commit to user mengetahui apakah latihannya sudah mencukupi untuk meningkatkan kebugaran
jasmaninya ataukah belum. Rasa lelah setelah melakukan latihan hendaknya perlu ditelusuri faktor
penyebabnya. Rasa lelah setelah melakukan latihan kebanyakan para pemain siswa sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar
tidak memahaminya. Hal ini karena, tingkat kebugaran jasmani tidak hanya dipengaruhi
oleh latihan saja. Selain latihan yang baik dan teratur, faktor pendukung lainnya harus juga diperhatikan, misalnya makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup
merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kebugaran jasmani. Kegiatan olahraga yang dilakukan dalam waktu cukup lama tentu dibutuhkan energi yang
cukup. Jika tidak diimbangi dengan gizi yang cukup, maka akan berpengaruh pada tingkat kebugaran jasmaninya. Oleh karena itu, latihan secara baik dan teratur dan
faktor-faktor yang mendukung kebugaran jasmani harus diperhatikan.
Bagaimanakah dengan tingkat kebugaran jasmani para pemain sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar apakah dalam kondisi baik ataukah
tidak baik. Untuk mengetahui hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul, “Studi Tingkat Kebugaran Jasmani pada Siswa Sekolah Sepakbola Pesat
Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar Tahun 2010”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Tingkat kebugaran jasmani siswa sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karangayar tahun 2010 belum diketahui.
commit to user 2. Para siswa sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karangayar tahun
2010 belum mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani. 3. Para siswa sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karangayar tahun
2010 belum mengetahui bagimana cara melakukan tes dan pengukuran tingkat kebugaran jasmani.
4. Belum pernah dilakukan tes dan pengukuran kebugaran jasmani pada siswa sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karangayar tahun 2010.
5. Tingkat kebugaran jasmani siswa sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karangayar tahun 2010 belum teruji.
C. Pembatasan Masalah
Banyaknya masalah yang diidentifikasi, maka perlu dibatasi agar tidak menyimpang dari pokok permasalahan. Pembatasan masalah dalam penelitian ini
sebagai berikut: Tingkat kebugaran jasmani siswa sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu
Kabupaten Karangayar tahun 2010”.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
Bagaimanakah tingkat kebugaran jasmani siswa sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karangayar tahun 2010?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui:
Tingkat kebugaran jasmani siswa sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karangayar tahun 2010.
commit to user
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini penting dilakukan dengan harapan memiliki manfaat antara lain:
1. Bagi siswa sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karangayar tahun 2010 yang dijadikan sampel dalam penelitian ini dapat mengetahui tingkat
kebugaran jasmaninya. 2. Sebagai masukan kepada pelatih sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu
Kabupaten Karangayar cara melakukan tes kebugaran jasmani yang baik dan tepat.
3. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam bidang penelitian ilmiah untuk dapat dikembangkan lebih lanjut.
commit to user
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Permainan Sepakbola
a. Pengertian Permainan Sepakbola Sepakbola merupakan olahraga permainan yang hampir seluruh
permainannya menggunakan kaki, dan kadangkala menggunakan dada dan kepala. Bagi penjaga gawang bebas menggunakan seluruh anggota badannya untuk
memainkan bola. Sepakbola adalah olahraga beregu yang dimainkan oleh dua regu yang saling berhadapan dalam satu lapangan. Tujuan dari masing-masing
kesebelasan adalah berusaha untuk memasukkan bola ke gawang lawannya sebanyak mungkin dan berusaha menggagalkan serangan lawan untuk melindungi
atau menjaga agar gawangnya tidak kemasukkan bola. Seperti dikemukakan Jef Sneyers 1988: 3 bahwa, “Prinsip dalam sepak bola sederhana sekali yaitu
membuat gol dan mencegah jangan sampai lawan berbuat sama terhadap gawang sendiri”.
Untuk mencapai kemenangan dalam permainan sepakbola, maka suatu tim sepakbola harus memiliki kerjasama tim yang kompak. Seperti dikemukakan
Soedjono 1985: 16 bahwa, “Apa yang dilakukan pemain-pemain secara perorangan harus bermanfaat bagi kesebelasannya. Kesebelasan tanpa koordinasi
atau kerjasama dalam satu regu, maka penampilan yang sempurna dari setiap pemain hanya akan mempunyai arti kecil”. Hal senada dikemukakan Remmy
Muchtar 1992: 56 bahwa: Permainan sepakbola adalah permainan beregu. Sebelas orang pemain
mempunyai tujuan yang sama, yakni memenangkan pertandingan. Keterampilan individu baru akan besar manfaatnya jika digunakan untuk
kepentingan tim. Dalam sepakbola, seorang pemain tidak ada artinya walaupun memiliki kemampuan yang baik, jika tidak dapat menjalin
kerjasama dengan teman seregunya.
commit to user Berdasarkan pengertian permainan sepakbola yang dikemukakan oleh dua
ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, sepakbola merupakan olahraga beregu yang menuntut kualitas teknik dan taktik serta kerjasama yang kompak dalam satu
tim untuk memperoleh kemenangan. Sebaik apapun teknik dan taktik yang dimiliki suatu tim, tanpa kerjasama yang kompak akan sulit memenangkan suatu
pertandingan. Oleh karena itu, sebagai dasar agar terampil bermain sepakbola, maka harus menguasai teknik dasar bermain sepakbola. Menurut Soekatamsi
1995: 16 teknik dasar bermain sepakbola dibedakan menjadi dua yaitu: 1 Teknik tanpa bola yaitu: teknik badan atau teknik tanpa bola pada
dasarnya bertujuan mengembangkan kemampuan fisik untuk mencapai kesegaran jasmani physical fitness agar dapat bermain sepakbola
dengan sebaik-baiknya. Teknik tanpa bola terdiri: lari cepat dan merubah arah, melompat dan meloncat, gerak tipu tanpa bola yaitu
gerakan tipu dengan badan dan, gerakan-gerakan khusus untuk penjaga gawang.
2 Teknik dengan bola yaitu: cara-cara memainkan bola, yang akan digunakan untuk mendukung keterampilan teknik bermain sepakbola.
Unsur-unsur teknik dengan bola meliputi: 1 Mengenal bola.
2 Menendang bola. 3 Menerima bola:
a Menghentikan bola b Mengontrol bola
4 Menggiringbola. 5 Menyundul bola.
6 Melempar bola. 7 Gerak tipu dengan bola
8 Merampas atau merebut bola. 9 Teknik-teknik khusus penjaga gawang.
Unsur teknik tanpa bola dan unsur teknik dengan bola pada prinsipnya memiliki keterkaitan yang erat dalam pelaksanaan bermain sepakbola. Kedua
teknik dasar tersebut harus mampu diperagakan atau dikombinasikan di dalam permainan menurut kebutuhannya. Banyak manfaat yang diperoleh, jika seorang
pemain sepakbola menguasai teknik dasar bermain sepakbola, baik secara individu maupun kolektif. Josef Sneyers 1990: 24 menyatakan, “Dilihat dari segi taktis,
mutu permainan suatu kesebelasan ditentukan oleh penguasaan teknik dasar”. Menurut Remmy Muchtar 1992:27 bahwa, “Untuk dapat bermain sepakbola
commit to user dengan baik perlu menguasai teknik dengan baik pula. Tanpa penguasaan teknik
yang baik tidak mungkin dapat menguasai atau mengontrol bola dengan baik”. Menurut A. Sarumpaet, Zulfar Djazet, Parno dan Imam Sadikun 1992: 47 bahwa,
“Dalam usaha meningkatkan mutu permainan ke arah prestasi maka masalah teknik merupakan salah satu persyaratan yang menentukan”.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut menunjukkan bahwa, hal yang mendasar dan harus dikuasai agar dapat bermain sepakbola dengan baik yaitu
menguasai teknik dasar bermain sepakbola. Dengan menguasai teknik dasar bermain sepakbola akan dapat mendukung penampilannya dalam bermain
sepakbola baik secara individu maupun tim. Semakin baik seorang pemain menguasai teknik dasar bermain sepakbola, maka ia akan memiliki keterampilan
teknik bermain sepakbola. Selain itu, penguasaan teknik seorang pemain akan mempengaruhi penerapan taktik dan strategi permainan, sehingga hal ini akan
dapat mempengaruhi kualitas tim, bahkan dapat mempengaruhi menang atau kalahnya suatu tim. Oleh karena itu, melatih teknik dasar bermain sepakbola
adalah langkah awal yang harus dilakukan seorang pemain sepakbola. Upaya menguasai macam-macam teknik dasar bermain sepakbola harus didukung kondisi
fisik yang baik. Seperti dikemukakan Sudjarwo 1993: 41 bahwa, “Mempelajari teknik dalam cabang olaharga tertentu tidak mungkin dilakukan sebelum atlet
memiliki kemampuan fisik yang menunjang gerakan teknik tersebut”.
b. Kondisi Fisik dalam Permainan Sepakbola
Sepakbola merupakan cabang olahraga permainan yang menuntut skill yang baik. Setiap pemain sepakbola harus menguasai macam-macam teknik dasar
bermain sepakbola dan harus memperagakannya dalam permainan. Dalam pelaksanaan permainan sepakbola, pemain selalu dituntut bergerak sambil
memainkan teknik dasar bermain sepakbola dalam waktu yang cukup lama 90 menit. Untuk melakukan hal tersebut, maka setiap pemain sepakbola harus
memiliki kemampuan fisik yang prima. Sadoso Sumosardjuno 1986: 274-275 menyatakan:
commit to user Kondisi fisik pemain sepakbola harus betul-betul prima. Sepakbola
merupakan olahraga yang dilakukan secara terus menerus dalam waktu yang cukup lama dan dalam gerakan yang cepat. Oleh karena itu,
sepakbola memerlukan pemantapan kondisi lokomotor, untuk mendapatkan ketahanan otot. Juga pula, bahkan sangat perlu pemantapan ketahanan
jantung dan pernapasan circularespiratory endurance, kelenturan dan relaksasi yang dinamis.
