertama, bagaimana sistem produksi dilakukan mulai dari hulu hingga hilir efisien dalam alokasi biaya sumberdaya domestik terhadap imbangan sumber daya asing pada tingkat harga relatif dengan memasukkan commit to user 29 unsur biaya sosial sekaligus menggambarkan nilai kelangkaan yang sebenarnya, sehingga dicapai keunggulan komparatif. Kedua, bagaimana perangkat kebijakan produksi dan pasar atas komoditi tersebut dapat menurunkan biaya ekonomi yang paling rendah tercermin dari ssitem produksi dan pasar yang efisien sehingga akan dicapai keunggulan kompetitif Darsono, 1999. Untuk dapat mengetahui apakah suatu komoditi perdagangan memiliki keunggulan kompettitif dan keunggulan komparatif serta mengetahui bagaimana dampak dari suatu pemberlakuan kebijakan pemerintah dapat dilakukan dengan menggunakan model Policy Analysis Matrix PAM Siregar et al., 1999. Didalam melakukan analisis PAM ini terdapat empat langkah yaitu: 1 Melakukan pemilahan input kedalam komponen tradeable dan non tradeable, 2 melakukan penetapan harga privat dan harga sosial dari komponen tradeable dan non tradeable , 3 dengan dasar 1 dan 2 tersebut dibuat analisis ouput dan input berdasarkan harga sosial, dan 4 seperti hal 3 tetapi dilakukan dari matrik PAM. Pemilahan input ke dalam komponen tradeable dan non tradeable dilakukan dengan pendekatan keseluruhan Nutrisia, 2004. Setiap matrik mempunyai empat kolom yaitu kolom pertama adalah penerimaan, kolom kedua adalah kolom biaya input yang dapat diperdagangkan tradeable input, kolom ketiga adalah kolom biaya non tradeable atau faktor domestik domestic factor atau input domestik. Input yang dipergunakan dalam usahatani seperti bibit, pestisida, pupuk, tenaga kerja, peralatan, tanah dan input lainnya, dipisahkan menjadi input yang dapat diperdagangkan tradeable input dan yang tidak dapat diperdagangkan atau non tradeable domestic factor. Kolom keempat adalah keuntungan, keuntungan privat yang terdapat dalam baris pertama dihitung dari penerimaan dan biaya sesungguhnya diterima atau dibayarkan, harga yang terjadi adalah harga sesungguhnya yang telah dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah atau kegagalan pasar. Keuntungan sosial merupakan perhitungan dengan nilai sosialnya Monke and Pearson, 1989. commit to user 30 Dalam PAM, input yang digunakan dalam proses produksi dipisahkan menjadi tradeable goods dan domestic goods. Input kategori pertama adalah input yang dapat diperdagangkan di pasar internasional sementara input kategori kedua adalah input yang tidak dapat diperdagangkan di pasar internasional. Monke and Pearson 1989 mengemukakan bahwa terdapat dua pendekatan untuk memisahkan biaya kedalam komponen asing dan domestik yaitu pendekatan total total approach dan pendekatan langsung direct approach. Pada pendekatan total, biaya suatu input dipecah ke dalam komponen asing dan komponen domestik sedangkan dalam pendekatan langsung, semua biaya input tradeable input atau domestik diperlakukan sebagai komponen biaya asing. Pendekatan total lebih digunakan untuk mengevaluasi dampak kebijakan proteksi pemerintah, sedangkan pendekatan langsung lebih baik digunakan apabila harga- harga input tradeable impor atau domestik dipengaruhi oleh perdagangan internasional. Saat ini kebijakan pemerintah terhadap output dan input tidak lagi menonjol seperti pada masa lalu sebagai persiapan menyambut era perdagangan bebas sehingga analisis dalam penelitian ini menggunakan penelitian langsung. PAM ini dapat memberi informasi tentang profitabilitas, efisiensi finansial keunggulan kompetitif, efisiensi ekonomi keunggulan komparatif suatu komoditi sera dampak kebijakan pemerintah terhadap sistem komoditi tersebut. Daya saing dapat diukur dari segi privat finansial dan dari segi sosial ekonomi. Dari segi privat, PCR menunjukkan keunggulan kompetitif, yaitu kemampuan aktivitas ekonomi membayar faktor domestik pada harga privat. Apabila nilai PCR 1 artinya aktivitas ekonomi tersebut mampu membayar faktor domestik pada harga privat yang berarti komoditi tersebut memiliki keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif dipandang sebagai criteria relative daya saing financial suatu komoditi maka keunggulan komparatif dipandang sebagai suatu ukuran relative daya saing komoditi dalam perdagangan bebas yang bercirikan persaingan sempurna. commit to user 31 Dalam PAM, keunggulan komparatif dinyatakan dalam DRCR. Rasio Biaya Sumberdaya Domestik merupakan rasio antara biaya domestik yang dihitung dengan harga sosial dengan nilai tambah output dari biaya input tradeable, menunjukkan indikator kemampuan aktivitas membiayai biaya faktor domestik pada harga sosial. Dimana semua dinilai dengan harga bayangan shadow price. Bila nilai DRCR1 maka aktivitas ekonomi dikatakan efisien secara ekonomi dalam pemanfaatan sumber daya domestik untuk menghemat satu satuan devisa sehingga aktivitas tersebut memiliki keunggulan komparatif. Tetapi bila nilai DRCR 1 maka pemenuhan kebutuhan domestik akan lebih menguntungkan jika diimpor. Dalam PAM, dampak kebijakan pemerintah dinyatakan dalam bentuk