RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN

(1)

commit to user

i

RESPON PENAWARAN JAGUNG

DI KABUPATEN KLATEN

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

OLEH:

HERVIKARANI PURNOMO PUTRI

H0306062

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(2)

commit to user

ii

RESPON PENAWARAN JAGUNG

DI KABUPATEN KLATEN

yang dipersiapkan dan disusun oleh Hervikarani Purnomo Putri

H0306062

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 7 April 2011

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Ketua Anggota I Anggota II

Prof. Dr. Ir. Endang Siti R, MS NIP. 19570104 198003 2 001

Ir. Sugiharti Mulya H, MP NIP. 19650626 199003 2 001

Erlyna Wida R, SP. MP NIP. 19780708 200312 2 002

Surakarta, April 2011 Mengetahui, Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 19551217 198203 1 003


(3)

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah

SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul Respon Penawaran di Kabupaten

Klaten, sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Skripsi ini tidak dapat terwujud tanpa adanya bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Ir. Agustono, MSi. selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian/Agrobisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP. selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan

Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta, sekaigus Dosen Pembimbing Pendamping dan Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan saran dan masukan.

4. Ibu Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS selaku Dosen Pembimbing Utama yang

telah memberikan bimbingan, saran, dan masukan.

5. Ibu Erlyna Wida Riptanti, SP. MP selaku Dosen Penguji Tamu yang berkenan

memberikan saran dan perbaikan bagi penelitian ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff/karyawan Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta terutama Jurusan Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya selama masa perkuliahan penulis di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Jajaran pemerintah Kabupaten Klaten yang telah memberikan ijin penelitian


(4)

commit to user

iv

8. Seluruh Staf Dinas Pertanian Kabupaten Klaten yang telah memberikan informasi

yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

9. Seluruh Staf Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten yang telah memberikan

bantuan dalam menyediakan data-data serta informasi yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

10.Bapak dan Ibu tersayang, adiku Risma dan Ardi, kalian yang selalu mencintai

penulis, selalu ada di setiap keadaan dan selalu setia memberi semangat dalam berbagai cara serta mendoakan penulis di setiap langkah demi kesuksesan penulis.

11.Sahabatku: phita dan restu terima kasih untuk semangat dan dukungan mau

mendengar keluh kesah penulis.

12.Ming piye?! Community: adhi, bagus, arip, ari, tommie, terima kasih untuk semua

pengalaman, kesenangan, masalah dan solusi serta segala macam bantuan, semoga kebahagiaan selalu kita rasakan.

13.Ceman-ceman Genk G4uL: bagoezt, ita, mutasi, husnul, habib dan hanip terima

kasih atas segala bantuan, tawa dan air mata terutama di saat terakhir, semoga kita tetap bersama dalam kesuksesan.

14.Teman-teman MemEZz: mb. anis, mb.yuni, erna, hera, uswatun dan wilis terima

kasih untuk kekeluargaan dan kebersamaannya, untuk adik-adik kost Mess Fitri terima kasih atas semangat dan penghiburannya.

15.Teman-teman tanpa komunitas: titut adi nugroho dan riant kadepe terima kasih

untuk semua semangat, bantuan dan harapan, dimanapun kita semoga selalu bahagia.

16.Teman-teman tentor penawaran: anang, arip, mutasi, dedy, dyah, vita, sauma dan

isna terima kasih sudah mau membantu memecahkan semua masalah yang penulis hadapi dalam penyusunan skripsi ini.

17.Teman-teman Zero Six yang telah memberikan dukungan serta semangat kepada

penulis, dimanapun kalian semoga kita dapat berkumpul lagi suatu saat nanti.

18.Semua pihak yang telah membantu baik moril maupun materiil sehingga penulis


(5)

commit to user

v

Penulis sangat menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini baik dari segi penyajian maupun pembahasannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang jauh dari sempurna ini dapat memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi penulis sendiri khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.

Surakarta, April 2011


(6)

commit to user

vi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

RINGKASAN ... xiii

SUMMARY ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 5

II. LANDASAN TEORI ... 6

A. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Penelitian Terdahulu ... 6

2. Jagung ... 9

3. Respon Penawaran ... 11

4. Teori Cobweb ... 18

5. Elastisitas Penawaran ... 21

B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 22

C. Hipotesis ... 27

D. Asumsi ... 28

E. Definisi Operasional Variabel ... 28

F. Pembatasan Masalah ... 30

III.METODE PENELITIAN ... 31

A. Metode Dasar Penelitian ... 31

B. Metode Pengambilan Lokasi Penelitian ... 31

C. Metode Pengumpulan Data dan Jenis Data………... .... 32

1. Jenis dan Sumber Data. ... 32


(7)

commit to user

vii

D. Metode Analisis Data ... 33

1. Respon Penawaran Jagung di Kabupaten Klaten ... 33

2. Pengujian Model ... 34

a. ... Uji R2 Adjusted ( 2)... ... .. 34

b... Uji F ... 34

c. ... Uji t ... 35

3. Pengujian Asumsi Klasik ... 36

a. ... Uji Multikolinearitas ... 36

b... Uji Autokorelasi ... 36

c. ... Uji Heteroskedastisitas ... 36

4. Elastisitas Penawaran Jagung di Kabupaten Klaten ... 37

IV.KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN... 38

A. Keadaan Alam ... 38

1. Lokasi Daerah Penelitian ... 38

2. Keadaan Geografi ... 39

3. Topografi ... 39

4. Jenis Tanah ... 40

5. Keadaan Iklim ... 42

6. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 42

B. Keadaan Penduduk ... 44

1. Pertumbuhan Penduduk ... 44

2. Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin ... 44

3. Keadaan Penduduk Menurut Matapencaharian ... 46

C. Keadaan Sarana Perekonomian ... 47

D. Keadaan Umum Pertanian ... 48

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 51

A. Hasil Penelitian... . 51

1. Harga Jagung ... 51

2. Jumlah Produksi Jagung ... 53

3. Luas Areal Panen Jagung ... 55

4. Harga Kedelai... 57

5. Harga Pupuk Urea ... 59


(8)

commit to user

viii

1. Pengujian Model ... . 62

a. Uji R2Adjusted ( 2) ... . 62

b. Uji F... 63

c. Uji t ... 63

2. Variabel Bebas yang Paling Berpengaruh ... 64

3. Pengujian Asumsi Klasik ... 66

1. Multikolinearitas ... 66

2. Autokorelasi ... 66

3. Heteroskedastisitas ... 66

4. Elastisitas Penawaran ... 66

C. Pembahasan ... 69

VI.KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 76 DAFTAR PUSTAKA


(9)

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Jumlah Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Klaten Tahun

2008...………... 2

2. Perkembangan Jumlah Produksi Jagung di Kabupaten Klaten

tahun 2004-2008... 2

3. Perkembangan Harga Jagung di Kabupaten Klaten tahun

2004-2008... 3

4. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Pangan Di

Kabupaten Klaten Tahun 2008...……….. 32

5. Luas Wilayah di Kabupaten Klaten Dirinci Menurut

Kecamatan Tahun 2008………... 38

6. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Klaten Tahun

2005-2008…... 43

7. Perkembangan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten

KlatenTahun 2004 – 2008…………... 44

8. Jumlah Penduduk di Kabupaten Klaten Menurut Umur dan

Jenis Kelamin pada Tahun 2008……… 45

9. Keadaan Penduduk Kabupaten Klaten Menurut Mata

Pencaharian Tahun 2008…………...………. 47

10. Jenis dan Jumlah Pasar Menurut Jenis di Kabupaten Klaten

Tahun 2008...……..……….. 48

11. Produksi Tanaman Palawija di Kabupaten Klaten Tahun

2008...………... 49

12. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Jagung Tiap

Kecamatan di Kabupaten Klaten 2008...………... 50

13. Perkembangan Harga Jagung di Kabupaten Klaten Pada Tahun

1992-2007………...………... 52

14. Luas Areal Panen Jagung, Perkembangan Jumlah Produksi

Jagung, dan Produktivitas Jagung di Kabupaten Klaten Pada

Tahun 1992-2007...………..…….. 54

15. Perkembangan Luas Areal Panen Jagung di Kabupaten Klaten


(10)

commit to user

x

16. Perkembangan Harga Kedelai di Kabupaten Klaten Pada

Tahun 1992-2007...…...…... 58

17. Perkembangan Harga Pupuk Urea di Kabupaten Klaten Pada

Tahun 1993-2008...…...……..…... 60

18. Rekapitulasi Variabel yang Digunakan dalam Penelitian …... 62

19. Analisis Varian Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap

Penawaran Jagung di Kabupaten Klaten ...………... 63

20. Pengaruh Masing-masing Variabel Bebas Terhadap Penawaran

Jagung Di Kabupaten Klaten...…... 64

21. Nilai Koefisien Regreai Parsial Variabel yang Berpengaruh

Terhadap Penawaran Jagung Kabupaten Klaten... 65

22. Elastisitas Penawaran Jagung Dalam Jangka Pendek dan


(11)

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Kurva penawaran……….. 12

2. Kasus Cobweb………... 19

3. Elastisitas Penawaran………... 22

4. Alur Kerangka Berfikir Respon Penawaran Jagung di

Kabupaten Klaten...….. 27

5. Grafik Perkembangan Harga Jagung di Kabupaten Klaten

Pada Tahun 1992-2007…...……….. 53

6.

7.

8.

9.

Grafik Perkembangan Jumlah Produksi Jagung di Kabupaten Klaten Pada Tahun 1992-2007…...………….... Grafik Perkembangan Luas Areal Panen Jagung di Kabupaten Klaten Pada Tahun 1993-2008... Grafik Perkembangan Harga Kedelai di Kabupaten Klaten Pada Tahun 1992-2007... Grafik Perkembangan Harga Pupuk Urea di Kabupaten Klaten Pada Tahun 1993-2008...

54 57 59 61


(12)

commit to user

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

LAMPIRAN 1

1. Harga Jagung di Kabupaten Klaten Tahun 1992-2007... 81

2. Produksi dan Luas Areal Panen Jagung di Kabupaten Klaten

Tahun 1992-2008 ... ... 82

3. Harga Kedelai di Kabupaten Klaten Tahun 1992-2007 ... ... 83

4. Harga Pupuk Urea di Kabupaten Klaten Tahun 1993-2008 ... ... 84

LAMPIRAN 2

1. Regresi.. ... ... 85 2. Koefisien Regresi Parsial ... ... 90 LAMPIRAN 3

1. Elastisitas Penawaran Jangka Pendek.. ... ... 91 2. Elastisitas Penawaran Jangka Panjang.. ... ... 91 LAMPIRAN 4

Peta Kabupaten Pati ... ... 92 LAMPIRAN 5

Gambar Lahan Jagung di Kabupaten Klaten ... ... 93

LAMPIRAN 6


(13)

commit to user

xiii INTISARI

Hervikarani Purnomo Putri. H 0306062. 2010. “ Respon Penawaran Jagung Di

Kabupaten Klaten”. Skripsi dengan bimbingan Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS. dan

Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP. Fakultas Pertanian, Univesitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi respon penawaran jagung di Kabupaten Klaten, dan menganalisis tingkat kepekaan (elastisitas) penawaran jagung di Kabupaten Klaten.