Kondisi fisik yang prima sangat dibutuhkan dalam permainan sepakbola. Oleh karena itu perlu dilakukan latihan kondisi fisik yang baik dan teratur.
Sedangkan dalam latihan kondisi fisik sepakbola mencakup aspek kondisi fisik secara umum dan latihan kondisi fisik secara khusus yang berkaitan dengan
permainan sepakbola. Menurut Ozolin 1971 yang dikutip Bompa 1990: 52 bahwa, pada setiap pengaturan program latihan persiapan fisik dikembangkan
secara bertahap sebagai berikut: “Pada tahap yang pertama akan mencakup persiapan fisik umum, selanjutnya diikuti oleh suatu tahap persiapan fisik khusus
asalkan sebagai dasar untuk membangun tingkat kemampuan biomotor yang tinggi”. Sedangkan Nossek 1982 yang dikutip Remmy Muchtar 1992: 82
menyatakan bahwa latihan kondisi fisik dalam permainan sepakbola dibedakan menjadi dua yaitu:
1 Kondisi fisik umum general physical condition yakni kondisi fisik hasil latihan yang belum ada kaitannya secara khusus dengan cabang
olahraga tertentu. 2 Kondisi fisik khusus specific physical condition yakni kondisi fisik
hasil latihan yang ditujukan untuk mencapai kondisi fisik tertinggi sesuai dengan tuntutan cabang olahraga tertentu.
Kondisi fisik yang dibutuhkan dalam permainan sepakbola mencakup kondisi fisik secara umum dan kondisi fisik secara khusus yang berkaitan dengan
permainan sepakbola. Kondisi fisik umum merupakan merupakan bentuk fisik yang bersifat umum atau dasar yang belum dikaitkan dengan teknik suatu cabang
olahraga. Komponen-komponen kondisi fisik seperti kekuatan, kecepatan, daya tahan, power, kelincahan, keseimbangan, kelentukan, kecepatan reaksi dilatih
berdasarkan metode latihan yang tepat sesuai dengan komponen kondisi fisik apa yang dikembangkan. Sedangkan kondisi fisik secara khusus merupakan
kemampuan kondisi fisik yang telah dikaitkan dengan cabang olahraga tertentu,
commit to user dalam hal ini permainan sepakbola, seperti latihan dribbling dengan kecepatan
tinggi. Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan kecepatan dan penguasaan dribbling atau menggiring bola. Contoh lain latihan kelincahan atau kelentukan
dengan dribbling melewati pancang dan lain sebagainya.
2. Kebugaran Jasmani a. Pengertian Kebugaran Jasmani
Kebugaran jasmani atau kesegaran jasmani pada hakikatnya merupakan hal yang rumit dan kompleks, sehingga untuk memberikan batasan kesegaran jasmani
dengan tepat tidaklah mudah. Banyak ahli mendefinisikan kesegaran jasmani sesuai dengan tinjauan masing-masing. Namun demikian beberapa pengertian
kesegaran jasmani dari para ahli perlu dikemukakan. Sudarno SP. 1992: 9 berpendapat, “Kesegaran jasmani adalah kapasitas fungsional total seseorang
untuk melakukan kerja tertentu dengan hasil baikmemuaskan tanpa kelelahan yang berarti”. Iskandar Z. Sapoetra dkk., 1999: 3 menyatakan, “Kesegaran
jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas dan pekerjaan sehari-hari dengan giat dan waspada tanpa mengalami kelelahan yang berarti, serta
masih memiliki cadangan energi untuk mengisi waktu luang dan menghadapi hal- hal yang darurat yang tidak diduga sebelumnya emergency”. Sementara Marta
Dinata 2003: 16 ahli senam aerobik menyatakan, “Kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugas sehari-hari tanpa mengalami
kelelahan yang berarti dan masih memiliki cadangan tenaga untuk melaksanakan kegiatan itu”. Hal senada dikemukakan Djoko Pekik Irianto 2004: 2 bahwa,
“Kebugaran fisik physical fitness yakni kemampuan seseorang melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa timbul kelelahan yang berlebihan sehingga masih
dapat menikmati waktu luangnya”. Berdasarkan pengertian kesegaran jasmani yang dikemukakan oleh
keempat ahli tersebut dapat disimpulkan, kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk melakukan tugas sehari-hari secara efisien tanpa menimbulkan
kelelahan yang berarti, dalam arti masih mempunyai cadangan tenaga yang cukup
commit to user untuk kegiatan selanjutnya. Tingkat kesegaran jasmani seseorang dapat dilihat dari
kemampuannya melakukan aktivitas fisik tanpa mengalami kelelahan yang berarti.
b. Unsur-Unsur Kesegaran Jasmani
Baik tidaknya kesegaran jasmani yang dimiliki seseorang tergantung dari baik dan tidaknya dari unsur-unsur yang ada di dalamnya. Pada dasarnya unsur-
unsur kesegaran jasmani merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Unsur kesegaran jasmani dapat ditinjau dari dua aspek yaitu
aspek kesehatan fisik health related fitness dan dari aspek keterampilan skill related fitness. Iskandar Z. Sapoetra dkk. 1999: 4 menyatakan, “1 Kesegaran
jasmani yang berhubungan dengan kesehatan meliputi : a daya tahan jantung paru kardiorespirasi, d kekuatan otot, c daya tahan, d felksibilitas, dan e
komposisi tubuh. 2 Kesegaran jasmani yang berhubungan dengan ketrampilan meliptui : a kecepatan, b power, c keseimbangan, d kelincahan, e
koordinasi dan f kecepatan reaksi”. Menurut Mulyono B. 2009: 54-56 menyatakan komponen kesegaran jasmani dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1 Komponen khusus kesegaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan meliputi: kesegaran kardiovaskuler, kekuatan, dan daya tahan otot,
kelenturan punggung bagian bawah dan komposisi tubuh. 2 Komponen khusus kesegaran jasmani yang berkaitan dengan
keterampilan meliputi: kelincahan, keseimbangan, koordinasi, power, waktu reaksi dan kecepatan.
Hal senada dikemukakan Rusli Lutan dan Adang Suherman 2000: 155 bahwa, “Tipe kebugaran jasmani terdiri atas 1 kebugaran yang berhubungan dengan
kesehatan dan 2 kebugaran yang berkaitan dengan performa”. Secara skematis unsur-unsur kesegaran jasmani digambarkan sebagai berikut:
Unsur-unsur Kebugaran Jasmani
Kebugaran yang berkaitan dengan kesehatan
· Kapasitas aerobik · Kekuatan otot
· Daya tahan otot · Fleksibilitas
· Komposisi tubuh Kebugaran yang berkaitan
dengan performa
· Agilitas · Keseimbangan
· Koordinasi · Kecepatan
· Power
commit to user Gambar 1. Unsur-unsur Kesegaran Jasmani
Rusli Lutan dan Adang Suherman, 2000: 155 Berdasarkan pendapat tersebut diketahui, unsur kesegaran jasmani
dikelompokkan menjadi dua yaitu: kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan dan kesegaran jasmani yang berhubugan dengan keterampilan.
Kesegaran jasmani seseorang sangat ditentukan oleh berfungsinya kerja komponen-komponen yang ada. Unsur-unsur kesegaran jasmani tidak dapat
dipisahkan baik dalam peningkatan maupun pemeliharaannya. Untuk lebih jelasnya unsur-unsur kesegaran jasmani dapat diuraikan secara singkat sebagai
berikut:
1 Kesegaran Jasmani yang Berhubungan dengan Kesehatan
Kesehatan merupakan unsur dasar bagi kehidupan manusia. Dalam menjalankan aktivitas fisik sehari-hari kesehatan merupakan syarat mutlak yang
harus dimiliki oleh seseorang. Derajat kesegaran jasmani yang baik dapat dicapai, jika tubuh seseorang terbebas dari gangguan kesehatan. Tubuh dikatakan sehat
apabila proses fisiologis dan organ jasmani berfungsi secara normal tanpa ada gangguan. Y.S. Santoso Giriwijoyo dalam Seri Bahan Kuliah Olahraga FPOK
IKIP Bandung 1992: 49 menyatakan, “Jasmani dikatakan sehat bila seluruh proses fisiologis atau seluruh fungsi organ pada jasmani dalam keadaan normal”.
Kesegaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan pada dasarnya meliputi aspek-aspek fungsi fisiologis. Berfungsinya aspek fisiologis secara baik dan
normal akan menunjukkan derajat kesehatan yang optimal. Kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan dapat ditingkatkan dan atau dipertahankan
melalui latihan aktivitas jasmani yang teratur dan didasarkan prinsip-prinsip
commit to user latihan yang benar. Wahjoedi 2000: 59 menyatakan, “Komponen kesegaran
jasmani yang berhubungan dengan kesehatan meliputi: daya tahan jantung paru, daya tahan otot, kekuatan otot, kelentukan dan komposisi tubuh”.
a Daya Tahan Jantung Paru Kardiorespirasi
Daya tahan paru jantung kardiorespirasi merupakan unsur pokok dari kondisi fisik seseorang. Daya tahan kardiorespirasi dapat pula disebut daya tahan
kardiovaskuler, tenaga aerobik maksimal, aerobik power atau kapasitas aerobik. M. Sajoto 1995: 8 menyatakan, “Daya tahan kardiovaskuler atau daya tahan
jantung paru-paru adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung, paru-paru, dan peredaran darah secara efektif dan efisien untuk
menjalankan kerja secara terus menerus yang melibatkan kontraksi sejumlah otot dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama”. Menurut Wahjoedi
2000: 59 bahwa, “Daya tahan jantung paru adalah kapasitas sistem jantung, paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal saat melakukan aktivitas
sehari-hari dalam waktu yang cukup lama tanap mengalami kelelahan yang berarti”. Sedangkan Mulyono B. 2001: 55 berpendapat, “Kesegaran
kardiovaskuler adalah kemampuan untuk melatih seluruh tubuh dalam waktu agak panjang tanpa merasa lelah”.
Daya tahan paru jantung ini menyangkut efisiensi kemampuan kerja sistem jantung, pernapasan dan peredaran darah dalam mensuplai energi ke dalam otot
untuk melakukan kerja secara kontinyu. Dengan kata lain, daya tahan paru jantung adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung, paru-paru,
dan peredaran darah secara efektif dan efisien untuk menjalankan kerja secara terus-menerus yang melibatkan kontraksi sejumlah otot dengan intensitas relatif
tinggi dalam waktu yang cukup lama. Dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jika beban pekerjaannya relatif
rendah, pada umumnya seseorang akan mampu mengatasinya tanpa kekurangan energi. Tetapi, apabila beban pekerjaannya lebih berat dan menuntut adanya usaha
terus menerus dalam waktu yang relatif lama, belum tentu seseorang dapat mengatasinya. Dalam melakukan aktivitas sehari-hari mutlak diperlukan suplai
energi dan oksigen ke otot-otot yang aktif. Tanpa adanya suplai energi dan oksigen yang cukup maka orang tidak akan dapat melakukan aktivitas dengan baik. Dalam
hal inilah daya tahan paru jantung berperanan penting untuk mendukung aktivitas yang dilakukan. Sadoso Sumosardjuno 1994: 19 menyatakan, “Dalam
commit to user menjalankan aktivitas, peredaran darah kita harus dapat mensuplai oksigen yang
cukup kepada otot-otot agar dapat menjalankan fungsinya. Semakin baik ketahanan jantung dan peredaran darah kita, otot-otot semakin dapat bertahan lebih
lama menjalankan fungsinya”. Dalam menjalankan aktivitas yang relatif berat dalam waktu yang relatif
lama, menuntut adanya kemampuan menyalurkan oksigen ke dalam otot yang aktif. Dalam hal ini mutlak diperlukan daya tahan paru jantung yang tinggi. Daya
tahan paru jantung merupakan unsur penting dalam aktivitas fisik manusia terutama dalam menyelesaikan tugasnya sehari-hari. Daya tahan paru jantung yang
tinggi memungkinkan seseorang melakukan aktivitas fisiknya dengan penampilan yang baik, sehingga akan meningkatkan prestasi menjadi lebih baik.
b Daya Tahan Otot
Daya tahan merupakan kapasitas melakukan kerja secara terus-menerus dalam waktu yang relatif lama. Daya tahan otot merupakan kemampuan seseorang
mempergunakan otot-nya untuk berkontraksi secara berulang-ulang dan terus menerus dengan beban tertentu dalam waktu yang relatif lama.
Daya tahan otot sangat erat hubungannya dengan kekuatan otot. Iskandar Z. Adisapoetra, dkk. 1999: 6 menyatakan, “Pada dasarnya daya tahan otot
merupakan rentangan antara daya tahan dan kekuatan otot”. Dengan demikian daya tahan otot merupakan gabungan atau perpaduan antara kekuatan otot dan
daya tahan secara umum. Daya tahan otot sangat diperlukan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, daya tahan otot perlu dimiliki dan
ditingkatkan. Untuk memiliki daya tahan otot yang baik harus melakukan latihan berbeban dengan beban ringan, tetapi dilakukan dengan pengulangan yang banyak.
c Kekuatan Otot
Kekuatan merupakan salah satu unsur kondisi fisik yang dibutuhkan setiap aktivitas fisik. Kekuatan otot merupakan unsur kondisi fisik yang sangat penting
dalam meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan. Berkaitan dengan kekuatan, Sudjarwo 1993: 25 menyatakan, “Kekuatan adalah kemampuan otot-otot atau
commit to user kelompok otot untuk mengatasi suatu beban atau tahanan dalam menjalankan
aktivitas. Menurut Andi Suhendro 1999: 4.3 bahwa, “Kekuatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengerahkan tenaga maksimal
dalam menahan beban tertentu dalam suatu aktivitas dengan waktu terbatas”. Kekuatan otot berperanan penting untuk penampilan fisik seseorang. Pada
saat menjalani aktivitas sehari-hari seseorang selalu menghadapi beban tertentu. Untuk dapat mengatasi beban yang dihadapi, mutlak diperlukan kekuatan otot
yang memadai. Kekuatan otot juga mempengaruhi berfungsinya komponen- komponen fisik yang lain seperti daya tahan, daya ledak, kecepatan dan
kelincahan. Untuk menunjang aktivitas fisik sehari-hari, kekuatan otot yang dimiliki harus dikembangkan. Pengembangan kekuatan otot terutama pada usia
anak-anak dan remaja sebaiknya bersifat menyeluruh yang melibatkan semua otot- otot tubuh.
d Kelentukan
Kelentukan merupakan keleluasan gerak pada persendian tubuh saat melakukan aktivitas atau berolahraga. Kelentukan atau fleksibilitas merupakan
persyaratan yang diperlukan secara otomatis bagi berlangsungnya gerak dalam kehidupan sehari-hari. Russel R. Pate dkk., 1993: 301 menyatakan, “Kelenturan
adalah batas rentang gerak maksimal yang mungkin pada sendi atau rangakian sendi”. Menurut Andi Suhendro 1999: 4.41 bahwa, “Kelentukan fleksibilitas
adalah kemampuan suatu persendian beserta otot-otot di sekitarnya melakukan gerakan secara maksimal tanpa menimbulkan gangguan pada bagian-bagian
tersebut”. Dalam melakukan aktivitas atau berolahraga, kelentukan biasanya mengacu
pada ruang gerak sendi atau sendi-sendi tubuh. Lentuk tidaknya seseorang ditentukan oleh luas sempitnya ruang gerak sendi-sendinya. Dengan demikian,
kelentukan merupakan kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi. Kecuali ruang gerak sendi, kelentukan juga ditentukan oleh elastis tidaknya
otot-otot, tendo dan ligamen. Dengan demikian orang yang fleksibel adalah orang
commit to user yang memiliki ruang gerak yang luas dalam sendi-sendinya dan mempunyai otot
yang elastis.
e Komposisi Tubuh
Komposisi tubuh body composition berkaitan dengan jumlah lemak tubuh pada diri seseorang. Berkaitan dengan komposisi tubuh Iskandar Z. Adisapoetra,
dkk. 1999: 6 menyatakan, Komposisi tubuh adalah susunan tubuh yang digambarkan sebagai dua komponen yaitu lemak tubuh dan massa tanpa lemak.