selisih atau rasio antar anilai privat finansial dengan nilai sosial ekonomi. Kriteria yang berbentuk selisih dinyatakan dalam OT, IT, FT dan NT. Transfer Output OT yaitu selisih antara penerimaan yang dihitung berdasarkan harga privat dengan penerimaan yang dihitung berdasarkan harga sosial. Nilai OT 0 artinya konsumen membeli dan produsen menerima dengan harga yang lebih tinggi dari harga yang seharusnya, sebaliknya bila OT 0 berarti ada transfer dari produsen kepada masyarakat, maka masyarakat membeli atau produsen menerima dengan harga yang lebih rendah dari yang seharusnya. Transfer input IT adalah selisih antara biaya input tradeable pada harga privat dengan biaya input non tradeable pada harga sosial. Nilai IT menunjukkan adanya kebijakan pemerintah yang diterapkan pada input tradeable. Nilai IT 0 artinya besarnya transfer dari produsen kepada pemerintah melalui penerapan kebijakan impor. untuk nilai IT 0 menunjukkan terdapat kebijakan pemerintah atau distorsi pasar pada input tradeable yang menguntungkan produsen. Nilai transfer faktor FT merupakan perbedaan harga antara harga privat dan harga sosial yang diterima produsen untuk pembayaran input non tradeable. Nilai ini menunjukkan adanya kebijakan pemerintah pada input tradeable terhadap produsen dan konsumen. Jika nilai FT positif berarti ada kebijakan yang commit to user 32 melindungi produsen dengan pemberian subsidi. Transfer bersih NT menunjukkan adanya insentif ekonomi bagi petani. Transfer Bersih dapat dihitung dengan rumus L = D – H = I – J – K. Bila NT 0 menunjukkan tidak lagi ada insentif ekonomi untuk meningkatkan produksi bagi petani. Criteria dalam bentuk rasio dinyatakan dalam NPCO, NPCI, EPC, PC dan SRP. Koefisien Proteksi Nominal Output NCPO merupakan rasio antara penerimaan yang dihitung berdasar harga privat dengan penerimaan yang dihitung secara harga sosial yang merupakan indikator dari transfer output. Jika nilai NPCO 1 berarti terdapat distorsi pasar atau kebijakan pemerintah yang menyebabkan harga privat lebih besar dari harga sosial. Dengan kata lain ada kebijakan pemerintah yang menghambat masuknya barang impor. Koefisien Proteksi Nominal Input NPCI merupakan rasio dari biaya input tradeable pada harga privat dan sosial. Nilai NPCI 1 menunjukkan adanya proteksi untuk produsen input domestik, sehingga pengguna input tersebut dirugikan karena harganya jadi tinggi. Nilai NPCI 1 menunjukkan terdapatnya hambatan ekspor input atau terdapat subsidi input, yang berarti mendorong produsen di dalam negeri untuk menggunakan input tersebut. Sedangkan Koefisien Proteksi Efektif EPC merupakan indikator untuk mengetahui apakah suatu sektor produksi dilindungi atau tidak oleh kebijakan pemerintah. Nilai EPC 1 berarti terdapat insentif kebijakan pemerintah untuk berproduksi. Nilai EPC = 1 berarti kebijakan tidak menimbulkan insentif produksi dan nilai EPC 1 berarti kebijakan pemerintah menimbulkan hambatan untuk berproduksi. Koefisien keuntungan PC adalah perbandingan antara keuntungan bersih harga privat dan sosial dan merupakan indikasi yang menunjukkan dampak insentif dari semua kebijakan. Apabila PC 1 artinya secara keseluruhan kebijakan pemerintah memberikan insentif kepada produsen. Sebaliknya jika PC 1 maka kebijakan pemerintah membuat keuntungan menjadi lebih kecil bila dibandingkan dengan tanpa adanya kebijakan. Sedangkan Rasio subsidi untuk produsen SRP merupakan proporsi dari penerimaan total pada harga sosial commit to user 33 yang diperlukan apabila subsidi yang digunakan sebagai satu-satunya kebijakan untuk menggantikan seluruh kebijakan komoditi dan ekonomi makro. Apabila nilai SRP negatif artinya kebijakan pemerintah menyebabkan produsen mengeluarkan biaya produksi lebih besar dari biaya imbangannya, sebaliknya bila SRP positif artinya produsen mengeluarkan biaya produksi lebih kecil dari biaya imbangannya. Keuntungan dibagi menjadi PP dan SP. Keuntungan privat PP dapat dihitung dengan rumus D = A – B – C. Keuntungan privat diperoleh dengan mengurangkan penerimaan atas dasar harga privat dengan biaya input tradeable dan domestik yang dihitung atas dasar harga privat. Suatu aktivitas ekonomi usahatani masih layak dijalankan jika keuntungan privat yang diperoleh positif atau sekurang-kurangnya sama dengan nol. Keuntungan sosial SP dapat dihitung dengan rumus H = E – F - G. Keuntungan sosialt diperoleh dengan mengurangkan penerimaan atas dasar harga sosial dengan biaya input tradeable dan domestik yang dihitung atas dasar harga sosial. Keuntungan sosial adalah indikator keunggulan komparatif atau merupakan efisiensi dari suatu aktivitas ekonomi pada kondisi tidak ada divergensi dan penerapan kebijakan efisien. commit to user 34 Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian Permintaan kopi Ekspor kopi Produksi kopi Biaya Produksi · B. Operasional · B. Tata Niaga Penerimaan · Input Tradeable · Input Non Tradeable Keuntungan Dampak Kebijakan Pemerintah Harga privat Harga sosial Divergensi Policy Analysis Matrix PAM Daya Saing Keungg. Komparatif Keungg. Kompetitif Output Tradeable commit to user 35