Metode dasar yang digunakan, deskriptif analitis dengan lokasi penelitian dipilih secara purposive dengan pertimbangan bahwa kabupaten tersebut merupakan kabupaten yang berpotensi menjadi sentra produksi jagung di Propinsi Jawa Tengah.

Model analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda pada fungsi penawaran dengan pendekatan supply response dari Nerlove. Model memiliki nilai

adjusted R2 sebesar 0,791. Artinya 79,1% penawaran jagung di Kabupaten Klaten dapat

dijelaskan oleh variabel harga jagung pada tahun sebelumnya, jumlah produksi jagung pada tahun sebelumnya, luas areal panen pada tahun sebelumnya, harga kedelai pada tahun sebelumnya, dan harga pupuk urea pada tahun tanam, sedangkan sisanya sebesar 21,9% dijelaskan variabel lain diluar penelitian. Berdasarkan uji F kelima variabel tak bebas secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap penawaran jagung di Kabupaten Klaten. Berdasarkan uji t variabel harga jagung pada tahun sebelumnya, jumlah produksi jagung pada tahun sebelumnya, harga kedelai pada tahun sebelumnya dan harga pupuk urea pada tahun t berpengaruh nyata terhadap penawaran jagung di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 99%. Sedangkan luas areal panen pada tahun sebelumnya terbukti tidak berpengaruh. Variabel yang paling berpengaruh terhadap penawaran jagung adalah jumlah produksi jagung pada tahun sebelumnya.

Nilai elastisitas penawaran jangka pendek dan jangka panjang untuk harga jagung pada tahun sebelumnya bersifat inelastis positif sebesar 0,294 dan 0,301. Artinya kenaikan harga jagung sebesar 1% akan meningkatkan penawaran jagung sebesar 0,294% dalam jangka pendek dan 0,301% dalam jangka panjang. Nilai elastisitas penawaran jangka pendek dan jangka panjang untuk jumlah produksi jagung pada tahun sebelumnya bersifat elastis positif sebesar 1,083 dan 1,108. Artinya kenaikan jumlah produksi sebesar 1% akan menaikan penawaran jagung sebesar 1,083% dalam jangka pendek dan 1,108% dalam jangka panjang. Nilai elastisitas penawaran jangka pendek dan jangka panjang untuk harga kedelai pada tahun sebelumnya bersifat inelastis negatif sebesar -0,404 dan -0,414. Artinya kenaikan harga kedelai sebesar 1% akan menurunkan penawaran jagung sebesar 0,404% dalam jangka pendek dan 0,414% dalam jangka panjang. Nilai elastisitas penawaran jangka pendek dan jangka panjang untuk harga pupuk urea pada tahun t bersifat inelastis negatif sebesar -0,466 dan -0,477. Artinya kenaikan harga pupuk urea sebesar 1% akan menurunkan penawaran jagung sebesar 0,466% dalam jangka pendek dan 0,477% dalam jangka panjang.

Dari hasil penelitian, peningkatkan penawaran jagung di Kabupaten Klaten dapat dilakukan melalui pemberian pupuk bersubsidi oleh pemerintah, penyediaan benih unggul guna peningkatan jumlah produksi jagung, serta pengendalian harga jagung


(14)

commit to user

xiv

dengan harapan tingginya harga dapat meningkatkan minat petani untuk membudidayakan jagung di Kabupaten Klaten.

ABSTRACT

Hervikarani Purnomo Putri. H 0306062. 2010. Corn Supply Response in Klaten Regency.Thesis guided by Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS. and Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP. Agriculture Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta.

This research aims to determine : the factors that influence supply response of corn in Klaten district and analyze the elasticity of corn supply in Klaten Regency.

The basic metode used descriptive analysis with location of the research is selected intentionally (purposive) that is in Klaten Regency because it is one of the potential producer of corn in Central Java.

From data analysis using multiple linear regression on the supply function with the approach of the Nerlove supply response. It has good enough model wich has adjusted R2 0,791 which means that 79,1% of corn supply in Klaten Regency can be explained by corn price on the past year, corn production on the past year, corn acreage on the past year, soybean price on the past year and urea price on the year cultivation, while the rest of 21,9% is explained by the other variable outside research. From F-test, all independent variables altogether has some influence toward the corn supply in Klaten Regency. From the t-test, corn price on the past year, corn production on the past year, soybean price on the past year and urea price on the year cultivation has effect to corn supply in Klaten regency on level 99%. Variable corn acreage on the past year has no effect to corn supply in Klaten. Corn production on the past year has the biggest effect toward the corn supply in Klaten Regency.

The short term dan long term elasticity of corn supply in Klaten Regency to corn price on the past year are inelastic positive with value 0,294 and 0,301. It means that increasing of corn price on the past year is about 1% will increase corn supply about 0,294% in short term and 0,301% in long term. The short term and long term elasticity of corn supply in Klaten Regency to corn production on the past year are elastic positive with value 1,083 and 1,108. It means that increasing of corn production on the past year is about 1% will increasing corn supply about 1,083% in short term and 1,108% in long term. The short term dan long term elasticity of corn supply in Klaten Regency to soybean price on the past year are inelastic negative with value -0,404 and -0,414. It means that increasing of soybean price on the year cultivation is about 1% will decreasing corn supply about -0,404% in short term and -0,414% in long term. The short term dan long term elasticity of corn supply in Klaten Regency to urea price on the year cultivation are inelastic negative with value -,0466 and -0,477. It means that increasing of urea price on the year cultivation is about 1% will decreasing corn supply about 0,466% in short term and 0,477% in long term.

Based on the result of research, to increase the supply of corn in Klaten Regency could by giving urea price by goverment, using great seed to increase the corn product, and controling the corn price to increasing farmer to cultivate the corn in Klaten Regency.


(15)

commit to user

xv

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Subsektor tanaman pangan mempunyai posisi strategis dan penting di dalam pembangunan pertanian sebagai penghasil makanan pokok yang tidak dapat disubtitusi secara sempurna oleh sektor ekonomi lainnya. Sementara itu, ketahanan pangan merupakan prasyarat utama bagi tercapainya ketahanan ekonomi maupun ketahanan politik, sehingga peningkatan produksi pangan untuk dapat mewujudkan pemulihan ekonomi dan mempertahankan swasembada merupakan upaya strategis untuk memantapkan ketahanan pangan sekaligus ketahanan nasional (Wibowo, 2000).

Tanaman pangan merupakan tanaman yang diperlakukan sebagai sumber makanan pokok yang terdiri dari padi dan palawija. Palawija berarti semua tanaman pertanian semusim yang ditanam pada lahan kering. Biasanya palawija berupa tanaman kacang-kacangan seperti kedelai dan kacang tanah, serealia selain padi seperti jagung dan umbi-umbian semusim seperti ketela pohon dan ubi jalar (Sujarwo, 2010).

Jagung merupakan komoditi penting bagi perekonomian masyarakat Indonesia. Hal ini tercermin dari tingkat kebutuhannya sepanjang tahun yang cukup besar. Kebutuhan akan jagung selain untuk konsumsi langsung juga merupakan bahan baku utama dalam industri peternakan. Sebagai salah satu bahan pangan masyarakat, jagung dapat digolongkan sebagai bahan makanan utama di Indonesia yang memiliki kedudukan sangat penting setelah kedelai yaitu sebagai sumber utama karbohidrat dan protein. Oleh sebab itu, jagung termasuk salah satu komoditas strategis dan bernilai ekonomis serta mempunyai peluang untuk dikembangkan (Mahdi, 2010).

Beberapa tahun terakhir kebutuhan jagung di dalam negeri terus meningkat. Hal ini seiring dengan meningkatnya kebutuhan pakan ternak industri peternakan yang pada akhirnya akan meningkatkan permintaan jagung sebagai


(16)

commit to user

xvi

campuran bahan pakan ternak. Selain bahan pakan ternak, saat ini juga berkembang produk bahan pangan dari jagung dalam bentuk tepung jagung di kalangan masyarakat. Produk tersebut banyak dijadikan bahan baku pembuatan produk pangan. Dengan meningkatnya permintaan jagung tersebut, tentu membuka peluang bagi petani untuk menanam jagung atau meningkatkan produksi jagungnya (Nugroho, 2010).

Tanaman jagung memiliki potensi usahatani di Kabupaten Klaten. Selain sebagai komoditas pertanian yang kedua diutamakan setelah padi, jagung juga termasuk tanaman palawija yang mempunyai produksi paling tinggi diantara tanaman palawija yang lain. Sebagaimana dijelaskan pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Klaten Tahun 2008

No. Tanaman Pangan Jumlah Produksi

(Ton)

1. Padi 359.389

2. Jagung 79.518

3. Kedelai 6.797

4. Kacang Tanah 2.460

5. Kacang Hijau 225

6. Ketela Pohon 51.783

7. Ubi Jalar 741

Sumber: BPS Kabupaten Klaten

Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa jagung menduduki urutan kedua tanaman pangan terbesar setelah padi. Jumlah produksi jagung tersebut dapat ditingkatkan dengan penambahan luas areal panen dan peningkatan produktivitas melalui penggunaan benih unggul. Adapun perkembangan jumlah produksi jagung di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan Jumlah Produksi Jagung di Kabupaten Klaten tahun 2004-2008

Tahun Jumlah Produksi (Ton)

Perkembangan

Ton %

2004 60.649 305 0,51

2005 61.681 1032 1,70


(17)

commit to user

xvii

2007 57.970 -2360 -3,91

2008 79.518 21548 37,17

Jumlah 320148 19174 32,92

Rata-rata 64029,6 3834,8 6,58

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Klaten, Dianalisis

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa dalam kurun waktu 2004-2008 jumlah produksi jagung di Kabupaten Klaten mengalami perkembangan sebesar 32,92% dengan perkembangan rata-rata sebesar 6,58%. Jumlah produksi terbesar terjadi pada tahun 2008 sebesar 79.518 ton dengan produksi terendah pada tahun 2007 sebesar 57.970 ton.

