commit to user
66
saingnya dari segi kualitas kopi yang lebih baik. Pada tahun 2009 luas lahan tanam kopi berkurang lagi karena 19,44 ha tanaman kopi sudah tidak produktif
sehingga perlu dilakukan penanaman baru pada tahun 2010. Perubahan luas areal tanam kopi berpengaruh terhadap produksi kopi
Kebun GetasAssinan. Produksi kopi mengalami fluktuasi dimana produksi kopi tertinggi pada tahun 2005 yaitu 926.333kg dan produksi terendah pada
tahun 2007 sebesar 344.384 kg. Produksi dan luas areal panen kopi tersebut mempengaruhi fluktuasi produktivitas kopi Kebun GetasAssinan. Produktivitas
tertinggi pada tahun 2001 yaitu 2.464,29 kgha luas tanam kopi sedangkan produktivitas terendah pada tahun 2007 yaitu 868,76 kgha akibat banyaknya
bunga yang gugur karena angin kencang sehingga tidak banyak yang berbuah. Fluktuasi produksi dan produktivitas kopi Kebun GetasAssinan
disebabkan oleh keadaan cuaca yang kurang mendukung perkembangan tanaman kopi. Tanaman kopi membutuhkan musim yang tegas untuk dapat
tumbuh dengan baik yaitu musim hujan selama enam bulan dan musim kemarau yang tegas selama enam bulan. Keadaan cuaca yang tidak menentu
menyebabkan produksi kopi menjadi kurang baik sebab penyakit tanaman berkembang pesat pada daerah-daerah yang lembab yang dapat mengganggu
produksi kopi. Angin kencang juga menyebabkan bunga tanaman kopi menjadi berguguran sehingga produksi kopi menjadi menurun.
B. Analisis Finansial dan Ekonomi Pengusahaan Kopi
Analisis finansial merupakan analisis yang dilakukan berdasar harga privat sedangkan analisis ekonomi merupakan analisis yang dilakukan
menggunakan harga sosial yang didapatkan dari harga bayangan. Analisis tersebut terdiri dari penerimaan dan biaya untuk mengetahui besarnya
keuntungan. Biaya pengusahaan kopi kering terdiri dari biaya produksi dan biaya tata niaga.
commit to user
67
Alokasi biaya produksi terdapat dua macam yaitu biaya input asing dan biaya input domestik. Biaya input asing produksi tradeable adalah biaya
perdagangan dunia. Biaya input asing merupakan biaya yang 100 berasal dari komponen asing sedangkan biaya input domestik merupakan biaya untuk
membayar input bukan termasuk komoditas perdagangan dunia. Alokasi komponen domestik dan asing dapat diketahui dengan dua pendekatan yaitu
pendekatan langsung dan pendekatan total. Pendekatan langsung dapat digunakan bila tambahan input asing dapat dipenuhi dari perdagangan antar
negara atau penawaran di pasar internasional. Sedangkan pendekatan total digunakan bila produsen lokal dilindungi sehingga tambahan penawaran input
asing dapat diperoleh dari penawaran di pasar internasional jika mengalami kekurangan. Saat ini kebijakan pemerintah terhadap output dan input tidak lagi
menonjol seperti pada masa lalu sebagai persiapan menyambut era perdagangan bebas sehingga analisis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
langsung.