Menurut Djoko Pekik Irianto 2004: 4 bahwa, “Komposisi tubuh adalah perbandingan berat tubuh berupa lemak dengan berat tubuh tanpa lemak yang
dinyatakan dalam persentase lemak tubuh”. Berdasarkan perbandingan antara berat tubuh dengan lemak dan berat tubuh
dengan tanpa lemak. Berat badan tanpa lemak terdiri dari masa otot, tulang dan organ-organ tubuh. Wahjoedi 2000: 60 menyatakan, “Besarnya masa otot yaitu
40-50, tulang 16-18 dan organ-organ tubuh 29-39”. Sedangkan berat lemak dinyatakan dalam persentasenya terhadap berat badan total. Depdikbud. 1994: 15
menjelaskan, “Prosentase lemak tubuh tergantung pada jenis kelamin, usia, keturunan dan aktivitas seseorang”. Berikut ini disajikan tabel prosentase lemak
berdasarkan usia dan jenis kelamin sebagai berikut:
Tabel 1. Norma Prosentase Lemak Tubuh Pria
Wanita Usia
Prosentase Lemak Tubuh
Prosentase Lemak Tubuh
s.d – 30 tahun
9 – 15 14 – 21
30 – 50 tahun
11 – 17 15 – 23
50 – 70 tahun
12 – 19 16 – 26
Sumber: Depdikbud: 1994: 15
2 Kesegaran Jasmani yang Berhubungan dengan Keterampilan
commit to user Kesusksesan atau berprestasi yang tinggi dalam olahraga diperlukan lebih
dari sekedar suatu tingkat optimal kesegaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan, tetapi perlu dukungan dari kesegaran jasmani yang berhubungan
dengan keterampilan. Kesegaran jasmani yang berhubungan keterampilan ini sangat bergantung keadaan dan berfungsinya kondisi fisik. Kesegaran ini
merupakan gabungan dari berbagai faktor kondisi fisik seperti, kecepatan, daya ledak power, keseimbangan, kelincahan, koordinasi dan kecepatan reaksi. Unsur-
unsur kesegaran jasmnai yang berhubungan dengan keterampilan diuraikan sebagai berikut:
a Kecepatan
Kecepatan merupakan kualitas kondisional yang memungkinkan seseorang olahragawan untuk bereaksi secara cepat bila diransang dan untuk menampilkan
atau melakukan gerakan secepat mungkin. Berkaitan dengan kecepatan Andi Suhendro 1999: 4.20 menyatakan, “Kecepatan adalah kemampuan seseorang
untuk melakukan gerakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya”. Jadi, kecepatan
adalah kemampuan
seseorang untuk
mengerjakan gerakan
berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat- singkatnya.
Kecepatan dapat pula didefinisikan sebagai laju gerak yang berlaku untuk tubuh baik secara keseluruhan maupun bagian tubuh. Seseorang yang memiliki
kecepatan maka tingkat mobilitas dalam kerjanya akan lebih baik. Bagi anak usia sekolah kecepatan yang dimiliki juga memegang peranan penting untuk
melakukan aktivitas belajar, bermain baik di sekolah maupun dirumah. Anak pada dasarnya adalah individu yang cukup dinamis. Untuk mempertahankan tingkat
mobilitasnya, anak memerlukan kecepatan gerak yang baik.
b Power
Power disebut juga kekuatan eksplosif yaitu menyangkut kekuatan dan kecepatan kontraksi otot yang dinamis dan eksplosif serta melibatkan pengeluaran
kekuatan otot yang maksimal dalam waktu yang secepat mungkin. Power
commit to user merupakan perpaduan dari dua unsur utama yaitu kekuatan dan kecepatan.
Kualitas power akan tercermin dari unsur kekuatan dan kecepatan yang dalam pelaksanaannya dilakukan dalam waktu yang singkat. KONI 1993: 26
menjelaskan, “Power adalah kemampuan otot untuk menggerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat”. Menurut Imam Hidayat 2003: 280
bahwa, “Daya ledak.power ialah besarnya kekuatan yang dikerahkan dengan kecepatan”.
c Keseimbangan
Keseimbangan merupakan kemampuan untuk mempertahankan sistem neuromuscular dalam kondisi statis atau mengontrol sistem neuromuscular
tersebut dalam suatu posisi atau sikap yang efisien selagi bergerak. Berkaitan dengan keseimbangan Suharno HP. 1993: 66 menyatakan, “Keseimbangan
adalah kemampuan atlet untuk mempertahankan keseimbangan badan berbagai keadaan tetap seimbang”. Menurut M. Sajoto 1995: 9 bahwa, “Keseimbangan
balance merupakan kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf otot”.
Keseimbangan merupakan kemampuan seseorang mengendalikan organ- organ syaraf otot selama melakukan gerakan-gerakan cepat, baik dalam keadaan
statis maupun dinamis. Keseimbangan juga dapat diartikan kemampuan mempertahankan sikap tubuh yang tepat pada saat melakukan gerakan.
Keseimbangan yang dimiliki oleh seseorang tergantung pada kemampuan integrasi antara kerja indra penglihatan, kanalis, semi sirkularis pada telinga dan receptor
otot.
d Kelincahan
Kelincahan merupakan komponen yang sangat penting dalam penampilan seseorang. Kelincahan adalah kemampuan seseorang mengubah posisi di arena
tertentu. Menurut Iskandar Z. Adisapoetra, dkk. 1999: 6 bahwa, Kelincahan adalah kemampuan untuk mengubah arah atau posisi tubuh dengan cepat yang
dilakukan bersama-sama dengan gerakan lainnya. Seseorang yang memiliki kemampuan merubah arah dari satu posisi tertentu ke posisi yang berbeda dengan
kecepatan tinggi dan dengan koordinasi yang baik, berarti memiliki kelincahan
commit to user yang cukup tinggi. Kelincahan tidak hanya diperlukan dalam olahraga tetapi juga
situasi kerja dan kegiatan rekreasi.
e Koordinasi
Koordinasi merupakan suatu kemampuan biomotorik yang sangat kompleks. Karakteristik koordinasi sangat unik. Koordinasi memainkan peranan
yang khusus terhadap mobilitas fisik. Koordinasi bukan merupakan kemampuan fisik tunggal, akan tetapi tersusun dari dan saling berinteraksi dengan kualitas-
kualitas fisik yang lain. Bompa dalam Harsono 1988: 219 menyatakan “Koordinasi sangat erat hubungannya dengan kecepatan, kekuatan, daya tahan dan
fleksibilitas. Menurut M. Sajoto 1995: 9 bahwa, “Kordinasi adalah kemampuan seseorang mengintegrasikan bermacam-macam gerakan yang berbeda ke dalam
pola gerakan tunggal secara efektif”. Koordinasi merupakan kemampuan seseorang mengintegrasikan bermacam-
macam gerakan tunggal secara efektif. Koordinasi menyatakan hubungan yang harmonis dari berbagai faktor yang terjadi pada suatu gerakan. Kemampuan
koordinasi merupakan unsur dasar yang baik dalam menyelesaikan tugas dalam kehidupan sehari-hari.
e Waktu Reaksi
Waktu reaksi adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menanggapi rangsangan yang diterima oleh indera. Semua informasi yang diterima indera baik
dari dalam atau dari luar disebut rangsang. Indera akan mengubah informasi tersebut menjadi impuls saraf dengan bahasa yang dipahami oleh otak. Berkaitan
dengan waktu reaksi Ismaryati 2006: 72 menyatakan, “Waktu reaksi adalah periode antara diterimanya rangsang stimuli dengan permulaan munculnya
jawaban respon”. Sedangkan Mulyono B. 2009: 57 berpendapat, “Waktu reaksi adalah lamanya waktu antara perangsangan dan respon”. Secara umum, waktu
reaksi dikenal sebagai latensi respons respone latency yaitu waktu yang berlalu diantara pemberian stimulus dan munculnya respon. Dengan kata lain, waktu
reaksi adalah waktu yang diperlukan untuk suatu respon yang tampak overt
commit to user untuk memulainya. Waktu reaksi menggambarkan kecepatan seseorang untuk
dapat merasa dan memberi respon terhadap lingkungan, yaitu waktu reaksi yang pendek dapat disamakan dengan suatu kecepatan reaksi yang tinggi.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesegaran Jasmani
Menurut Junusul Hairy 1989: 56 bahwa, “Kebugaran jasmani bergantung pada dua faktor dasar, yaitu kebugaran organik dan kebugaran dinamik. Kedua
faktor tersebut sangat penting di dalam kebugaran jasmani secara keseluruhan, dan interaksi di antara keduanya menentukan tingkat kebugaran jasmani seseorang”
Kebugaran organik adalah kekhususan yang dimiliki seseorang yang bersifat keturunan, yang diwarisi dari orang tuanya, dipengaruhi oleh umur, dan
mungkin keadaan sakit yang menetap atau kecelakaan. Keadaan yang berhubungan dengan organisme ini sifatnya statis, dan sulit bahkan tidakmungkin
untuk diubah mislanya: tinggi badan, panjang lengan, bentuk tubuh secara keseluruhan, atau cacat tubuh yang dibawa sejak lahir maupun karena sakit yang
menahun. Tingkat kebugaran organik menentukan potensi kebugaran jasmani keseluruhan.
