Policy Analysis Matrix PAM

commit to user 73 kopi 40 tahun maka diperoleh biaya amortisasi dengan komponen domestik sebesar Rp 575.837,80ha luas tanam kopi dan komponen asingnya Rp 42.414,83ha luas tanam kopi. Biaya produksi terbesar adalah biaya tenaga kerja tak terdidik sebab PTPN IX Kebun GetasAssinan menggunakan tenaga kerja lepas dalam sebagian besar kegiatannya seperti penanaman, pemupukan, penyemprotan, pemanenan, penyortiran dan pengemasan. Sedangkan biaya terendah adalah biaya pemeliharaan jalan, saluran airteras karena perawatannya dilakukan hanya apabila terjadi kerusakan dan kerusakan pun terjadi sangat jarang. Biaya tata niaga terdiri dari biaya pengepakan Rp 358.218,67ha luas tanam kopi, biaya pengangkutan ke pabrik Rp 578.266,87 ha luas tanam kopi, biaya pengangkutan ke pelabuhan Rp 8.973,51 ha luas tanam kopi dan biaya pengangkutan ke gudang Rp 197.973,69 ha luas tanam kopi. Biaya tata niaga tertinggi adalah biaya pengangkutan ke pabrik sebab letak kebun ke pabrik cukup jauh dan biji kopi yang diangkut ke pabrik dalam keadaan basah dan dalam keadaan terpisah-pisah antara biji kopi yang baik dan yang cacat agar lebih mudah dalam pemrosesan ke pabrik sehingga kendaraan yang digunakan harus lebih banyak untuk mengangkut biji kopi yang sudah dipisahkan. Biaya terendah adalah biaya pengangkutan ke pelabuhan sebab jarak pelabuhan dengan gudang sangat dekat.

C. Policy Analysis Matrix PAM

Keunggulan komparatif dan keunggulan keunggulan kompetitif dapat ditentukan dengan menggunakan Policy Analysis Matrix PAM. Pendekatan PAM merupakan sistem analisis dengan memasukkan berbagai kebijakan yang mempengaruhi penerimaan dan biaya produksi pertanian. Suatu matriks yang disusun dengan memasukkan komponen-komponen utamanya penerimaan, biaya dan keuntungan. PAM disusun untuk mempelajari masing-masing system produksi pertanian dengan mempergunakan data usahatani dan pemasaran. commit to user 74 Selanjutnya, dapat ditaksir dampak kebijakan komoditas dan ekonomi makro dengan cara membandingkan dengan tanpa adanya kebijakan dari pemerintah. Matriks PAM Pengusahaan Kopi PTPN IX Kebun GetasAssinan disusun berdasar data biaya produksi, biaya pengolahan, biaya tata niaga dan harga jual output dalam harga privat dan harga sosial. Harga privat merupakan harga input dan output yang didasarkan atas harga berlaku di pasar yang mencerminkan keadaan pasar yang dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah. Sedangkan harga sosial merupakan harga input dan output yang merujuk pada harga dimana dalam pasar tidak terdapat kebijakan pemerintah. Selisih analisis yang dihitung atas dasar harga privat dengan harga sosial dihitung sebaai divergensi. Tabel 10. Matriks PAM Pengusahaan Kopi PTPN IX Kebun GetasAssinan Tahun 2009 Rpha luas tanam kopi Penerimaan Biaya Input Keuntungan Asing Domestik Privat 34.874.911,34 3.018.524,66 23.237.115,18 8.619.271,49 Sosial 30.974.193,94 2.758.311,46 20.217.570,84 7.998.311,64 Divergensi 3.900.717,40 260.213,20 3.019.544,34 620.959,86 Sumber: Analisis Data Sekunder Biaya input asing yang dikeluarkan PTPN IX memperoleh penerimaan Rp 34.874.911,34 ha luas tanam kopi yang berarti lebih tinggi Rp 3.900.717,40ha luas tanam kopi dibanding analisis ekonomi berdasar harga sosialnya. Harga kopi tersebut mengikuti perkembangan harga kopi dunia yang tidak stabil sehingga PTPN IX Kebun GetasAssinan harus dapat meningkatkan mutu kopi agar tetap dapat memiliki harga yang cukup tinggi di pasar internasional. Kebun GetasAssinan dapat menjaga mutu kopi produksinya sehingga tetap memiliki nilai jual tinggi sehingga dapat memperoleh penerimaan yang lebih tinggi dari harga sebenarnya. Setiap kegiatan usahatani membutuhkan biaya untuk melakukan operasionalnya. Biaya input dalam Matriks PAM dibagi menjadi biaya input asing dan biaya input domestik. Biaya input asing merupakan biaya yang commit to user 75 dikeluarkan untuk input-input yang menjadi komoditas perdagangan dunia. Sedangkan biaya input domestik adalah biaya yang dikeluarkan untuk input- input yang bukan komoditas perdagangan dunia. Pemecahan komponen biaya input menjadi biaya asing dan biaya domestik mendekatan pendekatan langsung direct approach. Pendekatan langsung mengasumsikan bahwa seluruh biaya input asing baik diimpor maupun produksi domestik dinilai sebagai komponen biaya asing. Pendekatan ini digunakan apabila tambahan permintaan input asing dapat dipenuhi dari perdagangan internasional. Biaya input asing berdasarkan harga privat yang dikeluarkan PTPN IX Kebun GetasAssinan sebesar Rp 3.018.524,66 ha luas tanam kopi sehingga divergensi terhadap biaya input asing berdasarkan harga sosialnya mencapai Rp 260.213,20ha luas tanam kopi. Hal itu disebabkan karena biaya pembelian pupuk urea, obat-obatan dan bahan bakar berdasarkan harga privat lebih mahal dibanding biaya input tersebut berdasarkan harga sosialnya. Sedangkan biaya input domestik berdasarkan harga privat sebesar Rp 23.237.115,18ha luas tanam kopi lebih mahal dibanding dengan biaya input domestik berdasar harga sosialnya Rp 20.217.570,84ha luas tanam kopi. Oleh karena itu divergensinya mencapai Rp 3.019.544,34ha luas tanam kopi. Hal itu disebabkan oleh perbedaan biaya untuk pajak yang tidak terdapat pada biaya domestik berdasarkan analisis ekonomi. Pajak merupakan ketetapan pemerintah sedangkan analisis ekonomi tidak memasukkan komponen kebijakan pemerintah dalam penetapan harga. Selain itu, biaya bunga modal yang dihitung berdasar harga privat lebih tinggi daripada biaya bunga modal yang dihitung berdasar harga sosialnya sebab perhitungan harga sosial dipengaruhi oleh inflasi sehingga lebih kecil. Keuntungan merupakan selisih dari penerimaan dengan biaya input. Keuntungan yang dihitung berdasar harga privat sebesar Rp 8.619.271,49ha luas tanam kopi lebih tinggi dibanding keuntungan yang dihitung berdasar harga sosialnya sebesar Rp 7.998.311,64ha luas tanam kopi. Divergensi yang commit to user 76 merupakan selisih kentungan PTPN IX Kebun GetasAssinan yang dihitung berdasar harga privat dengan keuntungan yang dihitung berdasar harga sosialnya sebesar Rp 620.959,86ha luas tanam kopi. PTPN IX Kebun GetasAssinan masih menerima keuntungan yang lebih tinggi meskipun membayar biaya input yang lebih mahal dibanding harga sosialnya. Nilai Keuntungan Privat Private Profitability bertanda positif yaitu 8.619.271,49 artinya berdasarkan parameter keuntungan privat maka pengusahaan kopi PTPN IX Kebun GetasAssinan layak diusahakan. Tingginya harga kopi dianalisis secara financial sebab PTP memiliki posisi tawar yang cukup tinggi karena kualitas kopi PTP yang memang layak ekspor sehingga terus mendapatkan permintaan dari Jepang dan Italia secara kontinyu sesuai dengan kebutuhan mereka. Kopi tersebut memiliki standar yang tinggi sehingga mampu dijual dengan harga yang lebih tinggi dari harga socialnya. Menurut Malik 2003 dalam Nutrisia 2004 perhitungan keuntungan privat menunjukkan persaingan sistem hasil yang dikaji pada tingkat tertentu, nilai hasil tertentu dan dimana berlaku seperangkat kebijakan tertentu. Semakin tinggi nilai keuntungan privat berarti sistem hasil semakin mampu bersaing. Sedangkan nilai Keuntungan Sosial Social Profitabilitybertanda positif artinya berdasarkan parameter keuntungan sosial maka pengusahaan kopi PTPN IX Kebun GetasAssinan layak diusahakan tanpa ada campur tangan pemerintah dengan tingkat keuntungan Rp 7.998.311,64ha luas tanam kopi.