Selain jumlah produksi, tingkat harga juga memberikan pengaruh terhadap penawaran. Menurut Arsyad (1987), harga dan kuantitas yang ditawarkan memiliki hubungan yang positif. Dimana kenaikan jumlah produksi akan menaikan tingkat harga barang tersebut. Hal sebaliknya pun bisa terjadi dimana kenaikan harga barang dapat meningkatkan jumlah barang yang diproduksi. Adapun perkembangan harga jagung di Kabupaten Klaten selama lima tahun dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perkembangan Harga Jagung di Kabupaten KLaten tahun 2004-2008

Tahun Harga (Rp/Kg) Perkembangan

Rp/kg %

2004 1157 0 0,00

2005 1213 56 4,84

2006 1299 86 7,09

2007 1317 18 1,39

2008 2011 694 52,70

Jumlah 6997 854 66,02

Rata-rata 1399,40 170,8 13,20

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Klaten

Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa harga jagung di Kabupaten Klaten selama lima tahun terakhir mengalami kenaikan. Harga jagung di Kabupaten Klaten dari tahun 2004-2008 berkisar antara Rp. 1.157,00 - Rp. 2.011,00 per


(18)

commit to user

xviii

kilogram. Perkembangan terbesar terjadi pada tahun 2008 yaitu meningkat sebesar 52,70% atau Rp. 694,00 dari tahun 2007.

Terjadinya perubahan jumlah produksi, luas areal panen dan harga akan berpengaruh terhadap penawaran. Selain ketiga faktor tersebut juga terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi penawaran. Oleh karena itu, penelitian mengenai penawaran jagung di Kabupaten Klaten perlu dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi respon penawaran jagung di Kabupaten Klaten serta elastisitas penawarannya baik jangka pendek maupun jangka panjang.

B. Perumusan Masalah

Kebutuhan terhadap jagung terus meningkat seiring meningkatnya pemanfaatan jagung untuk pangan, pakan dan bahan baku industri. Hal tersebut meningkatkan permintaan jagung di Kabupaten Klaten. Menurut Sukirno (2006), semakin tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut ditawarakan oleh penjual. Sedangkan semakin rendah harga suatu barang, semakin sedikit jumlah barang tersebut ditawarkan.

Menurut Setyowati (2006), harga jagung sering mengalami fluktuasi yaitu harga akan turun saat panen dan naik saat paceklik. Harga yang lebih baik akan merangsang petani untuk meningkatkan produksi dan produktivitasnya sehingga dapat meningkatkan penawaran jagung itu sendiri. Tinggi rendahnya harga akan membantu petani dalam pengambilan keputusan apakah harus menambah luas areal panen jagung atau mengganti jagung dengan komoditi lain yang lebih menguntungkan.

Oleh karena itu, peningkatan jumlah produksi jagung di Kabupaten Klaten dapat dilakukan dengan penambahan luas areal panen jagung. Berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Klaten (2008), dalam kurun waktu 2004-2008 terjadi peningkatan luas areal panen jagung di Kabupaten Klaten dari 8.994 ha pada tahun 2004 menjadi 9.839 ha pada tahun 2008. Besarnya luas areal panen


(19)

commit to user

xix

tersebut masih dapat ditingkatkan terkait dengan luas areal pertanian di Kabupaten Klaten yang masih cukup besar.

Selain harga, jumlah produksi dan luas areal panen masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi penawaran jagung di Kabupaten Klaten. Menurut Soekartawi (1993), beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan penawaran adalah teknologi, harga input, harga produk yang lain, jumlah produsen, harapan produsen tehadap harga produksi di masa mendatang dan elastisitas produksi. Maka penelitian ini mengambil rumusan masalah sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi respon penawaran jagung di

Kabupaten Klaten?

2. Berapakah

tingkat kepekaan (elastisitas) penawaran jagung di Kabupaten Klaten?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi respon penawaran jagung di

Kabupaten Klaten.

2. Mengetahui tingkat kepekaan (elastisitas) penawaran jagung di Kabupaten

Klaten.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi pemerintah Daerah Kabupaten Klaten, hasil penelitian ini diharapkan

dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan terutama terkait dengan budidaya jagung.

2. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

tambahan informasi dan referensi dalam pengkajian pada masalah yang sama.

3. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan,

pengetahuan dan sebagai sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.


(20)

commit to user

xx

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang respon penawaran juga pernah dilakukan oleh

Martoyo et al (1986) pada komoditas tembakau dengan judul penelitian

Respon Penawaran Tembakau Rakyat di Daerah Kabupaten Temanggung Jawa Tengah, bertujuan untuk mengetahui beberapa variabel yang berpengaruh terhadap jumlah penawaran yaitu pengaruh harga komoditi tembakau pada musim tanam sebelumnya, pengaruh jumlah produksi komoditi tembakau pada musim tanam sebelumnya, pengaruh rata-rata jumlah curah hujan pada awal musim tanam, pengaruh luas areal tanam pada tahun

sebelumnya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

yaitu data luas areal tanam selama sebelas tahun terakhir, sedangkan data harga komoditas, jumlah produksi, dan curah hujan digunakan data selama sepuluh tahun terakhir. Dalam analisis penelitian ini digunakan model analisis Nerlovian respon penawaran. Berdasarkan tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 95% dalam penelitian ini dapat diketahui harga komoditas pada musim tanam sebelumnya, jumlah produksi komoditas pada musim tanam sebelumnya, rata-rata jumlah curah hujan pada musim tanam dan luas areal tanam pada musim tanam sebelumnya secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap jumlah penawaran, berdasarkan uji t harga komoditas pada

musim tanam sebelumnya (Pt-1) berpengaruh secara tidak nyata terhadap

jumlah penawaran, sedangkan jumlah produksi komoditas pada musim tanam

sebelumnya (Qt-1), rata-rata jumlah curah hujan pada awal musim tanam (Rt)

dan luas areal tanam pada musim tanam sebelumnya (At-1) berpengaruh nyata

terhadap jumlah penawaran.

Penelitian Setyowati (2006) tentang Analisis Penawaran Jagung Di

Kabupaten Wonogiri bertujuan menganalisis faktor-faktor yang


(21)

commit to user

xxi

mempengaruhi penawaran jagung di Kabupaten Wonogiri beserta tingkat elastisitasnya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode diskriptif.

Pengambilan daerah penelitian diambil secara purposive. Sedangkan data

yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder. Dari hasil analisis

diperoleh nilai koefisisen determinasi (R2) sebesar 72,30%. Besarnya nilai F

hitung yaitu 4,705 yang lebih besar dari F tabel yaitu 3,48 yang berarti semua variable yang digunakan dalam penelitian yaitu harga jagung pada tahun sebelumnya, rata-rata curah hujan, produksi jagung pada sebelumnya, harga kacang tanah pada tahun sebelumnya yang secara bersama-sama berpengaruh pada penawaran jagung di Kabupaten Wonogiri. Hasil dari analisis uji t mengindikasikan bahwa variable harga jagung sebelumnya dan produksi jagung tahun sebelumnya memiliki pengaruh secara nyata pada penawaran jagung di kabupaten Wonogiri. Berdasarkan nilai koefisisen regresi parsial variabel, produksi jagung di tahun sebelumnya memiliki standar koefisisen regresi parsial tertinggi (0,578) yang memberikan pengaruh terbesar terhadap penawaran jagung di Kabupaten Wonogiri. Elastisitas penawaran jagung di Kabupaten Wonogiri terhadap harga jagung tahun sebelumnya (0,670) dan produksi jagung pada tahun sebelumnya (0,546) dalam jangka pendek bersifat inelastis. Sedangkan elastisitas penawaran jangka panjang bersifat elastis terhadap harga jagung tahun sebelumnya (1,626) dan produksi jagung tahun sebelumnya (1,325).

Penelitian Nuryanti (2005) tentang Analisa Keseimbangan Sistem

Penawaran dan Permintaan Beras di Indonesia bertujuan untuk menganalisa stabilitas sistem keseimbangan penawaran dan permintaan beras di Indonesia serta dampak kebijakan harga dalam jangka pendek dan jangka panjang.

Analisa data menggunakan model keseimbangan Cobweb. Data yang

digunakan dalam kajian ini adalah data time series tahunan nasional selama 32

tahun, yaitu periode tahun 1969-2002. Hasilnya menunjukan bahwa dalam jangka pendek keseimbangan penawaran dan permintaan beras menjauhi


(22)

commit to user

xxii

keseimbangan, namun dalam jangka panjang kembali manuju keseimbangan. Implikasinya adalah bahwa kebijakan harga pada input dan output pertanian tidak mengganggu keseimbangan pasar beras Indonesia. Oleh karena itu kebijkana tersebut aman untuk diterapkan.

Penelitian Adenan (2007) yang berjudul Analisis Penawaran Palawija

di Provinsi Sumatera Selatan bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran jagung, ubi kayu dan kedelai di Sumatera Selatan.

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data time series (data dari

1989-2003). Data dianalis menggunakan model penawaran yang dinamis yang dikombinasikan dengan model penyesuaian parsial. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa penawaran jagung memiliki hubungan positif dengan harga jagung, harga ubi kayu, harga pupuk dan hubungan negatif dengan harga kedelai. Harga jagung, harga ubi kayu dan harga pupuk terbukti tidak signifikan mempengaruhi penawaran jagung. variabel-variabel bebas dalam fungsi penawaran ubi kayu dan kedelai terbukti tidak signifikan mempengaruhi penawaran ubi kayu dan penawaran kedelai.

Keempat penelitian terdahulu mendasari penulis untuk menerapkan model analisis data yang sama, yaitu model penyesuaian parsial Nerlove

respon penawaran dengan penerapan teori Cobweb menggunakan data time

series. Analisis data tersebut dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran jagung di Kabupaten Klaten dan elastisitas penawaran jagung di Kabupaten Klaten baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

2. Jagung

Jagung merupakan komoditas penting kedua setelah padi/kedelai. Akan tetapi, dengan berkembang pesatnya industri peternakan, jagung merupakan komponen utama (60%) dalam ransum pakan. Diperkirakan lebih dari 55% kebutuhan jagung dalam negeri digunakan untuk pakan, sedangkan untuk konsumsi pangan hanya sekitar 30%, dan selebihnya untuk kebutuhan industri


(23)

commit to user

xxiii

lainnya dan bibit. Dengan demikian, peran jagung sebetulnya sudah berubah lebih sebagai bahan baku industri dibanding sebagai bahan pangan (Kasryno et al, 2006).

Dari sisi pasar, potensi pemasaran jagung terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari semakin berkembangnya industri peternakan yang pada akhirnya akan meningkatkan permintaan jagung sebagai campuran bahan ternak. Selain bahan pakan ternak, saat ini juga berkembang produk pangan dari jagung dalam bentuk tepung jagung di kalangan masyarakat. Produk tersebut banyak dijadikan bahan baku untuk pembuatan produk pangan. Dengan gambaran potensi pasar jagung tersebut, tentu membuka peluang bagi petani untuk menanam jagung atau meningkatkan produksi jagungnya (Nugroho, 2010).

