Hipotesis Asumsi-Asumsi Dasar Pembatasan Masalah Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

commit to user 35

D. Hipotesis

1. Diduga pengusahaan kopi di PT Perkebunan Nusantara IX Persero Jawa Tengah Kebun GetasAssinan Kabupaten Semarang memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. 2. Diduga kebijakan pemerintah yang diterapkan untuk komoditi kopi menyebabkan dampak positif bagi PT Perkebunan Nusantara IX Persero Jawa Tengah Kebun GetasAssinan Kabupaten Semarang.

E. Asumsi-Asumsi Dasar

1. Harga pasar adalah harga yang benar-benar diterima pelaku ekonomi yang dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah. 2. Harga bayangan adalah harga pada pasar persaingan sempurna yang mewakili biaya imbangan sosial yang sesungguhnya pada komoditi tradeable, harga bayangan adalah harga yang terjadi di pasar internasional. 3. Output bersifat tradeable diperdagangkan di pasar internasional yaitu kopi dapat diperdagangkan di pasar internasional melalui ekspor. 4. Input dipisahkan dalam input tradeable asing dan input non tradeable domestik. 5. Eksternalitas sama dengan nol. 6. Tingkat teknologi yang digunakan selama pengusahaan dianggap tidak berubah. 7. Tanaman kopi dianggap tumbuh normal, tidak ada serangan hama dan penyakit yang parah sehingga produksi berjalan normal. 8. Distorsi pasarharga terjadi karena pemerintah melakukan intervensi pada komoditi yang dianalisis dan faktor-faktornya dalam bentuk kebijakan.

F. Pembatasan Masalah

1. Data yang digunakan adalah data tanaman kopi tahun 2000 – 2009. 2. Umur ekonomis kopi yaitu 40 tahun. 3. Perhitungan finansial dilakukan dalam nilai sekarang present value yaitu tahun 2009. commit to user 36 4. Daya saing tercermin pada keunggulan komparatif dan kompetitif yang dilihat dari segi ekonominya.

G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Produksi yang dimaksud adalah produksi per herktar per tahun selama periode analisis tanaman kopi yang dinyatakan dalam satuan kilogram kg dalam bentuk kopi kering dengan kadar air 9 - 12. 2. Biaya produksi adalah biaya produksi total per hektar per tahun selama periode analisis tanaman kopi yang dinyatakan dalam rupiah Rp. Biaya produksi meliputi biaya tetap dan biaya variabel, yaitu biaya penyusutan, biaya sewa, pajak, biaya pembelian input produksi dan biaya upah tenaga kerja. 3. Penerimaan adalah penerimaan dari hasil penjualan produksi kopi per hektar per tahun selama periode analisis tanaman kopi yang dinyatakan dalam satuan rupiah Rp. 4. Keuntungan merupakan selisih dari penerimaan total dengan biaya total dan dinyatakan dalam satuan rupiah Rp. 5. Harga privat adalah harga-harga input maupun output yang didasarkan atas harga berlaku di pasar yang mencerminkan nilai-nilai yang dipengaruhi oleh semua kebijakan pemerintah. 6. Harga sosial adalah harga-harga input maupun output yang merujuk pada harga efisien, dimana tidak terdapat campur tangan pemerintah yang mempengaruhi pembentukan harga. 7. Input non tradeable domestik adalah input yang tidak dapat diperdagangkan di pasar internasional seperti pupuk kandang, tenaga kerja, air dan listrik. 8. Input tradeable asing adalah input yang dapat diperdagangkan di pasar internasional atau kemungkinan dapat diperdagangkan di pasar internasional commit to user 37 pupuk urea, obat-obatan, bahan bakar solar, mesin dan alat pengolah biji kopi. 9. Harga bayangan adalah harga yang digunakan untuk menyesuaikan dengan harga pada pasar persaingan sempurna yang mencerminkan harga sosialnya. 10. Harga f.o.b free on board kopi kering adalah harga kopi kering di pelabuhan dalam negeri siap diekspor. Dalam hal ini pelabuhan yang dimaksud adalah pelabuhan Tanjung Emas Semarang yang merupakan pelabuhan ekspor bagi kopi produksi kebun GetasAssinan. Untuk perhitungan shadow price, dari harga f.o.b ini harus dikurangkan segala macam pajak misalnya pajak ekspor dan harus ditambahkan dengan subsidi misalnya subsidi ekspor. Harga f.o.b dihitung dalam satuan mata uang US yang kemudian dikonversikan ke mata uang rupiah. 11. Harga c.i.f cost, insurance, and freight merupakan harga barang input impor di pelabuhan dalam negeri yang mencakup harga barang itu di luar negeri f.o.b luar negeri ditambah biaya asuransi dan ongkos pengirimannya. Harga c.i.f dihitung dalam satuan mata uang US yang kemudian dikonversikan ke mata uang rupiah. 12. Input tradeable yang diukur menggunakan f.o.b apabila nilai ekspornya lebih tinggi daripada nilai impornya. Sedangkan input tradeable yang diukur menggunakan c.i.f apabila nilai impornya lebih tinggi daripada nilai ekspornya yaitu obat-obatan, pupuk urea, bahan bakar solar, mesin dan alat pengolah biji kopi. 13. Kebijakan pemerintah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tindakan pemerintah untuk menpengaruhi jalannya perekonomian dalam usaha untuk mencapai tujuan tertentu seperti kebijakan perdagangan, penetapan quota ekspor, subsidi impor, pajak impor dan pajak ekspor. 14. Distorsikegagalan pasar pada komoditi kopi adalah suatu kondisi penyimpangan pada pemasaran komoditi kopi, dimana tidak terjadi kondisi commit to user 38 persaingan sempurna padahal seharusnya pasar dalam kondisi persaingan sempurna. 15. Kurs valuta asing merupakan nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah di Bank Indonesia. Kurs valuta asing yang digunakan adalah nilai tukar Dollar Amerika terhadap Rupiah di Bank Indonesia rata-rata selama tahun penelitian yaitu tahun 2009. 16. Biaya tataniaga terdiri dari dua komponen biaya, yaitu biaya transportasi pengangkutan dan biaya handling penanganan. 17. Keunggulan komparatif adalah penggunaan sumberdaya domestik efisien secara ekonomi yang dicerminkan dari nilai Domestic Resource Cost Ratio DRCR. 18. Keunggulan kompetitif adalah penggunaan sumber daya domestik efisien secara finansial yang dicerminkan dari nilai Private Cost Ratio PCR. commit to user 39