commit to user
68
Tabel 9. Analisis Finansial dan Ekonomi Pengusahaan Kopi Kering PT Perkebunan Nusantara IX Kebun GetasAssinan Rpha luas lahan
tanam kopi
NO KETERANGAN
NILAI FINANSIAL
NILAI EKONOMI
A Output fisik kgha
2.038,51 2.038,51
Harga Rpkg 17.468,11
15.194,15 Penerimaan
34.874.911,34 30.974.193,94
B Biaya Produksi
1 Pupuk urea
1.659.260,16 1.420.258,53
Pupuk kandang 2.493.189,72
2.493.189,72 2
Obat-obatan 268.694,86
232.046,57 3
Tenaga Kerja Terdidik 2.442.140,73
2.442.140,73 Tenaga Kerja Tak Terdidik
6.957.902,79 4.252.134,19
4 Bahan Bakar
333.815,58 349.252,30
5 Listrik dan air
1.467.446,92 1.467.446,92
6 Bi. pemeliharaan gedung
70.430,93 70.430,93
Biaya pemeliharaan mesin 240.628,45
240.628,45 Bi. pemeliharaan jalan, saluran
airteras 40.688,60
40.688,60 7
Alat dan perkakas kecil 179.907,77
179.907,77 8
Biaya Umum 4.419.142,44
4.419.142,44 9
Assuransi 98.400,94
98.400,94 10 Pajak
94.223,71 -
11 Sewa lahan 2.000.000,00
2.000.000,00 12 Penyusutan Gedung
211.491,03 211.491,03
Penyusutan Mesin 377.676,71
377.676,71 Penyusutan Kendaraan
96.034,07 96.034,07
P. Jalan,jembatan,saluran 158.406,67
158.406,67 13 Biaya Amortisasi
625.233,29 625.233,29
14 Bunga Modal 877.491,73
657.939,70 C
Biaya tata niaga Pengepakan
358.218,67 358.218,67
ke pabrik 578.266,87
578.266,87 ke pelabuhan
8.973,51 8.973,51
pengangkutan ke gudang 197.973,69
197.973,69 Total Biaya
26.255.639,84 22.975.882,30
Keuntungan 8.619.271,49
7.998.311,64 Sumber: Analisis Data Sekunder
commit to user
69
PTPN IX Kebun GetasAssinan dapat menerima harga kopi yang lebih tinggi dari harga sosialnya. Perusahaan menerima Rp 34.874.911,34ha luas
tanam kopi sedangkan nilai analisis sosialnya Rp 30.974.193,94 ha luas tanam kopi. Setiap hektar luas tanam kopi menghasilkan 2.038,51 kg kopi kering
dengan harga kopi rata-rata yang diterima PTPN IX Kebun GetasAssinan sebesar Rp 17.468,11kg sedangkan harga sebenarnya Rp 15.194,15kg.
Perbedaan harga tersebut dikarenakan kopi Kebun GetasAssinan memiliki kualitas kopi yang tinggi untuk ekspor yaitu kualitas 1 dan 4 dengan ukuran L,
M dan S yang harganya berbeda-beda. Kualitas 1 merupakan standar mutu paling tinggi yang dimiliki PTPN IX yang harganya cukup tinggi. Harga kopi
paling tinggi adalah kopi RWP mutu 1 ukuran M yang harganya mencapai Rp 21.597kg sedangkan harga paling rendah untuk ekspor adalah kopi RDP
kualitas 4 dengan ukuran L dan S yaitu Rp 16.219kg. Kopi yang tidak layak ekspor dijual di dalam negeri dengan harga rata-rata Rp 12.518,00kg.
Banyaknya produksi kopi dengan kualitas tinggi menyebabkan rata-rata harga jual kopi Kebun GetasAssinan menjadi lebih tinggi dari harga sebenarnya.
PT Perkeunan Nusantara IX Persero Kebun GetasAssinan sangat memperhatikan kualitas dan kuantitas kopi agar tetap memiliki nilai jual yang
tinggi dan memenuhi standar ekspor. Kualitas ekspor kopi PTPN IX terdapat empat standar mutu yaitu mutu 1, 2, 3 dan 4. Mutu 5 dan 6 tidak memenuhi
standar ekspor sehingga dikonsumsi di pasar dalam negeri. Standar mutu tersebut dilihat dari tingkat kecacatan yang dimiliki biji kopi gelondong. Mutu
1 memiliki tingkat kecacatan paling rendah sedangkan mutu 6 memiliki tingkat kecacatan paling tinggi sehingga mutu 5 dan 6 tidak layak untuk diekspor.
Namun, kopi Kebun GetasAssinan hanya menghasilkan mutu 1 cacat antara 0-11, mutu 4 cacat antara 11-80 dan mutu lokal cacat 80. Hal
itu dimaksudkan agar lebih mudah dan mempercepat dalam sortasi karena banyaknya tenaga kerja tak terdidik yang digunakan terlalu sulit membedakan
apabila dibagi menjadi enam mutu sehingga mutu 2 sudah termasuk dalam
commit to user
70
mutu 1 sedangkan mutu 3 termasuk dalam mutu 4. Selain tingkat kecacatan, ukuran biji kopi yang layak ekspor ada tiga tingkatan yaitu dengan diameter 5,5
mm tergolong dalam ukuran S, diameter 6,5 mm tergolong dalam ukuran M dan diameter 7,5 mm tergolong ke dalam ukuran L. Pengepakan biji kopi yang
telah disortir menurut ukuran dan standar mutunya dimasukkan ke dalam karung goni berisi 25 kg dengan tinggi maksimal tumpukan karung sebanyak
12 tumpukan. Hal itu dimaksudkan untuk menjaga kualitas kopi agar tidak rusak sehingga kualitas kopi tetap terjaga sampai ke negara tujuan.