Secara garis besar, kegunaan jagung dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu :

a. Bahan pangan

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, jagung sudah menjadi konsumsi sehari-hari. Biasanya jagung dibuat dalam bentuk makanan seperti jagung, bubur jagung, jagung campur kedelai, dan banyak lagi makanan tradisional yang berasal dari jagung.

b. Bahan pakan ternak

Bagi sebagian besar peternak di Indonesia, jagung merupakan salah satu bahan campuran paka ternak. Bahkan di beberapa pedesaan jagung digunakan sebagai bahan pakan utama. Biasanya, jagung dicampur bersama bahan pakan lain seperti dedak, hijauan, dan tepung ikan. Pakan berbahan jagung umumnya diberikan pada ternak ayam, itik, dan puyuh.

c. Bahan baku industri

Di pasaran, banyak beredar produk olahan jagung yang umunya berasal dari industri skala rumah tangga hingga industri besar.


(24)

commit to user

xxiv

Seiring perjalanan waktu, jagung menjadi salah satu komoditas yang sangat penting dan paling terkait dengan industri besar. Selain untuk dikonsumsi sebagai sayuran, buah jagung juga dapat diolah menjadi aneka macam masakan. Selain itu, pipilan keringnya juga dimanfaatkan untuk pakan ternak. Kondisi budidaya jagung memiliki prospek yang sangat menjanjikan, baik dari segi permintaan dan harga jualnya. Terlebih lagi setelah ditemukan benih jagung hibrida yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan benih jagung biasa. Keunggulan tersebut antar lain, masa panennya lebih cepat, lebih tahan serangan hama dan penyakit, serta produktivitasnya lebih banyak (Redaksi Agromedia, 2008).

Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung ditanam sebagai pakan ternak, yaitu tongkol dan daunnya sebagai hijauan, bijinya dapat dibuat menjadi minyak atau dibuat menjadi tepung jagung atau maizena, dan tepung biji serta tepung tongkolnya dapat menjadi bahan baku industri. Tongkol jagung kaya akan pentonat yang dapat dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi (Prahasta, 2009).

Keuntungan bertanam jagung ternyata sangat besar. Selain biji sebagai hasil utama, batang jagung merupakan bahan pakan ternak yang potensial. Dengan demikian, dalam pengusahaan jagung selain mendapat biji atau tongkol jagung, masih ditambah lagi dengan brangkasnya yang juga memiliki nilai ekonomi tinggi. Dari segi pengolahan, keuntungan bertanam jagung adalah kemudahan dalam budidaya. Tanaman jagung merupakan tanaman yang tidak membutuhkan perawatan intensif dan dapat ditanam di hampir semua jenis tanah. Risiko kegagalan bertanamn jagung umunya sangat kecil dibandingkan tanaman palawija lainnya (Purwono dan Hartono, 2009).

Permintaan jagung meningkat sebesar 5,2% per tahun yang berasal dari pertumbuhan penduduk sebesar 1,8% per tahun dan pertumbuhan konsumsi per kapita 3,3%. Sementara produksi jagung dalam negeri meningkat 4,69%


(25)

commit to user

xxv

per tahun yang berasal dari pertumbuhan luas areal sebesar 0,95% dan pertumbuhan produktivitas sebesar 3,70%. Namun, hingga saat ini produksi jagung di dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan, sehingga sebagian diimpor dari beberapa Negara produsen. Dengan demikian, kedepan produksi jagung dalam negeri perlu terus dipacu agar mampu memenuhi

kebutuhan dalam negeri (Anonim, 2009a).

3. Respon Penawaran

Konsep penawaran digunakan untuk menunjukan keinginan para penjual (produsen) di suatu pasar. Jumlah barang yang ditawarkan seorang penjual berhubungan dengan banyak faktor. Harga yang ditawarkan, harga-harga input yang digunakan untuk memproduksi barang tersebut, harapan pada masa datang, harga barang-barang lainnya yang dihasilkan oleh penjual tersebut merupakan variabel-variabel penting dalam fungsi penawaran (Arsyad, 1987).

Penawaran adalah banyaknya komoditas pertanian yang ditawarkan oleh produsen atau penjual. Sedangkan hukum penawaran pada dasarnya menyatakan makin tinggi harga suatu barang, makin banyak jumlah barang tersebut yang akan ditawarkan oleh produsen/penjual, dengan anggapan faktor-faktor lain tidak berubah (Daniel, 2004).

Hukum penawaran merupakan suatu dalil/rumusan yang menerangkan hubungan antara tingkat harga dan kuantitas barang yang ditawarkan. Hubungan tersebut adalah semakin tinggi harga maka semakin banyak kuantitas yang ditawarkan. Sebaliknya, jika semakin rendah harga suatu barang maka semakin sedikit jumlah barang tersebut ditawarkan. Secara grafis hubungan ini digambarkan oleh kurva penawaran (Sukirno, 2006).

Kurva penawaran memperlihatkan apa yang terjadi dengan kuantitas barang yang ditawarkan ketika harganya berubah, dengan menganggap seluruh faktor penentu lainnya konstan. Jika satu dari faktor-faktor tersebut berubah, kurva penawaran akan bergeser (Mankiw, 2000).


(26)

commit to user

xxvi Gambar 1. Kurva Penawaran

Pergeseran kurva penawaran berarti pada setiap harga akan ditawarkan jumlah yang berbeda daripada jumlah sebelumnya. Kenaikan jumlah yang ditawarkan akan menunjukan pergeseran kurva kearah kanan. Sebaliknya, penurunan jumlah yang ditawarkan pada tiap tingkat harga diwujudkan dalam pergeseran kurva penawaran ke kiri. Pergeseran kurva penawaran tentunya merupakan akibat dari perubahan salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah yang ditawarkan, kecuali harga komoditi itu sendiri (Lipsey, 1990).

Fungsi penawaran adalah suatu fungsi yang menyatakan hubungan antara produksi atau jumlah produksi yang ditawarkan dengan harga, menganggap faktor lain sebagai teknologi dan harga input yang digunakan adalah tetap. Penawaran individu adalah penawaran yang disediakan oleh individu produsen, diperoleh dari produksi yang dihasilkan. Besarnya jumlah produksi yang ditawarkan ini akan sama dengan jumlah permintaan, sedangkan penawaran agregat ini merupakan penjumlahan penawaran individu (Soekartawi, 1993).

Menurut Ghatak dan Ingersent (1984), dalam ilmu ekonomi respon penawaran pada suatu negara yang sedang berkembang diartikan sebagai variasi dari hasil pertanian dan luas areal panen dan berkaitan pula dengan

Harga (P) Penawaran (S)


(27)

commit to user

xxvii

variasi harga. Q merupakan banyaknya hasil pertanian dan P mengindikasikan tingkatan harga, W adalah keadaan cuaca (seperti curah hujan), A adalah luas areal panen dan t merupakan suatu periode waktu. Secara sederhana fungsi respon penawaran dapat ditulis :

Qt = f (Pt-1, At, Wt,Ut)...(1)

Dimana Pt-1 sangat mewakili harga yang diharapkan dan Ut adalah istilah eror pada statistik. Seperti respon penawaran menandai pada banyaknya hasil pertanian akan bergantung pada harga produk yang bersangkutan pada waktu sebelumnya, luas areal panen pada waktu bersangkutan dan tingkat curah hujan pada waktu tersebut ditambah dengan variabel pengganggu lain yang ditulis dengan huruf Ut.

Menurut Nerlove (1958) cit Ghatak dan Ingersent (1984), respon

penawaran dapat diasumsukan ekuivalen dari respon areal panen yang disebabkan oleh perubahan faktor ekonomi dan faktor non ekonomi sehingga bentuk fungsinya dapat ditulis sebagai berikut :

At = f (Pt-1, Wt, Ut)...(2)

Oleh Nerlove (1958) cit Ghatak dan Ingersent (1984), rumus diatas

dikembangkan yaitu dengan memasukan unsur dinamis dari fungsi penawaran, sehingga bentuk fungsinya dapat ditulis sebagai berikut :

A*t = b0 + b1Pt-1 + b2Wt + b3Qt-1 + e...(3)

Dimana :

A*t : penawaran jangka panjang

b0 : konstanta

b1-b3 : koefisien regresi

Pt-1 : harga komoditi pada tahun tanam sebelumnya

Wt : rata-rata curah hujan tahunan


(28)

commit to user

xxviii

Oleh karena A*t tidak dapat diketahui secara langsung, maka Nerlove

membuat hipotesis yang disebut “partial adjusment or stock adjusment

hypothesis” sebagai berikut :

At – At-1 = λ (A*t – At-1)...(4)

Persamaan tersebut menyatakan bahwa perubahan yang sebenarnya (actual change) dalam jumlah penawaran dalam suatu periode waktu tertentu t merupakan pecahan dari perubahan yang diinginkan untuk periode tersebut. Persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :

At = λ A*t + (1 – λ) At-1...(5) Keterangan :

At – At-1 : perubahan penawaran sebenarnya pada tahun t

A*t – At-1 : perubahan penawaran yang diinginkan pada tahun t

λ : koefisien penyesuaian nilainya adalah 0 < λ < 1

Untuk menaksir atau mengestimasi fungsi penawaran pada persamaan (3) disubtitusikan dalam persamaan (5), maka akan diperoleh persamaan sebagai berikut :

At = λ (b0 + b1Pt-1 + b2Wt + b3Qt-1 + e) + (1 – λ)At-1

Atau

At = λ b0 + λ b1Pt-1 + λ b2Wt + λ b3Qt-1 + λ e + (1 – λ)At-1...(6) Untuk keperluan estimasi bentuk diatas disederhanakan menjadi : At= λ b0 + λ b1Pt-1 + λ b2Wt + λ b3Qt-1 + b4At-1 + λ e...(7)

Selanjutnya ke dalam persamaan (7) ditambahkan variabel bebas lain

yaitu harga kedelai sebagai produk subtitusi (Pst-1) dan harga pupuk urea (Purea

t) sebagai harga barang input yang diduga berpengaruh dalam penelitian,

sedangkan rata-rata curah hujan (Wt) dikeluarkan dari model karena secara

statistik dan ekonometri variabel tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap penawaran jagung di Kabupaten Klaten, sehingga terbentuk persamaan baru menjadi :


(29)

commit to user

xxix

At= λ b0 + λ b1Pt-1 + λ b2Qt-1 + b3At-1 + λ b4Pst-1+ λ b5Purea t + λ

e...(8)

Persamaan (8) merupakan hasil analisis dinamis short run dengan

bentuk persamaan regresi linear berganda. Untuk memudahkan estimasi,

persamaan (8) ditrnsformasikan ke dalam bentuk logaritma natural yang

dapat ditulis menjadi:

Ln At = λ b0 + λ ln b1 Pt-1 + λ ln b2 Qt-1 + ln b3 At-1 + λ ln b4 Pst-1 + λ ln b5 Purea t + λ ln e

Keterangan :

At : penawaran pada tahun t (ha)

Pt-1 : harga komoditi pada tahun sebelumnya (Rp/kg)

Qt-1 : jumlah produksi pada tahun sebelumnya (ton)

Pst-1 : harga komoditas subtitusi pada tahun sebelumnya (Rp/kg)

At-1 : luas areal panen pada tahun sebelumnya (ha)

b0 : konstanta

λ b1– λ b6 : koefisien regresi dari variabel bebas

λ : koefisien penyesuaian

e : error / kesalahan pengganggu

Menurut Soekartawi (1993), beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan penawaran adalah :

a. Teknologi

Adanya perbaikan teknologi, misalnya penggunaan teknologi baru sebagai pengganti teknologi lama, maka produksi akan semakin meningkat. Tentu saja penggunaan teknologi ini mungkin memerlukan biaya produksi yang relatif tinggi, memerlukan kesempatan khusus, dan sebagainya. Tetapi bila keteratasan ini dapat dipecahkan maka produksi akan semakin besar.