Kebugaran dinamik, istilah ini biasanya digunakan untuk hal-hal yang mengarah kepada kesiapan dan kapasitas tubuh untuk bergerak dan bertindak
dalam tingkatan tertentu sesuai dengan situasi yang dihadapi. Banyak variabel yang terkait dengan kebugaran dinamik ini di antaranya adalah jantung, paru dan
otot. Kebugaran dinamik ini dapat dikembangkan atau ditingkatkan dengan melakukan latihan.
Pada dasarnya kebugaran jasmani tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh banyak faktor.
Dangsina Moeleok dan Arjatmo Tjokronegoro 1984: 1-4 menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani yaitu: “ 1
keturunan genetik, 2 usia, 3 jenis kelamin, 4 aktivitas fisik”. Menurut Sarwono, Ismaryati dan M. Mariyanto 2000: 10 bahwa:
Kebugaran jasmani tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh faktor- faktor: 1 kesehatan perorangan, 2 diet makanan, 3 pemeliharaan gigi,
4 latihan, 5 jenis pekerjaan, 6 permainan dan rekreasi, 7 istirahat dan tidur, 8 penghindaran dari penyakit, 9 intelektual 10 emosi dan sosial,
commit to user 11 umur dan jenis kelamin, 12 kedewasaan, dan 13 daya tahan
terhadap penyakit”. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran jamsani tersebut penting
untuk diperhatikan dalam usaha menjaga dan memelihara kebugaran jasmani seseorang. Faktor-faktor tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan
untuk mencapai kebugaran jasmani secara total.
d. Manfaat Kesegaran Jasmani
Kebugaran jasmani mutlak dibutuhkan bagi setiap orang. Kebugaran jasmani merupakan unsur dasar yang harus dimiliki siswa dalam menjalankan aktivitasnya
sehari-hari. Seseorang yang memiliki kebugaran jasmani yang baik, dapat melakukan tugasnya sehari-hari dengan baik pula, sebaliknya siswa yang memiliki
kebugaran jasmani yang kurang baik, maka ia tidak dapat melakukan tugasnya dengan baik pula. Santoso Giriwijoyo 1991: 63 menyatakan, “Dihubungkan
dengan kegiatan studi yang cukup berat dan pencapaian prestasi akademis yang memerlukan dukungan kemampuan kerja fisik, maka rendahnya kapasitas kerja
fisik dapat menjadi penghambat untuk mencapai sukses. Disinilah antara lain sumbangan olahraga bagi para siswa atau mahasiswa yaitu untuk meningkatkan
kemampuan kerja fisiknya”. Pendapat lain dikemukakan Mulyono Biyakto Atmojo. 1997: 64 bahwa, “Berdasarkan fungsinya, physical fitness ternyata
merupakan kebutuhan bagi pelajar, yang berarti menjadi masalah sekolah dan para pendidiknya, khususnya guru olahraga”.
Berdasarkan pendapat tersebut diketahui bahwa, kebugaran jasmani memiliki manfaat yang besar. Dengan kebugaran jasmani siswa akan mampu
melaksanakan tugas dalam belajar tanpa ada kelelahan yang berarti dan masih mampu melakukan aktivitas lainnya. Selain itu, dengan tubuh yang bugar siswa
mampu berfikir secara jernih, penuh kreativitas dan memiliki semangat yang tinggi untuk menyelesaikan segala tugas studinya, sehingga dapat mendukung
pencapaian prestasi belajarnya lebih optimal.
e. Usaha Meningkatkan dan Memelihara Kebugaran Jasmani
commit to user Kebugaran jasmani merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi setiap
orang. Kualitas kebugaran jasmani yang dimiliki seseorang akan sangat berpengaruh terhadap penampilan geraknya dan produktivitas kerjanya. Upaya
menjaga kebugaran jasmani adalah melakukan kegiatan olahraga secara teratur. Djoko Pekik Irianto 2004: 8 menyatakan, “Berolahraga adalah salah satu
alternatif paling efektif dan aman untuk memperoleh kebugaran. Berolahraga secara teratur mempunyai multi manfaat antara lain manfaat fisik meningkatakan
komponen kebugaran, manfaat psikis lebih tahan terhadap stress, lebih mampu berkonsentrasi dan manfaat sosial menambah percaya diri dan sarana
berinteraksi”. Kegiatan olahraga yang bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani
yaitu dengan memberikan pembenan pada jantung dan paru. Hal ini karena, tingkat kebugaran jasmani seseoragn akan tercermin dari kemampuan kerja jantung dan
paru-paru. Jika kerja jantung dan paru-paru baik maka akan diperoleh tingkat kebugaran jasmani yang baik pula. Cooper yang dikutip Sudarno SP. 1992: 64
menyatakan, Untuk membina kesegaran jasmani, kita harus memberi beban kepada sistem kardiorespirasi. Latihan yang kita lakukan harus memberi beban
kepada sistem jantung dan paru. Latihan yang sangat efektif untuk memberikan beban jantung dan paru adalah latihan aerobik. Latihan aerobik merupakan bentuk
latihan yang memberi beban kepada sistem jantung dan paru, sehingga kapasitas jantung dan paru akan menjadi lebih baik. Marta Dinata 2003: 10 berpendapat:
Bentuk latihan aerobik dilakukan dengan intensitas rendah, sehingga dapat menimbulkan efisiensi kerja dari organ-organ tubuh, yaitu jantung dan
paru-paru, serta sistem pernafasan. Dengan meningkatkan kapasitas aerobik maka cadangan tenaga menjadi lebih besar sehingga tubuh lebih
mampu mempertahan kondisi fisik pada suatu aktivitas. Hal ini disebabkan pada latihan aerobik, sistem pamasukan oksigen berlangsung terus menerus
dan seimbang dengan kebutuhan pembetukan energi. Hal terpenting dan harus diperhatikan dalam latihan kebugaran jasmani
adalah adanya tekanan terhadap jantung dan paru-paru untuk bekerja dalam waktu yang relatif lama pada suasana aerobik. Bentuk dan jenis olahraga yang efektif
untuk memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani, di antaranya jogging, sepeda santai, dan jalan santai. Di samping melakukan jenis olahraga tersebut
commit to user dapat pula dengan melakukan olahraga seperti sepakbola, bolabasket, renang,
tenis, bulutangkis dan lain sebagainya. Latihan aerobik yang dilakukan dengan intensitas rendah dalam waktu
relatif lama dapat mendorong kerja jantung, peredaran darah dan paru-paru, sehingga dapat merangsang kemampuan kerja jantung, peredaran darah dan paru-
paru ke arah yang lebih baik. Latihan aerobik yang dilakukan secara baik dan teratur akan memberikan perubahan-perubahan secara fisiologis. Latihan yang
dilakukan secara teratur dan sistematis dapat meningkatkan kapasitas total paru- paru dan volume jantung. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya rangsangan yang
diberikan terhadap tubuh. Dengan demikian latihan olahraga yang dilakukan secara teratur akan meningkatkan kesegaran jasmani, sehingga penampilannya
akan kelihatan selalu bugar.
3. Latihan Sarana untuk Meningkatkan Kebugaran Jasmani
a. Latihan Fisik
Kondisi fisik yang baik merupakan faktor yang mendasar untuk mengembangkan faktor lainnya, sehingga akan mendukung kebugaran jasmani
atau pencapaian prestasi olahraga yang optimal. Latihan fisik merupakan latihan yang menekankan pada komponen kondisi fisik tertentu guna mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Andi Suhendro 1999: 4.1 menyatakan, “Kondisi fisik merupakan salah satu syarat penting dalam meningkatkan prestasi seorang atlet,
dan bahkan sebagai keperluan yang sangat mendasar untuk meraih prestasi olahraga”.
Latihan fisik pada prinsipnya memberikan beban fisik pada tubuh secara teratur,
sistematik, berkesinambugan
sedemikian rupa
sehingga dapat
meningkatkan kemampuan di dalam melakukan kerja. Latihan fisik yang teratur, sistematik dan berkesinambungan yang dituangkan dalam suatu program latihan
commit to user akan meningkatkan kemampuan fisik secara nyata. Berkaitan dengan latihan fisik
Harsono 1988: 153 menyatakan “Latihan fisik merupakan usaha untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional sistem tubuh
sehingga mencapai prestasi yang lebih baik”. Menurut Andi Suhendro 1999:3.5 “Latihan fisik adalah latihan yang ditujukan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kondisi seseorang. Latihan ini mencakup semua komponen kondisi fisik antara lain kekuatan otot, daya tahan kardiovaskuler, daya tahan otot,
kelincahan, kecepatan, power, stamina, kelentukan dan lain-lain”. Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan, latihan fisik merupakan
salah satu unsur latihan olahraga secara menyeluruh, yaitu untuk meningkatkan prestasi olahraga serta untuk meningkatkan kesegaran jasmani. Dalam pelaksanaan
latihan fisik dapat ditekankan pada salah satu komponen kondisi fisik tertentu misalnya, daya tahan kardiovaskuler, maka latihan fisik harus ditekankan pada
peningkatan unsur-unsur kondisi fisik daya tahan kardiovaskuler. Latihan yang dilakukan harus bersifat spesifik sesuai dengan karakteristik komponen kondisi
fisik yang dikembangkan.
b. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Latihan Fisik
Cara yang paling efektif untuk memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani melalui latihan fisik atau olahraga secara teratur. Peningkatan derajat
kesehatan fisik manusia dapat dicapai melalui proses latihan olahraga, secara sistematis dan terprogram dengan baik. Tujuan latihan fisik menurut Harsono
1988:153 yaitu Untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional sistem tubuh sehingga mencapai prestasi yang lebih baik.
