Keadaan Iklim Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan

commit to user lvii Regosol kelabu merupakan tanah yang bersifat netral sampai asam dengan warna putih coklat kekuning-kuningan, coklat atau kelabu. Produktivitasnya sedang sampai tinggi dan biasanya digunakan untuk pertanian dan perkebunan. Tanah regosol kelabu berupa bahan induk abu dan pasir vulkanis intermediant, terdapat di Kecamatan Klaten Tengah, Klaten Utara, Klaten Selatan, Ngawen, Kalikotes, Kebonarum, Trucuk, Cawas, Pedan, Karangdowo, Ceper, Juwiring Wonosari, Delanggu, Polanharjo, Tulung, Jatinom, Karanganom, dan Kemalang dan Jogonalan. c. Grumusol Kelabu Tua Grumusol kelabu tua merupakan tanah yang agak netral berwarna kelabu sampai hitam, produktivitasnya rendah sampai sedang dan biasanya untuk pertanian atau perkebunan. Bahan induk tanah grumusol kelabu tua berupa abu dan pasir vulkan intermediant, terdapat di daerah Kecamatan Bayat dan Cawas sebelah Selatan. d. Kompleks Regosol Kelabu dan Kelabu Tua Kompleks regosol kelabu dan kelabu tua merupakan bahan induk yang berupa batu kapur, terdapat di daerah Kecamatan Klaten Selatan dan Kebonarum. e. Regosol Coklat Kelabu Regosol coklat kelabu merupakan bahan induk yang berupa abu dan pasir vulkan intermediant, terdapat di daerah Kecamatan Kemalang, Menisrenggo, Prambanan, Jogonalan, Wedi, Kebonarum dan Karangnongko. Keragaman jenis tanah di Kabupaten Klaten akan berpengaruh terhadap keragaman komoditi pertanian yang diusahakan masyarakat Kabupaten Klaten. Masing-masing komoditi pertanian memiliki syarat tumbuh yang berbeda. Hasil yang baik akan diperoleh jika kondisi dan jenis tanah yang digunakan sesuai dengan syarat tumbuhnya. Sebagian besar wilayah di Kabupaten Klaten memiliki jenis tanah regosol kelabu yang merupakan tanah yang bersifat netral sampai asam, dimana tanah ini memiliki potensi untuk pembudidayaan jagung. Menurut Purwono dan Hartono 2008, keasaman yang baik bagi pertumbuhan jagung antara 5,6-7,5. Pada tanah yang memiliki pH kurang dari 5,5 tanaman jagung tidak dapat tumbuh maksimal karena keracunan ion alumunium.

5. Keadaan Iklim

commit to user lviii Keadaan iklim Kabupaten Klaten termasuk iklim tropis dengan musim hujan dan musim kemarau silih berganti sepanjang tahun. Keadaan iklim tersebut sesuai untuk tempat hidup tanaman jagung. Menurut Purwono dan Hartono 2008, daerah yang dikehendaki oleh sebagain besar tanaman jagung yaitu daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim subtropistropis basah. Rata-rata curah hujan di Kabupaten Klaten berkisar antara 75-200 mmbulan. Temperatur udara rata-rata 28-30 C dengan kecepatan angin rata- rata berkisar 20-25 kmjam. Dilihat dari rata-rata curah hujan dan temperatur udara, wilayah Kabupaten Klaten cocok untuk dibudidayakan tanaman jagung. Curah hujan ideal untuk tanaman jagung sekitar 85-200 mmbulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji memerlukan cukup air. Pertumbuhan tanaman jagung memerlukan suhu optimal antara 23-30 C Prabowo, 2007.

6. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan

Kabupaten Klaten yang memiliki luas lahan total 65.556 Ha. Secara umum penggunaan lahan yang ada di Kabupaten Klaten dibagi menjadi dua yaitu penggunaan untuk lahan sawah dan lahan kering. Penggunaan lahan di Kabupaten Klaten yang relatif beragam disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Klaten Tahun 2005-2008 Penggunaan Lahan Luas ha 2005 2006 2007 2008 commit to user lix Lahan Sawah Irigasi Teknis Irigasi ½ Teknis Irigasi Sederhana Tadah Hujan 33.494 19.173 10.455 2.386 1.480 33.467 19.170 10.450 2.633 1.214 33.435 19.670 10.086 2.567 1.112 33.423 19.915 9.778 2.267 1.463 Lahan Kering Pekarangan Tegalan KolamRawa Hutan Negara Lain-lain 32.062 19.920 6.312 201 1.450 4.179 32.089 19.938 6312 201 1.450 4.188 32.121 19.995 6.287 202 1.450 4.187 32.133 20.022 6.272 202 1.450 4.187 Jumlah 65.556 Sumber: BPS Kabupaten Klaten, 2008 Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa pada tahun 2008 lahan yang digunakan untuk lahan sawah seluas 33.423 ha yang terdiri dari sawah dengan irigasi teknis seluas 19.915 ha, irigasi ½ teknis seluas 9.778 ha, irigasi sederhana seluas 2.267 ha dan sawah tadah hujan seluas 1.463 ha. Sedangkan lahan kering terbesar digunakan untuk pekarang sebesar 20.022 ha. Kegiatan pertanian dilakukan pada lahan tegalan yang ditanam berbagai komoditi tanaman pangan seperti padi gogo, kedelai, jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang tanah. Dari berbagai jenis tanaman pangan tersebut, tanamn jagung yang paling banyak diusahakan oleh petani di Kabupaten Klaten. Hal tersebut, menurut Purwono dan Hartono 2008, karena jagung tidak membutuhkan persyaratan lingkungan yang terlalu ketat. Jagung dapat tumbuh pada berbagai macam tanah bahkan pada kondisi tanah yang cukup kering Namun, dalam pembudidayaan tanaman jagung masih diperlukan adanya irigasi untuk memenuhi kebutuhan air yang cukup. Menurut Prabowo 2007, pada fase pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung memerlukan ketersediaan air yang cukup dan membutuhkan sinar matahari yang baik karena tanaman yang ternaungi pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. commit to user lx

B. Keadaan Penduduk

1. Pertumbuhan Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh jumlah kelahiran, jumlah kematian, dan migrasi yang terjadi di daerah tersebut. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Klaten selama tahun 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Perkembangan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten KlatenTahun 2004 – 2008 Tahun Jumlah Penduduk jiwa Pertumbuhan penduduk jiwa Persentase Pertumbuhan 2004 2005 2006 2007 2008 1.281.786 1.286.058 1.293.242 1.296.987 1.300.494 4.489 4.272 7.184 3.745 3.507 0.351445279 0.333284963 0.558606221 0.289582306 0.270395925 Rata-rata 1.291.713,4 4.6394 0.360662939 Sumber : BPS Kabupaten Klaten Berdasarkan Tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah penduduk Kabupaten Klaten tahun 2004–2008 adalah sebesar 1.291.713 jiwa. Sedangkan rata-rata laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Klaten dari tahun 2004-2008 menunjukkan peningkatan sebesar 0,36. Peningkatan penduduk tersebut juga akan berpengaruh terhadap peningkatan kebutuhan-kebutuhan hidup khususnya kebutuhan pangan. Peningkatan kebutuhan yang tidak diikuti peningkatan jumlah ketersediaan pangan terutama bahan pangan pokok seperti beras dapat mengakibatkan terjadinya krisis pangan masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat menggunakan jagung sebagai bahan pangan pengganti beras. Jika permintaan akan jagung meningkat, maka penawaran jagung juga akan ikut meningkat.

2. Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Berdasarkan umur penduduk dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu usia belum produktif 0-14 tahun, usia produktif 15-64 tahun, dan usia