(30)

commit to user

xxx

Besar kecilnya harga input juga akan mempengaruhi besar kecilnya jumlah input yang akan dipakai. Bila harga faktor produksi (input) turun, maka petani akan cenderung membelinya pada jumlah yang lebih besar. Dengna demikian dari penggunaan faktor produksi yang biasanya dalam jumlah yang terbatas, maka dengan adanya penambahan penggunaan faktor produksi (sebagai akibat dari turunnya harga faktor produksi), maka produksi akan meningkat.

c. Harga produksi yang lain

Harga produksi yang lain adalah adanya perubahan harga produksi alternatif. Pengaruh perubahan harga produksi alternatif ini, akan menyebabkan terjadinya jumlah produksi yang semakin meningkat atau sebaliknya semakin menurun. Misalnya, petani yang sudah terbiasa mengusahakan tanaman kedelai dan jagung dalam suatu lahan tertentu. Karena petani ini mempunyai anggapan bahwa harga jagung baik pada masa panen yang lalu dan juga di masa mendatang cenderung turun, maka ia mengambil keputusan untuk lebih banyak menanam kedelai daripada menanam jagung.

d. Jumlah produsen

Seringkali karena adanya rangsangan harga untuk komoditi pertanian tertentu, maka petani cenderung untuk mengusahakan tanaman tersebut. misalnya, dari yang semula produsen tanaman sayur-sayuran kemudian karena harga tanaman cengkeh cukup tinggi, maka perubahan dari petani sayur ke patani cengkeh. Dengan kata lain, dengan bertambahnya produsen tanaman cengkeh, maka produksi atau barang yang ditawarkan menjadi bertambah.

e. Harapan produsen terhadap harga produksi di masa mendatang

Seringkali juga ditemukan suatu peristiwa petani meramal besar harga di masa mendatang, apakah harga suatu komoditi akan menaik atau


(31)

commit to user

xxxi

menurun. Hal ini disebabkan karena pengalaman yang mereka punyai selama beberapa tahun mengusahakan komoditi tersebut.

f. Elastisitas produksi

Pengertian elastisitas produk adalah perubahan produksi karena adanya perubahan harga produksi tersebut.

Salah satu penerapan analisis supply-demand adalah untuk menjelaskan

mengapa harga beberapa barang pertanian dan peternakan menunjukan fluktuasi tertentu dari musim ke musim. Salah satu sebab dari fluktuasi tersebut adalah adanya reaksi “terlambat” dari pihak produsen terhadap harga (Boediono, 2000).

Menurut Gujarati (2008), time lag (tenggang waktu) terjadi karena

alasan-alasan sebagai berikut:

1) Alasan psikologis, adalah adanya hambatan untuk segera melakukan

perubahan karena terbiasa (habit) dengan perilaku lama. Faktor

kelembaman (inersia) dalam menyesuaikan diri akan muncul. Seperti,

perubahan yang melibatkan adopsi teknologi baru yang secara tradisional teknologi ini tidak digunakan.

2) Alasan teknis atau juga perlunya penyesuaian parsial, apabila terjadi

perubahan harga faktor produksi petani memerlukan waktu untuk melakukan subtitusi input dan ini membutuhkan tenggang waktu.

3) Alasan kelembagaan, dengan adanya perjanjian/kontrak/aturan yang

harus ditepati oleh petani sehingga selama masa kontrak seluruh pihak yang terlibat di dalamnya harus menaati perjanjian tersebut. seperti alokasi sumberdaya pertanian yang baru, dapat dilakukan setelah perjanjian selesai.

Menurut Mubyarto (1995), reaksi petani untuk mengurangi jumlah luas tanam pada proses produksi tahun berikutnya akan menyebabkan terjadinya pergeseran ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar. Sebagaimana diketahui barang pertanian mengalami keterlambatan


(32)

commit to user

xxxii

waktu (time lag) untuk menyesuaikan diri dengan perminataan pasar, oleh

sebab itu berlaku teori Cobweb.

4. Teori Cobweb

Produsen akan mendasarkan rencana produksinya atas dasar harga pada waktu yang lalu sehingga produksi yang dihasilkan merupakan fungsi harga yang lalu. Dorongan untuk menambah produksi diciptakan dengan jaminan akan harga yang lebih tinggi bagi petani melebihi tingkat harga pada tahun yang lalu. Tingkat harga yang tinggi inilah memberikan dorongan untuk meluaskan produksi. Hal ini akan menyebabkan terjadinya fluktuasi harga dan produksi pertanian. Hubungan antara fluktuasi harga dan produksi dijelaskan dalam teori Cobweb yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Kasus I : siklus yang mengarah pada fluktuasi yang jaraknya tetap

(Elastisitas permintaan = Elastisitas penawaran)

Kasus II : siklus yang mengarah pada titik keseimbangan (converge)

(Elastisitas permintaan > Elastisitas penawaran)

Kasus III : siklus yang mengarah pada eksplosi harga yaitu berfluktuasi

dengan jarak yang makin membesar (Elastisitas permintaan < Elastisitas penawaran)

(Martoyo et al, 1983).

Teori Cobweb adalah yang paling sesuai dalam hal barang yang tidak

dapat disimpan. Gelombang produksi sejenis cobweb juga dipengaruhi lamanya periode produksi. Jenis barang yang memerlukan suatu periode produksi yang pendek, dimana produsen dengan cepat dapat keluar dan masuk produksi biasanya mengalami gelombang produksi dan harga yang lebih hebat daripada jenis barang yang mempunyai periode produksi yang panjang (Bishop dan Toussaint, 1979).

Hubungan antara siklus harga dan produksi pertanian merupakan kasus


(33)

commit to user

xxxiii

ini pada dasarnya menerangkan siklus harga dan produksi yang naik turun

dalam jangka waktu tertentu. Kasus Cobweb ini dapat dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Siklus yang mengarah pada fluktusi yang jaraknya tetap.

b. Siklus yang mengarah pada titik keseimbangan, dan

c. Siklus yang mengarah pada eksplosi harga, yaitu yang berfluktuasi

dengan jarak yang semakin membesar.

Gambar 2. Kasus Cobweb

Asumsi yang dipakai dalam Cobweb Theorem adalah :

1) Adanya persaingan sempurna dimana semata-mata penawaran ditentukan

oleh reaksi produsen perseorangan terhadap harga. Harga ini oleh setiap produsen dianggap tidak akan berubah dan produsen juga menganggap jumlah produksinya tidak akan memberikan pengaruh yang berarti terhadap pasar.

2) Periode produksi memerlukan waktu tertentu, sehingga penawaran tidak

dapat secara langsung bereaksi terhadap harga tetapi diperlukan jangka waktu tertentu.

3) Harga ditentukan oleh jumlah barang yang datang ke pasar dan harga itu


(34)

commit to user

xxxiv

Dalam kasus I pada gambar 2 kasus Cobweb harga keseimbangan

adalah Rp 30, dan jumlah keseimbangan juga 30. Tiba-tiba karena suatu sebab, misalnya adanya penyakit, jumlah yang dipasarkan turun menjadi 20 dan ini mendorong harga naik menjadi Rp 40. Pada harga ini produsen mulai menambah produksi barangnya dan setelah lampau periode produksi maka jumlah barang yang lebih banyak (40) yang sampai ke pasar menyebabkan jatuhnya lagi harga menjadi Rp 20, harga yang jatuh ini mendorong pengurangan produksi menjadi 20 lagi dan seterusnya siklus berputar lagi. Dalam kasus II harga keseimbangan adalah sama yakni Rp 30. Namun begitu setelah periode I harga naik menjadi Rp 40, maka produksi diperbesar tetapi tidak sebesar dalam kasus I melainkan hanya Rp 35. Ini menyebabkan harga turun tetapi juga tidak sebesar kasus I (Rp 25). Penurunan ini juga menyebakan produsen juga memperkecil produksinya (27,5) lagi dan demikian seterusnya. Perbedaan terpenting dari kasus I dan kasus II adalah kurang elastisnya kurva penawaran pada kasus II. Hal ini menyebabkan siklus menjurus kepada harga keseimbangan yang lama (Rp30). Pada kasus III kurva penawarannya elastis sekali, sehingga penambahan produksi sebagai reaksi atas kenaikan harga relatif besar dan ini menyebabkan siklus menjurus kearah eksplosi. Atau dengan kata lain bahwa siklus akan menjadi stabil bila angka elastisitas permintaan sama dengan angka elastisitas penawaran, menyatu (converge) bila lebih besar dan meledak (explode) bila lebih kecil (Mubyarto, 1995).

Ketiga kasus cobweb ini mungkin sukar ditemukan dalam praktek, namun perilaku dan reaksi petani pada umumnya termasuk di Indonesia memang serupa itu. Kalau harga komoditas x naik maka petani menjadi terlalu optimis dan petani di seluruh desa serentak menanam tanaman x dengan harapan harga akan terus naik. Namun pada saat panen yang serentak ternyata harga x jatuh, semua menderita rugi dan tidak ada petani yang menanam tanaman x musim berikutnya. Dan ini menyebabkan harga tanaman


(35)

commit to user

xxxv

x naik tinggi sekali pada musim berikutnya karena jumlah yang ditawarkan ke pasar sangat sedikit (Mubyarto, 1995).