III. METODE PENELITIAN

Dokumen yang terkait

Pengelolaan Pemetikan Kopi Robusta (Coffea canephora Pierre ex Froehner) Di Kebun Getas, Semarang, PT Perkebunan Nusantara IX (Persero), Jawa Tengah

0 8 69

Pengelolaan Pemupukan Tanaman Kopi Robusta (Coffea Canephora Pierre Ex Froehner) Di Kebun Getas, Pt Perkebunan Nusantara Ix, Semarang, Jawa Tengah

0 6 76

Pengelolaan Pemupukan Tanaman Kopi Robusta (Coffea Canephora Pierre Ex Froehner) Di Kebun Getas, Pt Perkebunan Nusantara Ix, Semarang, Jawa Tengah

0 3 76

Pelaksanaan Perjanjian Kerja Bersama Periode 2004-2005 antara Direksi PT Perkebunan Nusantara IX dengan Federasi Serikat Pekerja Perkebunan IX Divisi Tanaman Tahunan PT Perkebunan Nusantara IX di Pabrik Kebun Getas Kabupaten Semarang.

0 0 2

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Petik Borong di PT Perkebunan Nusantara IX Persero Kebun Getas Afdeling Assinan.

0 0 12

ANALISIS PROFITABILITAS PENGUSAHAAN TANAMAN KARET DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO) KEBUN NGOBO KABUPATEN SEMARANG.

0 0 16

Reorganisasi Perkebunan Kopi Banaran PT.Perkebunan Nusantara IX (PERSERO) Kabupaten Semarang Tahun 1996-2009 BAB 0

0 1 20

PEREMAJAAN OPTIMAL TANAMAN KARET DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX (ANALISIS SIMULASI PADA KEBUN GETAS)

0 0 10

Analisis profitabilitas pengusahaan tanaman karet di pt. perkebunan nusantara ix (persero) Kebun Ngobo Kabupaten Semarang

2 2 16

ANALISIS PROFITABILITAS PENGUSAHAAN TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis) DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA IX KEBUN GETAS KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI

0 0 11