D. Keunggulan Kompetitif dan Keunggulan Komparatif

Dokumen yang terkait

Pengelolaan Pemetikan Kopi Robusta (Coffea canephora Pierre ex Froehner) Di Kebun Getas, Semarang, PT Perkebunan Nusantara IX (Persero), Jawa Tengah

0 8 69

Pengelolaan Pemupukan Tanaman Kopi Robusta (Coffea Canephora Pierre Ex Froehner) Di Kebun Getas, Pt Perkebunan Nusantara Ix, Semarang, Jawa Tengah

0 6 76

Pengelolaan Pemupukan Tanaman Kopi Robusta (Coffea Canephora Pierre Ex Froehner) Di Kebun Getas, Pt Perkebunan Nusantara Ix, Semarang, Jawa Tengah

0 3 76

Pelaksanaan Perjanjian Kerja Bersama Periode 2004-2005 antara Direksi PT Perkebunan Nusantara IX dengan Federasi Serikat Pekerja Perkebunan IX Divisi Tanaman Tahunan PT Perkebunan Nusantara IX di Pabrik Kebun Getas Kabupaten Semarang.

0 0 2

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Petik Borong di PT Perkebunan Nusantara IX Persero Kebun Getas Afdeling Assinan.

0 0 12

ANALISIS PROFITABILITAS PENGUSAHAAN TANAMAN KARET DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO) KEBUN NGOBO KABUPATEN SEMARANG.

0 0 16

Reorganisasi Perkebunan Kopi Banaran PT.Perkebunan Nusantara IX (PERSERO) Kabupaten Semarang Tahun 1996-2009 BAB 0

0 1 20

PEREMAJAAN OPTIMAL TANAMAN KARET DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX (ANALISIS SIMULASI PADA KEBUN GETAS)

0 0 10

Analisis profitabilitas pengusahaan tanaman karet di pt. perkebunan nusantara ix (persero) Kebun Ngobo Kabupaten Semarang

2 2 16

ANALISIS PROFITABILITAS PENGUSAHAAN TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis) DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA IX KEBUN GETAS KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI

0 0 11