5. Elastisitas Penawaran

Elastisitas penawaran adalah perbandingan antara persentase perubahan jumlah barang yang ditawarkan terhadap persentase perubahan harga, dengan pengertian dan anggapan bahwa harga merupakan satu-satunya faktor penyebab dan faktor lain dianggap tetap (Mubyarto, 1989).

Makin besar angka elastisitas ini makin besar elastisitas penawaran, artinya perubahan harga yang relative kecil mengakibatkan jumlah barang yang ditawarkan relative besar. Elastisitas harga atau harga yang ditawarkan adalah nol (0) bila kurva penawaran merupakan garis vertikal (harga tidak berpengaruh pada jumlah yang ditawarkan, tak terhingga bila kurva penawaran berbentuk horizontal yang berarti bahwa jumlah yang ditawarkan tidak terbatas pada harga tertentu (Mubyarto, 1989).

Pada elastisitas penawaran terdapat lima golongan elastisitas, yaitu:

a. Elastisitas sempurna

Elastisitas sempurna terwujud apabila penjual bersedia menjual semua barangnya pada suatu harga tertentu, kurva penawaran sejajar dengan sumbu datar.

b. Elastis

Kurva penawaran elastis terwujud apabila perubahan harga menyebabkan perubahan yang relative besar terhadap penawaran.

c. Elastis uniter

Elastis uniter terwujud apabila kurva penawaran bermula dari titik nol.

d. In elastis

Kurva penawaran tidak elastis terwujud apabila perubahan harga menyebabkan perubahan yang relative kecil terhadap penawaran.


(36)

commit to user

xxxvi

e. In elastis sempurna

Kurva penawaran tidak elastis sempurna terwujud apabila penjual sama sekali dapat menambah penawaran walaupun harga bertambah tinggi, perubahan harga menimbulkan perubahan yang relatif kecil terhadap penawaran.

Dalam elastisitas penawaran ada dua istilah elastisitas jangka pendek dan elastisitas jangka panjang. Hal ini berhubungan erat dengan pengaturan kembali dalam penyaluran kembali sumber-sumber ekonomi yang dikuasai petani. Dalam jangka pendek maka petani secara perorangan mengadakan pengaturan kembali. Tetapi dalam jangka panjang keseluruhan industri pertanian dapat mengadakan penyesuaian (Mubyarto, 1989).

Penawaran dalam jangka panjang cenderung lebih elastis atau mudah berubah ketimbang penawaran dalam jangka pendek. Ini mudah dipahami karena dalam jangka pendek para produsen akan kesulitan menambah atau mengurangi kuantitas produksinya. Dengan demikian, kuantitas penawaran dalam jangka pendek tidaklah terlalu peka terhadap perubahan harga. Seandainya rentang waktunya panjang, para pengusaha akan dapat membuat pabrik baru, menambah pekerja, atau memperbesar fasilitas produksi ketika harga meningkat, atau sebaliknya menutup pabrik atau mengurangi pekerja demi menurunkan produksi pada saatnya harganya tengah merosot. Itu berarti dalam jangka panjang, kuantitas penawaran bersifat peka/elastis terhasap perubahan harga (Mankiw, 2000).

Gambar 3. Elastisitas Penawaran Elastis

Elastisitas Sempurna In Elastis Sempurna

Q P

In Elastis

0


(37)

commit to user

xxxvii B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang memiliki peranan strategis dan bernilai ekonomis serta memiliki peluang untuk dikembangkan, karena kedudukannya sebaagi sumber utama karbohidrat dan protein setelah kedelai, bahan baku industri pangan, industri pakan, dan bahan bakar. Di Kabupaten Klaten jagung memiliki potensi yang cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat harga jagung yang terus meningkat dan fluktuasi yang terjadi pada luas areal panen serta jumlah produksi dalam kurun waktu lima tahun.

Menurut Yotopoulos dan Nugent (1976), tujuan mempelajari respon penawaran yaitu untuk menguji bagaimana output berhubungan dengan salah satu faktor-faktor penting seperti harga, teknologi, dan cuaca. Sedangkan menurut McEachern (2000), penawaran adalah hubungan antara harga dan jumlah barang yang ditawarkan. Secara lebih spesifik, penawaran menunjukkan seberapa banyak produsen suatu barang mau dan mampu menawarkan per periode pada berbagai kemungkinan tingkat harga, hal lain diasumsikan konstan (cateris paribus). Hukum penawaran menyatakan bahwa jumlah yang ditawarkan biasanya secara langsung berhubungan dengan harganya, hal lain diasumsikan konstan.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian respon penawaran jagung di Kabupaten Klaten ini menggunakan model penyesuaian parsial Nelove yang secara sederhana dapat ditulis :

Qt = f (Pt-1, At, Wt, Ut)...(1)

Dimana Pt-1 mewakili harga jagung yang diharapkan dan Ut adalah istilah

eror pada statistik. Seperti respon penawaran menandai pada banyaknya hasil pertanian akan bergantung pada harga produk yang bersangkutan pada waktu sebelumnya, luas areal panen pada waktu bersangkutan dan tingkat curah hujan pada waktu tersebut ditambah dengan variabel pengganggu lain yang ditulis


(38)

commit to user

xxxviii

Menurut Nerlove (1958) cit Ghatak dan Ingersent (1984), respon

penawaran dapat diasumsikan ekuivalen dari respon areal panen yang disebabkan oleh perubahan faktor ekonomi dan faktor non ekonomi sehingga bentuk fungsinya dapat ditulis sebagai berikut :

At = f (Pt-1, Wt, Ut)...(2)

Selanjutnya rumus diatas dikembangkan yaitu dengan memasukan unsur dinamis dari fungsi penawaran, sehingga bentuk fungsinya dapat ditulis sebagai berikut :

A*t = b0 + b1Pt-1 + b2Wt + b3Qt-1...(3)

Dimana :

A*t : penawaran jangka panjang

b0 : konstanta

b1-b3 : koefisien regresi

Pt-1 : harga jagung pada tahun tanam sebelumnya

Wt : rata-rata curah hujan tahunan

Qt-1 : jumlah produksi jagung pada tahun tanam sebelumnya

Oleh karena A*t tidak dapat diketahui secara langsung, maka Nerlove

membuat hipotesis yang disebut “partial adjusment or stock adjusment

hypothesis” sebagai berikut :

At – At-1 = λ (A*t – At-1)...(4)

Persamaan tersebut menyatakan bahwa perubahan yang sebenarnya (actual

change) dalam jumlah penawaran dalam suatu periode waktu tertentu t merupakan pecahan dari perubahan yang diinginkan untuk periode tersebut. Persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :

At = λ A*t + (1 – λ) At-1...(5)

Keterangan :

At – At-1 : perubahan penawaran sebenarnya pada tahun t

A*t – At-1 : perubahan penawaran yang diinginkan pada tahun t


(39)

commit to user

xxxix

Untuk menaksir atau mengestimasi fungsi penawaran pada persamaan (3) disubtitusikan dalam persamaan (5), maka akan diperoleh persamaan sebagai berikut :

At = λ (b0 + b1Pt-1 + b2Wt + b3Qt-1+ b4Pst-1 + b5Purea t + e) + (1 – λ)At-1

Atau

At = λ b0 + λ b1Pt-1 + λ b2Wt + λ b3Qt-1 + λ e + (1 – λ)At-1...(6) Untuk keperluan estimasi bentuk diatas disederhanakan menjadi : At= λ b0 + λ b1Pt-1 + λ b2Wt + λ b3Qt-1 + b4At-1 + λ e...(7)

Selanjutnya ke dalam persamaan (7) ditambahkan variabel bebas lain yaitu

harga kedelai sebagai produk subtitusi (Pst-1) dan harga pupuk urea (Purea t)

sebagai harga barang input yang diduga berpengaruh dalam penelitian,

sedangkan rata-rata curah hujan (Wt) dikeluarkan dari model karena secara

statistik dan ekonometri variabel tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap penawaran jagung di Kabupaten Klaten, sehingga terbentuk persamaan baru menjadi :

At= λ b0 + λ b1Pt-1 + λ b2Qt-1 + b3At-1 + λ b4Pst-1+ λ b5Purea t+ λ e...(8)

Persamaan (8) merupakan hasil analisis dinamis short run dengan bentuk

persamaan regresi linear berganda. Untuk memudahkan estimasi, persamaan (8)

ditrnsformasikan ke dalam bentuk logaritma natural yang dapat ditulis menjadi:

Ln At = λ b0 + λ ln b1 Pt-1 + λ ln b2 Qt-1 + ln b3 At-1 + λ ln b4 Pst-1 + λ ln b5 Purea t + λ ln e

Keterangan :

At : penawaran pada tahun t (ha)

Pt-1 : harga komoditi pada tahun sebelumnya (Rp/kg)

Qt-1 : jumlah produksi pada tahun sebelumnya (ton)

Pst-1 : harga komoditas subtitusi pada tahun sebelumnya (Rp/kg)

At-1 : luas areal panen pada tahun sebelumnya (ha)

b0 : konstanta


(40)

commit to user

xl

λ : koefisien penyesuaian

e : error / kesalahan pengganggu

Berdasarkan pada variabel-variabel yang berpengaruh pada penawaran, maka diduga variabel-variabel yang mempengaruhi respon penawaran jagung di Kabupaten Klaten adalah sebagai berikut :

a. Harga jagung pada tahun sebelumnya

Semakin tinggi harga jual suatu barang semakin banyak jumlah harga tersebut yang akan ditawarakan di pasar. Sebab harga yang lebih tinggi memberikan keuntungan yang lebih tinggi kepada produsen dan ini cenderung untuk merangsang mereka berproduksi lebih banyak dan menarik produsen-produsen baru di dalam usaha ini (Boediono, 2000).

b. Jumlah produksi jagung pada tahun sebelumnya

Besarnya jumlah produksi jagung akan mempengaruhi tingkat harga jagung. Jika jumlah produksi tahun sebelumnya rendah akan menurunkan harga pada tahun tanam sehingga petani enggan untuk membudidayakan jagung pada tahun berikutnya.

c. Luas areal panen jagung pada tahun sebelumnya

Luas areal panen jagung akan menentukan jumlah produksi yang dihasilkan. Peningkatan luas areal panen pada tahun sebelumnya akan meningkatkan jumah produksi yang akan menaikan penawaran jagung, sehingga petani akan merespon kondisi ini dengan meningkatkan luas areal panen pada tahun tanam.

d. Harga kedelai pada tahun sebelumnya

Menurut Suranto (2011), tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Sebagai barometer iklim yang cocok bagi kedelai adalah bila cocok bagi tanaman jagung. Kesesuaian syarat tumbuh tersebut menjadi alasan kedelai dipilih sebagai komoditas subtitusi. Pengaruh perubahan harga kedelai akan menyebabkan terjadinya perubahan jumlah produksi jagung yang semakin meningkat atau justru akan menurun.