Disamping kenampakan fisiknya, keunggulan yang dimiliki kopi Robusta Kebun GetasAssinan adalah rasanya yang khas. Kopi robusta lebih pahit
disbanding arabika sehingga lebih diminati karena memiliki kadar kafein yang lebih tinggi. Biji kopi dengan kadar air 9 merupakan kadar air ideal untuk
disimpan agar dapat menjaga kualitas biji kopi sehingga tidak rusak dan berubah rasa saat dikonsumsi meskipun telah disimpan cukup lama. Oleh
karena itu, kopi Robusta produksi Kebun GetasAssinan tetap diminati konsumen luar negeri maupun konsumen dalam negeri.
Biaya produksi kopi terdiri dari pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, bahan bakar, listrik dan air, biaya pemeliharaan, alat dan perkakas kecil, biaya umum,
asuransi, pajak, sewa lahan, penyusutan, biaya amortisasi dan biaya bunga modal. Biaya-biaya tersebut dialokasikan kembali pada komponen asing dan
komponen domestik. Pupuk urea, obat-obatan, bahan bakar, biaya pemeliharaan mesinperalatan, biaya penyusutan mesinperalatan dan biaya penyusutan
kendaraan dialokasikan pada komponen asing. Biaya yang dialokasikan pada komponen domestik terdiri dari biaya pupuk kandang, biaya tenaga kerja baik
terdidik maupun tidak terdidik, biaya listrikair, biaya pemeliharaan gedung, biaya pemeliharaan jalan, saluran airteras, alat dan perkakas kecil, biaya
umum, asuransi, pajak, sewa lahan, biaya penyusutan alat dan biaya bunga modal.
commit to user
71
Biaya pupuk urea dengan analisis finansial Rp 1.659.260,16ha luas tanam
kopi lebih
tinggi dibanding
nilai ekonominyanya
yaitu Rp 1.420.258,53ha luas tanam kopi. Kebun GetasAssinan membeli pupuk
lebih mahal Rp 71,67kg dari harga yang sebenarnya. Biaya pembelian obat- obatan sebesar Rp 268.694,86ha luas tanam kopi berdasar analisis finansial
yang lebih tinggi Rp 36.648,29ha luas tanam kopi bila dibandingkan dengan perhitungan ekonomi yang mencapai Rp 232.046,57ha luas tanam kopi. Hal itu
disebabkan oleh ketiadaan subsidi input untuk pupuk urea dan obat-obatan dari pemerintah kepada perusahaan sehingga perusahaan membayar lebih tinggi dari
harga yang seharusnya. Kelebihan pembayaran tersebut dapat digunakan pemerintah untuk memberikan subsidi bagi petani kecil. PTPN IX tidak pernah
menerima subsidi pupuk maupun obat-obatan sebab sudah dianggap mampu membiayai produksinya dan masih tetap mendapatkan keuntungan yang dapat
digunakan untuk menjalankan usahanya. Pemerintah memberikan subsidi bahan bakar sebesar Rp 265,57lt
sehingga perusahaan hanya membayar biaya bahan bakar sebesar Rp 333.815,58ha luas tanam kopi sedangkan nilai ekonominya Rp 349.252,30ha
luas tanam kopi. Biaya pemeliharaan mesin dan peralatan Rp 240.628,45ha luas tanam kopi; biaya penyusutan mesin dan peralatan Rp 377.676,71ha luas
tanam kopi dan biaya penyusutan kendaraan sebesar Rp 96.034,07ha luas tanam kopi. Pengeluaran biaya ketiga komponen biaya produksi tersebut tidak
terdapat campur tangan pemerintah dalam hal subsidi ataupun pembebanan pajak impor.
