Variabel Bebas yang Paling Berpengaruh

commit to user lxxxii Harga Pupuk Urea Pada Tahun Tanam P urea t -0,466 -5,357 0,000 Sumber : Analisis Data Keterangan: : signifikan pada tingkat kepercayaan 99 ns : tidak signifikan Berdasarkan Tabel 20 dapat dijelaskan bahwa harga jagung pada tahun sebelumnya, jumlah produksi jagung pada tahun sebelumnya, harga kedelai pada tahun sebelumnya dan harga pupuk urea pada tahun tanam secara individu berpengaruh nyata terhadap penawaran jagung di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 99. Sedangkan luas areal panen pada tahun sebelumnya tidak berpengaruh nyata terhadap penawaran jagung di Kabupaten Klaten.

2. Variabel Bebas yang Paling Berpengaruh

Koefisien regresi parsial menunjukan variabel yang paling berpengaruh terhadap penawaran jagung di Kabupaten Klaten. Semakin besar nilai koefisien regresi parsial, maka semakin besar pula pengaruh variabel bebas tersebut terhadap penawaran jagung di Kabupaten Klaten. Tabel 21. Nilai Koefisisen Regresi Parsial Variabel yang Berpengaruh Terhadap Penawaran Jagung di Kabupaten Klaten Variabel Koefisien Regresi Parsial Peringkat Jumlah Produksi Pada Tahun Sebelumnya Q t-1 Harga Pupuk Urea Pada Tahun t P urea t 1,507 -0,183 1 2 commit to user lxxxiii Harga Kedelai Pada Tahun Sebelumnya P st-1 Harga Jagung Pada Tahun Sebelumnya P t-1 -0,269 0,150 3 4 Sumber : Analisis Data Tabel 21 menunjukan bahwa jumlah produksi jagung pada tahun sebelumnya memiliki nilai koefisien regresi parsial terbesar yaitu 1,507. Hal ini menunjukan bahwa jumlah produksi jagung pada tahun sebelumnya merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap penawaran jagung di Kabupaten Klaten. Nilai koefisien regresi sebesar 1,507 satuan menunjukan bahwa pengaruh yang diberikan positif, dimana setiap penambahan 1 satuan produksi jagung akan menaikan penawaran jagung di Kabupaten Klaten sebesar 1,507 satuan. Selanjutnya terdapat variabel harga jagung pada tahun sebelumnya dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,150 yang menunjukan bahwa pengaruh yang diberikan juga bersifat positif dimana untuk setiap kenaikan 1 satuan harga jagung akan meningkatkan penawaran jagung di Kabupaten Klaten sebesar 0,146 satuan. Sedangkan pada variabel harga kedelai pada tahun sebelumnya memiliki nilai koefisien regresi parsial negatif yaitu sebesar -0,269 yang menunjukan bahwa setiap kenaikan 1 satuan harga kedelai akan menurunkan penawaran jagung di Kabupaten Klaten sebesar 0,269 satuan. Demikian pula pada variabel harga pupuk urea pada tahun t yang memiliki nilai koefisien regresi parsial sebesar -0,183 yang berarti bahwa untuk setiap kenaikan harga pupuk urea sebesar 1 satuan akan menurunkan penawaran jagung di Kabupaten Klaten sebesar 0,183 satuan. 3. Pengujian Asumsi Klasik a. Multikolinearitas commit to user lxxxiv Berdasarkan nilai Matrik Pearson Correlation pada lampiran 2 dapat diketahui bahwa korelasi antar variabel bebas tidak ada yang bernilai lebih besar dari 0,8. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas diantara variabel bebas yang mempengaruhi penawaran jagung di Kabupaten Klaten. Multikolinearitas terjadi apabila nilai Matrik Pearson Correlation lebih dari 0,8 maka dapat disimpulkan bahwa diantara variabel-variabel bebas yang diteliti terjadi multikolinearitas. b. Autokorelasi Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi digunakan statistik d- Durbin Watson dan dari hasil analisis pada lampiran 2 diperoleh nilai d sebesar 2,055. Karena nilai d yang diperoleh terletak pada 1,65DW2,35 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi. c. Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan diagram scatterplot. Dari hasil analisis diketahui bahwa titik-titik yang ada dalam diagram menyebar dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang berarti tidak terjadi heteroskedastisitas. Hal tersebut dapat diartikan bahwa kesalahan pengganggu mempunyai varians yang sama atau terjadi homoskedastisitas.

4. Elastisitas Penawaran