(41)

commit to user

xli

Perubahan jumlah produksi selanjutnya akan mempengaruhi penawaran jagung

e. Harga pupuk urea pada tahun tanam

Menurut Soekartawi (1993), faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran produk pertanian adalah harga produk, harga input, teknologi, harapan produsen terhadap harga di masa mendatang, jumlah produsen, dan harga produksi lain. Bila harga pupuk urea turun maka petani akan cenderung membelinya pada jumlah yang relatif besar. Penambahan faktor produksi tersebut akan meningkatkan produksi jagung yang dapat meningkatkan penawaran jagung.


(42)

commit to user

xlii C. Hipotesis

Gambar 4. Alur Kerangka Berfikir Respon Penawaran Jagung di Kabupaten Klaten

Model Nerlove Supply

Response yang Disesuaikan

Jagung di Kabupaten Klaten

Respon Penawaran Jagung di Kabupaten Klaten

Pendekatan Luas Areal Panen

Elastisitas Penawaran

Jangka Pendek Jangka Panjang

1. Harga jagung pada tahun sebelumnya

2. Jumlah produksi jagung pada tahun

sebelumnya

3. Harga kedelai pada tahun sebelumnya

4. Harga pupuk urea pada tahun t


(43)

commit to user

xliii

1. Diduga bahwa harga jagung pada tahun sebelumnya, jumlah produksi jagung

pada tahun sebelumnya, luas areal panen pada tahun sebelumnya, harga kedelai pada tahun sebelumnya, dan harga pupuk urea pada tahun tanam secara bersama-sama mempengaruhi penawaran jagung di Kabupaten Klaten.

2. Diduga bahwa harga jagung pada tahun sebelumnya, jumlah produksi jagung

pada tahun sebelumnya, luas areal panen pada tahun sebelumnya, harga kedelai pada tahun sebelumnya, dan harga pupuk urea pada tahun tanam secara individu mempengaruhi penawaran jagung di Kabupaten Klaten.

3. Diduga bahwa elastisitas penawaran jagung di Kabupaten Klaten dalam

jangka pendek yaitu inelastis dan dalam jangka panjang yaitu elastis.

D. Asumsi

1. Keadaan pasar dalam persaingan sempurna.

2. Luas areal tanam jagung sama dengan luas areal panen jagung.

3. Varietas jagung yang dihasilkan sama yaitu jagung hibrida.

4. Variabel lain dalam penelitian yang tidak termasuk dalam model tercakup

dalam eror.

5. Ketidakpastian dalam usahatani ditiadakan, daerah penelitian ini dalam

keadaan normal tanpa adanya serangan hama dan penyakit yang dapat menurunkan produksi jagung dalam jumlah besar.

E. Definisi Operasional Variabel

1. Penawaran jagung (At) adalah jumlah jagung yang ditawarkan oleh petani

pada suatu harga tertentu. Dalam penelitian ini penawaran jagung di Kabupaten Klaten diukur berdasarkan luas areal panen jagung yang dinyatakan dalam satuan hektar (Ha).

2. Harga jagung pada tahun sebelumnya (Pt-1) adalah sejumlah uang yang


(44)

commit to user

xliv

yang dinyatakan dalam satuan Rp/kg. Harga yang digunakan adalah harga riil. Harga riil merupakan harga yang sudah terdeflasi.

Harga terdeflasi dapat dicari dengan menggunakan rumus: Hs

x Ihkt Ihkd

Hx =

Keterangan:

Hx : harga barang terdeflasi (Rp/kg)

IHKd : indeks harga konsumen pada tahun dasar (2002=100)

IHKt : indeks harga konsumen pada tahun t

Hs : harga barang sebelum terdeflasi (Rp/kg)

Tahun 2002 dipilih sebagai tahun dasar, dengan pertimbangan :

a. Keadaan perekonomian relative stabil. Tahun dengan kondisi

perekonomian yang tidak stabil, harga berfluktuasi dengan hebat dan kebiasaan membeli konsumen tidak menentu, tidak bisa dijadikan sebagai tahun dasar.

b. Tahun dasar tidak terlalu jauh dari tahun yang hendak

diperbandingkan

3. Jumlah produksi jagung pada tahun sebelumnya (Qt-1) adalah jumlah jagung

yang dihasilkan dari usahatani jagung di Kabupaten Klaten yang ditawarkan pada tahun sebelumnya, dinyatakan dalam satuan Ton.

4. Luas areal panen pada tahun sebelumnya (At-1) merupakan total areal yang

menghasilkan jagung di Kabupaten Klaten pada tahun sebelumnya, dinyatakan dalam satuan hektar (Ha).

5. Harga kedelai sebagai barang subtitusi pada tahun sebelumnya (Pst-1) adalah

sejumlah uang yang dibayarkan untuk mendapat satu kilogram kedelai pada tahun sebelumnya dan merupakan harga riil karena sudah dideflasikan dan dinyatakan dalam satuan Rp/kg.

6. Harga pupuk urea sebagai barang input pada tahun tanam (Purea t) merupakan


(45)

commit to user

xlv

dengan menggunakan harga riil pada tahun tanam yang dinyatakan dalam satuan Rp/kg.

7. Elastisitas penawaran merupakan perubahan besarnya penawaran jagung di

Kabupaten Klaten yang diakibatkan perubahan variabel bebas yang digunakan dalam penelitian.

8. Elastisitas penawaran jangka pendek merupakan elastisitas penawaran jagung

dalam jangka pendek dimana petani kurang responsif untuk menyesuaikan jumlah barang yang ditawarkan secara cepat sebagai respon dari perubahan harga.

9. Elastisitas penawaran jangka panjang merupakan elastisitas penawaran jagung

dalam jangka panjang dimana petani lebih responsif untuk menyesuaikan jumlah barang yang ditawarkan secara cepat sebagai respon dari perubahan harga.

F. Pembatasan Masalah

1. Harga yang digunakan dalam penelitian merupakan harga pasar di Kabupaten

Klaten karena diasumsikan keadaan pasar dalam kondisi persaingan

sempurna dimana petani hanya berperan sebagai price taker

2. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dengan


(46)

commit to user

xlvi

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

analitis dengan menggunakan data berkala (time series). Analisis berarti data

yang dikumpulkan mula-mula disusun dan dijelaskan kemudian dianalisis. Sedangkan diskriptif merupakan metode penelitian yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada dengan cara menyusun data yang telah dikumpulkan, setelah itu dijelaskan dan kemudian dianalisis.

Metode deskriptif memiliki sifat antara lain memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang dan pada masalah-masalah aktual dan data yang dikumpulkan mula-mula disusun lalu dijelaskan kemudian dianalisis (Surakhmad, 1994).

B. Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Metode

purposive yaitu suatu cara penetuan lokasi dengan sengaja karena terdapat alasan-alasan diketahuinya sifat-sifat dari lokasi tersebut (Surakhmad, 1994)

Lokasi penelitian yang dipilih adalah Kabupaten Klaten. Pemilihan Kabupaten Klaten didasari atas pertimbangan bahwa kabupaten tersebut merupakan kabupaten yang berpotensi menjadi sentra produksi jagung di Propinsi Jawa Tengah. Di Kabupaten Klaten jagung merupakan komoditi tanaman pangan terbesar kedua setelah padi. Luas areal panen, produktivitas dan jumlah produksi tanaman pangan di Kabupaten Klaten pada tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 4.


(47)

commit to user

xlvii

Tabel 4. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Pangan Di Kabupaten Klaten Tahun 2008

Komoditas Luas Panen

(Ha)

Produktivitas (Kw/Ha)

Produksi (ton)

Padi sawah 57.912 62.06 359.389

Padi lading 341 31,45 1.072

Jagung 9.839 80,82 79.518

Kedelai 4.128 16,47 6.797

Ubi kayu 1,873 276,47 51.783

Ubi jalar 65 113,93 741

Kacang tanah 2.520 9,76 2.460

Kacang hijau 194 11,58 225

Sumber : BPS Kabupaten Klaten

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa jagung memiliki luas areal panen, tingkat produktivitas dan jumlah produksi terbesar kedua di Kabupaten Klaten. Selain itu jagung tidak memerlukan persyaratan khusus dalam pembudidayaannya. Jagung hanya memerlukan lingkungan dengan curah hujan berkisar sebesar 80-200 mm/tahun yang sesuai dengan besar curah hujan di Kabupaten Klaten yang berkisar 75-243 mm/tahun dalam kurun waktu enam belas tahun terakkhir. Kesesuaian syarat tumbuh jagung dengan keadaan lahan di Kabupaten Klaten membuat tanaman jagung menjadi potensial untuk dikembangkan. Hal tersebut akan meningkatkan jumlah produksi jagung. Selanjutnya peningkatan jumlah produksi diharapkan dapat meningkatkan penawaran jagung di Kabupaten Klaten dan menjadikan Kabupaten Klaten sebagai salah satu sentra produksi jagung di Jawa Tengah. Terkait dengan potensi yang dimiliki, maka Kabupaten Klaten dipilih untuk diteliti mengenai faktor apa saja yang dapat mempengaruhi penawaran jagung dan elastisitas penawaran jagung di Kabupaten Klaten.


(48)

commit to user

xlviii C. Metode Pengumpulan Data

1. Jenis Dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian merupakan data time series

selama kurun waktu enam belas tahun (mulai tahun 1993 sampai dengan tahun 2008).

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, menurut Surakhmad (1994), data sekunder yaitu data yang lebih dahulu dikumpulkan oleh orang diluar peneliti sendiri. Data sekunder yang digunakan meliputi data harga jagung, produksi jagung, luas areal panen jagung, harga kedelai, harga pupuk urea serta rata-rata curah hujan.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pencatatan, observasi dan wawancara. Teknik pencatatan dilakukan dengan cara mencatat data yang tersedia di instansi terkait yaitu Dinas Pertanian Kabupaten Klaten dan BPS Kabupaten Klaten serta instansi lainnya yang terkait dengan penelitian ini. Selain itu juga dilakukan teknik observasi untuk mengetahui keadaan lapang guna mendukung data sekunder yang ada dengan melakukan pengamatan secara langsung di daerah budidaya jagung di Kabupaten Klaten. Dilakukan pula teknik wawancara dengan menanyakan langsung hal-hal yang bersangkutan dengan budidaya jagung kepada para petani jagung dan petugas di Dinas Pertanian Kabupaten Klaten.