Secara umum tujuan dari latihan kondisi fisik yaitu, untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan ergosistem tubuh dalam melakukan kerja fisik.
Latihan untuk meningkatkan kesegaran jasmani bersifat aerobik. Menurut Cooper yang dikutip Sudarno SP. 1992: 64 bahwa, Untuk membina kesegaran jasmani,
kita harus memberi beban kepada sistem kardiorespirasi. Latihan yang kita lakukan harus memberi beban kepada sistem jantung dan paru. Latihan untuk
meningkatkan kesegaran jasmani terutama ditujukan pada sistem kardiorespirasi dengan melakukan aktivitas fisik dalam waktu yang relatif lama.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, salah satu ciri latihan untuk meningkatkan daya tahan kardiovaskuler yaitu memberi pembebanan pada jantung
commit to user dan paru-paru. Bentuk latihan yang baik dan efektif untuk memelihara dan
meningkatkan daya tahan karduiovaskuler adalah dengan latihan aerobik. Latihan aerobik merupakan bentuk latihan yang memberi beban kepada sistem jantung dan
paru, sehingga kapasitas jantung dan paru akan menjadi lebih baik. Menurut Rusli Lutan Adang Suherman 2000: 157 bahwa, Istilah aerobik digunakan
sehubungan dengan pemahaman tentang kerja yang memerlukan oksigen, penyalurannya bersama sistem peredaran darah ke seluruh sel tubuh dan
pemanfaatannya. Pendapat lain dikemukakan Marta Dinata 2003: 10 bahwa: Bentuk latihan aerobik dilakukan dengan intensitas rendah, sehingga dapat
menimbulkan efisiensi kerja dari organ-organ tubuh, yaitu jantung dan paru-paru, serta sistem pernafasan. Dengan meningkatkan kapasitas
aerobik maka cadangan tenaga menjadi lebih besar sehingga tubuh lebih mampu mempertahan kondisi fisik pada suatu aktivitas. Hal ini disebabkan
pada latihan aerobik, sistem pamasukan oksigen berlangsung terus menerus dan seimbang dengan kebutuhan pembetukan energi.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, upaya meningkatkan kebugaran jasmani adalah dengan latihan yang menekankan kerja jantung dan
paru-paru dalam waktu yang relatif lama pada suasana aerobik. Latihan aerobik yang dilakukan dengan intensitas rendah dalam waktu relatif lama dapat
mendorong kerja jantung, peredaran darah dan paru-paru, sehingga dapat merangsang kemampuan kerja jantung, peredaran darah dan paru-paru ke arah
yang lebih baik. Latihan aerobik yang dilakukan secara baik dan teratur akan memberikan perubahan-perubahan secara fisiologis. Latihan yang dilakukan
secara teratur dan sistematis dapat meningkatkan kapasitas total paru-paru dan volume jantung. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya rangsangan yang diberikan
terhadap tubuh. Bentuk dan jenis olahraga yang efektif untuk memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani, di antaranya jogging, sepeda santai, dan jalan
santai atau olahraga lainnya yang dilakukan dalam waktu relatif lama. Prinsip dasar latihan olahraga untuk meningkatkan dan memelihara daya
tahan aerobik, yaitu ditujukan pada peningkatan efisiensi sistem kerja paru- jantung. Seperti dikemukakan A. Hamidsyah Noer 1996: 62 bahwa, “Latihan-
latihan daya tahan akan meningkatkan kekuatan dan kemampuan jantung,
commit to user peredaran darah dan paru-paru beserta sistem pernapasan cardiorespiratory atau
cardiovaskuler”. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, ciri latihan untuk meningkatkan
kebugaran jasmani yaitu latihan yang memberi pembebanan pada jantung, peredaran darah, paru-paru dan pernapasan. Latihan olahraga yang efektif untuk
memberi pembebanan pada jantung, perearan darah, paru-paru dan pernapasan adalah latihan yang bersifat aerobik. Latihan aerobik merupakan latihan yang
dilakukan dengan intensitas relatif rendah dalam waktu yang relatif lama. Untuk meningkatkan kabugaran jasmani, maka seorang pelatih harus memahami ciri-ciri
latihan yang tepat. Menurut Suharno HP. 1993: 45 ciri-ciri umum latihan daya kebugaran jasmani antara lain:
1 Bentuk lari jarak jauh gerak cyclik dan bentuk gerakan acyclik yang terus menerus dalam waktu tertentu, minimal 30 menit20 menit.
2 Ada stres terhadap jantung, paru-paru otot dan pusat syaraf yang bersifat lama. Khusus untuk meningkatkan daya tahan anaerobik perlu
dilatih gerakan tanpa mengambil napas, sehingga cadangan zat kimia dalam otot ATP dan alkali reserve meningkat.
3 Metode yang dipergunakan constan training, cross country, fartlek, interval training, circuit traing.
Berdasarkan ciri-ciri latihan kebugaran jasmani di atas menunjukkan bahwa, prinsip latihan kebugaran jasmani yaitu, dilakukan dalam waktu yang relatif lama,
intensitas latihan rendah, memberikan tekanan atau stress pada jantung, paru-paru, otot dan pusat syaraf. Bentuk-bentuk latihan untuk memberi tekanan terhadap
jantung, paru-paru, otot di antaranya lari jarah jauh, couscantry, fartlek, interval training, circuit traing.
c. Prinsip-Prinsip Dasar Latihan Fisik
Prestasi dalam olahraga dapat dicapai melalui latihan secara intensif. Pelaksanaan latihan harus berpedoman pada prinsip-prinsip latihan yang benar.
Prinsip latihan merupakan garis pedoman yang hendaknya dipergunakan dalam latihan yang terorganisir dengan baik Nosseck, 1982: 14. Agar tujuan latihan
dapat dicapai secara optimal, hendaknya diterapkan prinsip-prinsip latihan yang
commit to user baik dan tepat Hal ini sesuai dengan tujuan prinsip latihan yang dikemukakan
Sudjarwo 1993: 21-23 bahwa, “Tujuan prinsip latihan yaitu agar pemberian dosis latihan dapat dilaksanakan secara tepat dan tidak merusak atlet. Sedangkan
prinsip-prinsip latihan di antaranya: 1 Prinsip individu, 2 Prinsip penambahan beban, 3 Prinsip interval, 4 Prinsip penekanan beban stress, 5 Prinsip
makanan baik dan, 6 Prinsip latihan sepanjang tahun”. Prinsip-prinsip latihan tersebut sangat penting untuk diperhatikan dalam
latihan. Tujuan latihan dapat tercapai dengan baik, jika prinsip-prinsip latihan tersebut dilaksanakan dengan baik dan benar. Untuk lebih jelasnya prinsip-prinsip
latihan dapat diuraikan sebagai berikut:
1 Prinsip Individu
Manfaat latihan akan lebih berarti, jika di dalam pelaksanaan latihan didasarkan pada karakteristik atau kondisi atlet yang dilatih. Perbedaan antara atlet
yang satu dengan yang lainnya tentunya tingkat kemampuan dasar serta prestasinya juga berbeda. Oleh karena perbedaan individu harus diperhatikan
dalam pelaksanaan latihan. Sadoso Sumosardjuno 1994: 13 menyatakan, Meskipun sejumlah atlet dapat diberi program pemantapan kondisi fisik yang
sama, tetapi kecepatan kemajuan dan perkembangannya tidak sama. Menurut Andi Suhendro 1999: 3.15 bahwa, “Prinsip individual merupakan salah satu
syarat dalam melakukan olahraga kontemporer. Prinsip ini harus diterapkan kepada setiap atlet, sekali atlet tersebut memiliki prestasi yang sama. Konsep
latihan ini harus disusun dengan kekhususan yang dimiliki setiap individu agar tujuan latihan dapat tercapai”.
Manfaat latihan akan lebih berarti jika program latihan yang diterapkan direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan kondisi setiap atlet.