PTPN IX Kebun GetasAssinan membayar biaya pembelian pupuk kandang, biaya pemeliharaan gedung, biaya pemeliharaan saluran air, jembatan
dan teras, biaya pembelian alat dan perkakas kecil, penyusutan gedung dan penyusutan jembatan dan saluran air sama dengan nilai ekonominya karena
tidak terdapat campur tangan pemerintah sehingga sudah mendekati pasar persaingan sempurna. Analisis finansial tenaga kerja terdidik Rp
commit to user
72
2.442.140,73ha luas tanam kopi nilainya sama dengan analisis ekonominya karena sudah mendekati pasar persaingan sempurna sedangkan tenaga kerja tak
terdidik analisis ekonominya harus disesuaikan dengan keadaan tenaga kerja daerah tersebut. Nilai finansial biaya tenaga kerja tak terdidik sebesar Rp
6.957.902,79ha luas tanam kopi sedangkan nilai ekonominya sebesar Rp 4.252.134,19ha luas tanam kopi sehingga selisihnya Rp 2.705.768,78ha luas
tanam kopi. Hal itu disebabkan karena adanya insentif bagi karyawan lepas Kebun GetasAssinan yang bekerja lembur sehingga membayar upah tenaga
kerjanya lebih tinggi dari harga sebenarnya. Selain itu, adanya tingkat pengangguran
sebesar 38,89
menyebabkan Kebun
GetasAssinan mengeluarkan biaya tenaga kerja tak terdidik lebih tinggi.
Biaya umum merupakan biaya yang rutin dikeluarkan yang terdiri dari honorarium, juru tulis dan pembantu, pengangkutan, perijinan dan penginapan.
Asuransi digunakan untuk mesin dan kendaraan. Pajak yang dikeluarkan perusahaan Rp 94.223,71ha luas tanam kopi. Pada analisis ekonomi, pajak
tidak dihitung sehingga tidak ada biaya yang dikeluarkan untuk pajak pada analisis ekonomi. Biaya bunga modal berdasar analisis finansial sebesar Rp
877,491.73ha luas tanam kopi. Biaya bunga modal yang dihitung dalam penelitian ini adalah biaya bunga modal sendiri yaitu lahan, bangunan dan
peralatan. Biaya bunga modal yang dihitung berdasarkan analisis eknominya sebesar Rp 657.939,70ha luas tanam kopi. Hal itu disebabkan perhitungan
biaya bunga modal berdasar harga sosial mempertimbangkan tingkat inflasi yang terjadi pada tahun 2009 sebesar 2,78.
Biaya amortisasi merupakan biaya pengembalian investasi selama umur ekonomis tanaman tahunan. Kopi dapat menghasilkan pada tahun ke lima
setelah tanam. Seluruh biaya yang dikeluarkan selama lima tahun tersebut dimasukkan dalam biaya investasi. Dalam penelitian ini komponen biaya
domestik sebesar 8,86 dan komponen asing 93,14. PTPN IX mampu melakukan investasi pada suku bunga 10 sedangkan umur ekonomis tanaman
commit to user
73
kopi 40 tahun maka diperoleh biaya amortisasi dengan komponen domestik sebesar Rp 575.837,80ha luas tanam kopi dan komponen asingnya Rp
42.414,83ha luas tanam kopi. Biaya produksi terbesar adalah biaya tenaga kerja tak terdidik sebab
PTPN IX Kebun GetasAssinan menggunakan tenaga kerja lepas dalam sebagian besar kegiatannya seperti penanaman, pemupukan, penyemprotan,
pemanenan, penyortiran dan pengemasan. Sedangkan biaya terendah adalah biaya pemeliharaan jalan, saluran airteras karena perawatannya dilakukan
hanya apabila terjadi kerusakan dan kerusakan pun terjadi sangat jarang. Biaya tata niaga terdiri dari biaya pengepakan Rp 358.218,67ha luas
tanam kopi, biaya pengangkutan ke pabrik Rp 578.266,87 ha luas tanam kopi, biaya pengangkutan ke pelabuhan Rp 8.973,51 ha luas tanam kopi dan biaya
pengangkutan ke gudang Rp 197.973,69 ha luas tanam kopi. Biaya tata niaga tertinggi adalah biaya pengangkutan ke pabrik sebab letak kebun ke pabrik
cukup jauh dan biji kopi yang diangkut ke pabrik dalam keadaan basah dan dalam keadaan terpisah-pisah antara biji kopi yang baik dan yang cacat agar
lebih mudah dalam pemrosesan ke pabrik sehingga kendaraan yang digunakan harus lebih banyak untuk mengangkut biji kopi yang sudah dipisahkan. Biaya
terendah adalah biaya pengangkutan ke pelabuhan sebab jarak pelabuhan dengan gudang sangat dekat.
C. Policy Analysis Matrix PAM