D. Metode Analisis Data

1. Respon Penawaran Jagung Di Kabupaten Klaten

Analisis data yang digunakan adalah dengan regresi linear berganda pada fungsi penawaran dengan cara pendekatan luas areal panen, secara matematis dirumuskan :


(1)

commit to user

xcii

besar daripada menanam jagung, maka mereka akan memilih untuk

menanam kedelai.

5)

Harga Pupuk Urea Pada Tahun Tanam

Koefisisen regresi parsial harga pupuk urea pada tahun t memiliki

nilai negatif yang berarti untuk peningkatan harga pupuk urea sebesar 1

satuan akan menurunkan penawaran jagung sebesar 0,466 satuan.

Elastisitas penawaran jagung di Kabupaten Klaten untuk harga pupuk urea

pada jangka pendek dan jangka panjang bersifat inelastis yang berarti

bahwa persentase perubahan penawaran lebih kecil daripada persentase

perubahan harga kedelai dimana untuk penambahan 1 persen harga pupuk

urea akan menurunkan penawaran jagung di Kabupaten Klaten sebesar

0,404 persen pada jangka pendek dan 0,477 persen pada jangka panjang.

Pupuk urea dipilih sebagai variabel input karena petani jagung di

Kabupaten Klaten menggunakan urea sebagai pupuk utama untuk jagung

mereka. Hal tersebut dapat menjelaskan alasan berpengaruhnya pupuk urea

terhadap penawaran jagung di Kabupaten Klaten karena besar kecilnya

penggunaan pupuk urea dipengaruhi oleh besar kecilnya harga pupuk urea.

Menurut Soekartawi (1993), besar kecilnya harga input juga akan

mempengaruhi besar kecilnya input yang dipakai. Sehingga ketika harga

pupuk urea rendah maka petani akan menggunakan pupuk urea

sebanyak-banyaknya dengan harapan dapat meningkatkan jumlah produksi jagung

mereka. Peningkatan jumlah produksi akan ikut menaikan penawaran

jagung di Kabupaten Klaten. Namun, ketika harga pupuk urea tinggi para

petani tidak sekonyong-konyong menghentikan penggunaan pupuk urea

tersebut tetapi hanya mengurangi penggunaannya dan mengaplikasikannya

dengan pupuk kandang.

Pada kenyataannya penggunaan pupuk urea di Kabupaten Klaten

telah melampaui rekomendasi penggunaan pupuk dari pemerintah. Dinas

Pertanian merekomendasikan penggunaan pupuk yang tepat guna sebesar


(2)

commit to user

xciii

300 kg untuk setiap satu hektarnya. Namun, pada kondisi di lahan petani

menggunakan pupuk sebanyak 600 kg per hektar tanaman jagung mereka

atau dua kali lipat dari rekomendasi yang diberikan oleh pemerintah.

Terkait dengan sikap petani yang terbiasa memberikan pupuk dalam

jumlah banyak kepada tanaman mereka, maka akibatnya mengurangi

kesuburan tanah dan menurunkan kualitas hara di dalam tanah. Rendahnya

unsur hara di dalam tanah membuat tanaman akan bergantung pada

penggunaan pupuk untuk memenuhi kebutuhan hara bagi pertumbuhan

tanaman. Sehingga ketika terjadi pengurangan penggunaan pupuk terhadap

tanaman justru akan menurunkan hasil dari tanaman jagung tersebut karena

tanaman telah terbiasa menerima asupan pupuk yang berlebih.


(3)

commit to user

xciv

VI. KESIMPULAN

A.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1.

a. Faktor-faktor (variabel) yang secara bersama-sama berpengaruh nyata

terhadap penawaran jagung di Kabupaten Klaten adalah harga jagung

pada tahun sebelumnya, jumlah produksi pada tahun sebelumnya, luas

areal panen pada tahun sebelumnya, harga kedelai pada tahun sebelumnya

dan harga pupuk urea pada tahun tanam.

b.

Faktor-faktor (variabel) yang secara individu berpengaruh nyata terhadap

penawaran jagung di Kabupaten Klaten adalah harga jagung pada tahun

sebelumnya, jumlah produksi pada tahun sebelumnya, harga kedelai pada

tahun sebelumnya dan harga pupuk urea pada tahun t.

2.

Nilai elastisitas jangka pendek untuk variabel harga jagung pada tahun

sebelumnya, harga kedelai pada tahun sebelumnya dan harga pupuk urea

pada tahun t bersifat inelastis, sedangkan jumlah produksi pada tahun

sebelumnya bersifat elastis. Nilai elastisitas jangka panjang untuk harga

jagung pada tahun sebelumnya, jumlah produksi pada tahun sebelumnya,

harga kedelai pada tahun sebelumnya dan harga pupuk urea pada tahun t

bersifat inelastis, sedangkan jumlah produksi pada tahun sebelumnya bersifat

elastis.

B.

Saran

Untuk meningkatkan penawaran jagung di Kabupaten Klaten dapat dengan

memberikan subsidi pupuk oleh pemerintah dengan demikian biaya produksi

dapat diperkecil, penyediaan benih unggul guna peningkatan jumlah produksi

jagung, serta pengendalian harga jagung dengan harapan tingginya harga dapat

meningkatkan minat petani untuk membudidayakan jagung di Kabupaten Klaten.


(4)

commit to user

xcv

Daftar Pustaka

Adenan, Nazeli. 2007. Analisa Keseimbangan Sistem Penawaran dan Permintaan Beras di Indonesia. Fordema Vol. 7 No. 2 : 179-195.

Anonim. 2009a. Agribisnis Tanaman Jagung.

http://ba2s-breeder.blogspot.com/2009/06/agribisnis-tanaman-jagung.html Diakses Pada Tanggal 12 April 2010

______. 2009b. Jagung. http://id.wikipedia.org/wiki Dikases Pada Tanggal 12 April 2010.

Arsyad, Lincolin. 1987. Ekonomi Mikro Ikhtisiar Teori dan Soal Jawab. BPFE. Yogyakarta. Bishop, CE dan WD Toussaint. 1979. Pengantar Analisa Ekonomi Pertanian (Diterjemahkan

oleh Tim Fakultas Ekonomi UGM). Mutiara. Jakarta.

Boediono. 2000. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 1 Ekonomi Mikro. BPFE. Yogyakarta.

BPS Kabupaten Klaten. 2009. Kabupaten Klaten dalam Angka 2004-2009. BPS Kabupaten Klaten. Klaten.

Daniel, M. 2002.

Pengantar Ekonomi Pertanian

. Bumi Aksara, Jakarta.

Dinas Pertanian Kabupaten Klaten. 2009. Laporan Pelaksanaan Pelayanan Informasi Pasar Tahun 2004-2009. Data Olahan Dinas Pertanian Kabupaten Klaten. Klaten Ghatak, S dan Ingersent, K. 1984. Agriculture and Economic Development. Harvester Press,

Great Britain.

Gujarati, D. 1995. Ekonomimetrika Dasar (diterjemahkan oleh Sumarno Zain). Erlangga, Jakarta.

Kariyasa, K dan Bonar M. S. 2004. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pasar Jagung Di Indonesai. Jurnal Agro Ekonomi Vol. 22 No.2 : 167-194. IPB. Bogor.

Kasryno et al. 2006. Gambaran Umum Ekonomi Jagung Indonesia.

www.balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/bjagung/satu.pdf Diakses Pada Tanggal 26 Mei 2010.

Lipsey R.G, Peter O.S dan Douglas D.P. 1990. Pengantar Mikro Ekonomi ( Diterjemahkan oleh : Jaka, W dan Kibrandoko). Erlangga. Jakarta.


(5)

commit to user

xcvi

Mahdi. 2010. Agribisnis Jagung Tantangan dan Peluang. www.digital.upbatam.ac.id. Diakses

pada tanggal 27 Desember 2010.

Mankiw, N. G. 2000. Pengantar Ekonomi Jilid I. Erlangga, Jakarta.

Martoyo, Soedjono M. dan Sinarhadi. 1983. Respon Penawaran Tembakau Rakyat Di Daerah Kabupaten Temanggung Jawa Tengah. Jurnal Agro Ekonomi. UGM. Yogyakarta.

Mc Eachern, W.A. 2000

. Ekonomi Makro

(Diterjemahkan oleh : Sigit Triandaru).

Salemba Empat. Jakarta.

Mubyarto. 1995.

Pengantar Ekonomi Pertanian

. LP3ES. Jakarta.

_______ . 1989.

Pengantar Ekonomi Pertanian

. LP3ES. Jakarta.

Nugroho, Purwanto. 2010.

Peluang Investasi Agribisnis Jagung

. www.

pertanian.blogsome.com.

Diakses pada tanggal 27 Desember 2010.

Nuryanti, Sri. 2005. Analisa Keseimbangan Sistem Penawaran dan Permintaan Beras di Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi Vol. 23 No.1 :71-81.

Prahasta, A. 2009. Agribisnis Jagung. CV Pustaka Grafika. Bandung.

Prabowo, AY. 2007. Budidaya Jagung. www.teknis-budidaya.blogspot.com. Dikases Pada Tanggal 12 April 2010.

Purwono dan Hartono, R. 2008. Bertanam Jagung Unggulan. Penebar Swadaya. Jakarta. Redaksi Agromedia. 2008. Budidaya Jagung Hibrida. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Santoso, S. 2002.

SPSS Versi 10 Mengolah Data Statistik Secara Profesional

. PT

Elex Media Komputindo. Jakarta.

Saragih, E.S, et all. 2009. Analisis Kelayakan Ekonomi, Keberlanjutan Usahatani dan Faktor-Faktor Penentu Adopsi Benih Jagung Transgenik di Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi Vol. 27 No. 1 : 23-44. IPB. Bogor.

Setyowati. 2006. Analisis Penawaran Jagung Di Kabupaten Wonogiri. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Agribisnis Vol. 3 No. 1 : 10-17. UNS. Surakarta.


(6)

commit to user

xcvii

Sujarwo, Budi. 2010. Aneka Tanaman Pangan. www.duniatanaman.com. Diakses Pada

Tanggal 27 Desember 2010.

Sukirno, S. 2006. Pengantar Teori Mikroekonomi. Edisi Ketiga. PT. Raja Grafindo. Jakarta. Sulaiman, W. 2002. Jalan Pintas Menguasai SPSS 10. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Surakhmad, Winarno. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan Teknik. Penerbit Tarsito. Bandung.

Suratno. 2011. Budidaya Kedelai. www.suratno.blogspot.com. Diakses pada tanggal 10

Januari 2011.

Wibowo, Rudi. 2000. Pertanian dan Pangan. Pustaka. Sinar Harapan. Jakarta.

Yotopoulos, PA dan Jeffrey, BN. 1976. Economics of Development: Impirical Investigations. Haper International Edition. New York.