Sudjarwo 1993: 21 menyatakan, “Pemberian beban latihan harus selalu mengingat kemampuan dan kondisi masing-masing atlet. Faktor-faktor individu
yang harus mendapat perhatian misalnya tingkat ketangkasan atlet, umur atau lamanya berlatih, kesehatan dan kesegaran jasmani serta psychologis”.
commit to user
2 Prinsip Penambahan Beban Over Load Principle
Prinsip beban lebih merupakan dasar dan harus dipahami seorang pelatih dan atlet. Prinsip beban lebih merupakan prinsip latihan yang mendasar untuk
memperoleh peningkatan kemampuan kerja. Kemampuan seseorang dapat meningkat jika mendapat rangsangan berupa beban latihan yang cukup berat, yaitu
di atas dari beban latihan yang biasa diterimanya. Andi Suhendro 1999: 3.7 menyatakan, “Seorang atlet tidak akan meningkat prestasinya apabila dalam
latihan mengabaikan prinsip beban lebih”. Sedangkan Rusli Lutan dkk. 1992: 95 berpendapat:
Setiap bentuk latihan untuk keterampilan teknik, taktik, fisik dan mental sekalipun harus berpedoman pada prinsip beban lebih. Kalau beban latihan
terlalu ringan, artinya di bawah kemampuannya, maka berapa lama pun atlet berlatih, betapa sering pun dia berlatih atau sampai bagaimana lelah
pun dia mengulang-ulang latihan itu, prestasinya tidak akan meningkat.
Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, prinsip beban lebih bertujuan untuk meningkatkan perkembangan kemampuan tubuh.
Pembebanan latihan yang lebih berat dari sebelumnya akan merangsang tubuh untuk beradaptasi dengan beban tersebut, sehingga kemampuan tubuh akan
meningkat. Kemampuan tubuh yang meningkat mempunyai peluang untuk mencapai prestasi yang lebih baik.
Salah satu hal yang harus tetap diperhatikan dalam peningkatan beban latihan harus tetap berada di atas ambang rangsang latihan. Beban latihan yang
terlalu berat tidak akan meningkatkan kemampuan atlet, tetapi justru sebaliknya yaitu kemunduran kemampuan kondisi fisik atau dapat mengakibatkan atlet
menjadi sakit.
3 Prinsip Interval
Interval atau istirahat merupakan bagian penting dalam latihan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kondisi atlet. Berkaitan dengan prinsip interval
Sudjarwo 1993: 22 menyatakan, “Latihan secara interval adalah merupakan serentetan latihan yang diselingi dengan istirahat tertentuinterval. Faktor istirahat
interval haruslah diperhatikan setelah jasmani melakukan kerja berat akibat latihan.”
commit to user Istirahat atau interval merupakan factor yang harus diperhatikan dalam
latihan. Kelelahan akibat dari latihan harus diberi istirahat. Dengan istirahat akan memulihkan kondisi atlet, sehingga untuk melakukan latihan berikutnya
kondisinya akan lebih baik.
4 Prinsip Penekanan Beban Stress
Pemberian beban latihan pada suatu saat harus dilaksanakan dengan tekanan yang berat atau bahkan dapat dikatakan membuat atalet stress. Penekanan
beban latihan harus sampai menimbulkan kelelahan secara sungguh-sungguh, baik kelelahan local maupun kelelahan total jasmani dan rokhani atlet. Dengan waktu
tertentu serta beban latihan dengan intensitas maksimal akan berakibat timbulnya kelelahan local yaitu otot-otot tertentu atau pun fungsi organisme. Kelelahan total
disebabkan adanay beban latihan dengan volume yang besar, serta intensitasnya maksimal dengan waktu yang cukup lama. Prinsip penekanan beban stress
diberikan guna meningkatkan kemampuan organisme, penggemblengan mental yang sangat diperlukan untuk menghadapi pertandingan-pertandingan.
5 Prinsip Makanan Baik
Makanan yang sehat dan baik sangat penting bagi seorang atlet. Makanan yang dikonsumsi atlet harus sesuai dengan tenaga yang diperlukan dalam latihan.
Untuk menentukan jenis makanan yang harus dikonsumsi seorang atlet harus bekerjasama dengan ahli gizi. Sudjarwo 1993: 23 menyatakan, “Untuk seorang
atlet diperlukan 25-35 lemak, 15 putih telur, 50-60 hidrat arang dan vitamin serta meniral lainnya”. Pentingnya peranan makanan yang baik untuk seorang
atlet, maka harus diperhatikan agar kondisi atlet tetap terjaga, sehingga akan mendukung pencapaian prestasi yang maksimal.
6 Prinsip Latihan Sepanjang Tahun
commit to user Pencapaian prestasi yang tinggi dibutuhkan latihan yang teratur dan
terprogram. Sudjarwo 1993: 23 menyatakan, “Kembali kepada sistematis dari latihan yang diberikan secara teratur dan ajeg serta dilaksanakan sepanjang tahun
tanpa berseling. Hal ini bukan berarti tidak ada istirahat sama sekali, ingat akan prinsip interval”.
Sistematis suatu latihan sepanjang tahun akan diketahui melalui periode- periode latihan. Oleh karena itu, latihan sepanjang tahun harus dijabarkan dalam
periode-periode latihan. Melalui penjabaran dalam periode-periode latihan, maka tujuan kan lebih fokus, sehingga prestasi yang tinggi dapat dicapai.
d. Komponen-Komponen Latihan
Aktivitas fisik yang dilakukan seseorang berpengaruh terhadap kondisi fisiologis, anatomis, biokimia dan psikologis. Efisiensi dari suatu kegiatan
merupakan akibat dari waktu yang dipakai, jarak yang ditempuh dan jumlah pengulangan volume, beban dan kecepatannya intensitas, serta frekuensi
penampilan densitas. Menurut Depdiknas. 2000: 105 bahwa, “Dalam proses latihan yang efisien dan efektifitas dipengaruhi: 1 volume latihan, 2 intensitas
latihan, 3 densitas latihan dan 4 kompleksitas latihan”.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, latihan akan mencapai hasil yang efektif dan waktunya lebih efisien jika komponen-komponen latihan diperhatikan
dengan baik dan benar. Komponen-komponen latihan meliputi volume latihan, intensitas latihan, densitas latihan dan kompleksitas latihan. Untuk lebih jelasnya
komponen-komponen latihan dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut :
1 Volume Latihan
Volume latihan merupakan syarat yang sangat penting untuk mencapai kemampuan fisik yang yang lebih baik. Menurut Andi Suhendro 1999: 3.17
bahwa, “Volume latihan adalah ukuran yang menunjukkan jumlah atau kuantitas derajat besarnya suatu rangsang yang dapat ditujukan dengan jumlah repetisi, seri
atau set dan panjang jarak yang ditempuh”. Sedangkan Depdiknas 2000: 106 menyatakan, “Unsur-unsur latihan meliputi: 1 waktu atau lama latihan, 2 jarak
tempuh atau berat beban yang diangkut setiap waktu dan 3 jumlah ulangan latihan atau unsur teknik yang dilakukan dalam waktu tertentu”.
Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, volume latihan mencerminkan kuantitas atau banyaknya latihan yang dilakukan pada saat latihan.
Untuk meningkatkan kemampuan fisik, maka volume latihan harus ditingkatkan secara berangsur-angsur progresif. Peningkatan beban latihan harus disesuaikan
dengan perkembangan yang dicapai. Hal ini karena, semakin tinggi kemampuan seseorang makin besar volume latihannya, karena terdapat korelasi antara volume
latihan dan prestasi.
commit to user
2 Intensitas Latihan
Intensitas latihan merupakan komponen kualitas latihan yang mengacu pada jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu unit waktu tertentu. Semakin
banyak kerja yang dilakukan, semakin tinggi intensitasnya. Suharno HP. 1993: 31 menyatakan, “Intensitas adalah takaran yang menunjukkan kadar atau
tingkatan pengeluaran energi atlet dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan maupun pertandingan”.
Intensitas latihan tercermin dari kuatnya stimuli rangsangan syaraf dalam latihan. Kuatnya ranbgsangan tergantung dari beban, kecepatan gerakan dan
variasi interval atau istirahat antar ulangan. Antara intensitas latihan dan volume latihan sulit untuk dipisahkan, karena latihan selalu mengkaitkan antara kuantitas
dan kualitas latihan. Untuk mencapai hasil latihan yang baik, maka intensitas latihan yang diberikan tidak boleh terlalu tinggi atau terlalu rendah. Intensitas
suatu latihan yang tidak memadai atau terlalu rendah, maka pengaruh latihan yang ditimbulkan sangat kecil bahkan tidak ada sama sekali. Sebaliknya bila intensitas
latihan terlalu tinggi dapat menimbulkan cidera.
3 Densitas Latihan
Densitas merupakan frekuensi kekerapan dalam melakukan serangkaian stimuli rangsangan harus dilakukan dalam setiap unit waktu dalam latihan.
Dalam hal ini Andi Suhendro 1999: 3.24 menyatakan, “Density merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kepadatan suatu latihan yang dilakukan”.