D. Hipotesis

Dokumen yang terkait

Pengelolaan Pemetikan Kopi Robusta (Coffea canephora Pierre ex Froehner) Di Kebun Getas, Semarang, PT Perkebunan Nusantara IX (Persero), Jawa Tengah

0 8 69

Pengelolaan Pemupukan Tanaman Kopi Robusta (Coffea Canephora Pierre Ex Froehner) Di Kebun Getas, Pt Perkebunan Nusantara Ix, Semarang, Jawa Tengah

0 6 76

Pengelolaan Pemupukan Tanaman Kopi Robusta (Coffea Canephora Pierre Ex Froehner) Di Kebun Getas, Pt Perkebunan Nusantara Ix, Semarang, Jawa Tengah

0 3 76

Pelaksanaan Perjanjian Kerja Bersama Periode 2004-2005 antara Direksi PT Perkebunan Nusantara IX dengan Federasi Serikat Pekerja Perkebunan IX Divisi Tanaman Tahunan PT Perkebunan Nusantara IX di Pabrik Kebun Getas Kabupaten Semarang.

0 0 2

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Petik Borong di PT Perkebunan Nusantara IX Persero Kebun Getas Afdeling Assinan.

0 0 12

ANALISIS PROFITABILITAS PENGUSAHAAN TANAMAN KARET DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO) KEBUN NGOBO KABUPATEN SEMARANG.

0 0 16

Reorganisasi Perkebunan Kopi Banaran PT.Perkebunan Nusantara IX (PERSERO) Kabupaten Semarang Tahun 1996-2009 BAB 0

0 1 20

PEREMAJAAN OPTIMAL TANAMAN KARET DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX (ANALISIS SIMULASI PADA KEBUN GETAS)

0 0 10

Analisis profitabilitas pengusahaan tanaman karet di pt. perkebunan nusantara ix (persero) Kebun Ngobo Kabupaten Semarang

2 2 16

ANALISIS PROFITABILITAS PENGUSAHAAN TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis) DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA IX KEBUN GETAS KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI

0 0 11