Densitas menunjukkan hubungan yang dicerminkan dalam waktu antara aktifitas dan pemulihan recovery dalam latihan. Ketepatan densitas dinilai
berdasarkan perimbangan antara aktivitas dan pemulihan. Perimbangan ini berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan seseorang. Lama waktu istirahat
atau interval antar aktivitas tergantung pada berbagai faktor antar alain: intensitas latihan, status kemampuan peserta, fase latihan, serta kemampuan spesifik yang
ditingkatkan. Berkaitan dengan densitas latihan Depdiknas 2000: 107 berpendapat:
commit to user
4 Kompleksitas Latihan
Kompleksitas dikaitan pada kerumitan bentuk latihan yang dilaksanakan dalam latihan. Hal ini sesuai pendapat Depdiknas 2000: 108 bahwa,
“Kompleksitas latihan menunjukkann tingkat keragaman unsur yang dilakukan dalam latihan”. Kompleksitas dari suatu keterampilan membutuhkan koordinasi,
dapat menjadi penyebab penting dalam menambah intensitas latihan. Keterampilan teknik yang rumit atau sulit, mungkin akan menimbulkan permasalahan dan
akhirnya akan menyebabkan tekanan tambahan terhadap otot, khususnya selama tahap dimana koordinasi syaraf otot berada dalam keadaan lemah. Suatu gambaran
kelompok individual terhadap keterampilan yang kompleks, dapat membedakan dengan cepat mana yang memiliki koordinasi yang baik dan yang jelek. Seperti
dikemukakan Astrand dan Rodahl dalam Bompa 1983: 28 “Semakin sulit bentuk latihan semakin besar juga perbedaan individual serta efisiensi mekanismenya”.
e. Perubahan-Perubahan Tubuh Akibat Latihan Fisik
Aktivitas jasmani yang dilakukan secara teratur menimbulkan aneka perubahan pada tubuh seseorang. Latihan fisik yang dilakukan secara sistematis,
teratur dan kontinyu serta diterapkan prinsip-prinsip latihan yang baik dan tepat akan menyebabkan perubahan-perubahan tubuh yang mengarah pada peningkatan
kemampuan tubuh untuk melaksanakan kerja yang lebih berat. Menurut Mucshin Doewes dkk, 1994: 47-49 efek latihan dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu:
“1 Efek langsung, 2 Efek tidak langsung dan 3 Efek berkelanjutan”. Berkaitan dengan pengaruh daya tahan aerobik, Junusul Hairy 1989: 208-211 menyatakan,
“beberapa perubahan yang terjadi setelah melakukan latihan daya tahan aerobik yaitu 1 Perubahan kardiorespiratori, 2 Peningkatan daya tahan otot dan, 3
Perubahan bahan-bahan kimia dalam jaringan”. Untuk lebih jelasnya diuraikan secara singkat sebagai berikut :
1 Perubahan Kardiorespiratori
Perubahan kardiorespiratori yang disebabkan oleh latihan daya tahan aerobik, juga termasuk sistem transport oksigen. Sistem transport oksigen
melibatkan juga sistem sirkulatori, respiratori dan jaringan, mereka bekerja
commit to user bersama-sama untuk satu tujuan yaitu, melepaskan atau menyampaikan oksigen ke
otot yang sedang bekerja. Karena dengan latihan daya tahan aerobik dapat meningkatkan respon jantung terhadap kegiatan dan juga dapat diharapkan, bahwa
organ-organ yang terlatih dapat bekerja lebih efisien pada semua pekerjaan.
Pembuluh darah kapiler pada otot bertambah banyak, sehingga memungkinkan difusi oksigen di dalam otot dapat lebih mudah, akibatnya
mempunyai kemampuan untuk mengangkut dan mempergunakan rata-rata oksigen lebih besar daripada orang yang tidak terlatih. Karena itu dapat mengkonsumsi
oksigen lebih banyak per-unit massa otot, dan dapat bekerja lebih tahan lama.
2 Peningkatan Daya Tahan Otot
Daya tahan otot adalah berhubungan dengan kemampuan sekelompok otot dalam mempertahankan suatu usaha dalam waktu yang lama tanpa mengurangi
unjuk kerja. Kemampuan relatif untuk mensuplai oksigen selama kontraksi otot berlangsung, kapasitas aerobik konsumsi oksigen maksimal.
Kapasitas aerobik maksimal merupakan suatu indikator yang terbaik dari daya tahan seseorang. Kapasitas aerobik yang tinggi hanya dapat dicapai dengan
melakukan dengan melakukan latihan daya tahan secara reguler. Hal ini disebabkan oleh terjadinya perubahan pada mitochondria terutama peningkatan
kapasitas respiratori. Mitochondria terutama terlibat dalam pemakaian oksigen untuk produksi
ATP, sedangkan oksigen yang ada pada mitochondria berasal dari sel otot yang diangkut oleh mioglobin. Fungsi mioglobin adalah menyimpan dan mengangkut
oksigen dari sel otot ke mitochondria.
3 Perubahan Bahan-Bahan Kimia dalam Jaringan
Perubahan bahan-bahan kimia dalam jaringan akibat latihan daya tahan aerobik, menurut Junusul Hairy 1989: 209-211 meliputi:
Terdapat tiga kelompok besar sistem aerobik yang terdapat di dalam otot rangka atlet, yang disebabkan oleh latihan daya tahan yaitu:
1 Meningkatnya kandungan mioglobin 2 Meningkatnya oksidadi karbohidrat :
commit to user a Meningkatnya jumlah, ukuran dan daerah permukaan membran
mitochondria. b Meningkatnya tingkat kegiatan atau konsentrasi enzim yang terlibat
di dalam daur krebs dan sistem transport elektron. c Peningkatan penyimpanan glikogen dalam otot.
3 Meningkatnya oksidasi lemak meliputi: a Meningkatnya penyimpanan trigliserida di dalam intramuskular,
yang disimpan dalam bentuk lemak. b Meningkatnya pengeluaran asam lemak bebas dari jaringan lemak,
sehingga tersedianya lemak sebagai bahan bakar meningkat. c Meningkatnya kegiatan enzim yang terlibat di dalam aktivitas
transport, dan pemecahan asam lemak. Selain perubahan-perubahan yang terjadi seperti yang telah diuraikan di
atas, latihan daya tahan aerobik juga dapat merubah hal-hal penting lainnya seperti perubahan pada komposisi tubuh, perubahan pada tekanan darah, perubahan pada
penyesuaian terhadap panas, perubahan pada jarigan ikat dan perubahan pada otot dan serabut-serabut otot Junusul Hairy, 1989: 210-211
Pengaruh yang ditimbulkan dari latihan daya tahan aerobik mempunyai pengaruh baik terhadap kesegaran jasmani. Perubahan-perubahan dari latihan daya
tahan aerobik meliputi perubahan kardiorespiratori, daya tahan otot dan perubahan bahan-bahan kimia dalam jaringan. Untuk memperoleh kesegaran
jasmani yang baik, maka harus melakukan latihan aerobik secara baik dan teratur
4. Pengukuran Tingkat Kebugaran Jasmani
a. Cara Pengukuran Kebugaran Jasmani
Banyak ahli telah berhasil mengembangkan metode yang cukup cermat untuk mengukur kemampuan aerobik daya tahan jantung, peredaran darah dan
pernafasan ditinjau dari kesehatan yang membutuhkan peralatan yang rumit dan keahlian khusus. Bagi kita orang awam tentunya tidak memahami cara
menggunakan alat-alat tersebut untuk mengikuti perkembangan jasmani dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan.
Dalam hal ini ada cara penilaian yang sangat sederhana dan dapat dilakukan setiap orang yaitu dengan jalan mengukur denyut jantung atau denyut
nadi. Frekuensi denyut jantung denyutanmenit selama dan setelah melakukan latihan dan begitu pula pada waktu istirahat penuh nadi basal, tidak saja dapat
commit to user memberi gambaran tentang kesegaran seseorangsecara umum, akan tetapi juga
tentang beban kerja yang selaras dengan kemampuannya. Rusli Lutan dan Andang Suherman 2000: 158 menyatakan:
Fitness aerobik diukur berdasarkan kemampuan jantung untuk memompa darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh, dan kemampuan untuk
menyesuaikan ke proses pemulihan dari aktivitas jasmani. Fitness aerobik diukur berdasarkan kemampuan maksimum penyerapan oksigen, yang
disebut dalam istilah VO2 maks. Yang menggambarkan seberapa efisien tubuh memanfaatkan oksigen selama aktivitas jasmani berlangsung dari
derajat sedang hingga yang lebih berat.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, untuk mengukur daya tahan kardiovaskuler dapat diketahui berdasarkan kemampuan jantung memompa darah
ke seluruh tubuh dan kemampuan penyesuaian pemulihan dari kegiatan atau aktivitas. Pada umumnya terdapat kecenderungan bahwa, seseorang dengan denyut
nadi basal yang rendah, relatif lebih segar daripada mereka dengan denyut nadinya tinggi. Ini menunjukkan bahwa, kemampuan jantung untuk mengalirkan darah ke
seluruh tubuh melalui denyutan yang lebih sedikit dalam satu menit, oleh karenanya daya pompanya begitu besar. Dikatakan secara fisiologis bahwa, daya
kerja jantung yang demikian sangat efisien. Frekuensi denyut nadi semenit, baik yang basal maupun setelah melakukan latihan relatif lebih rendah dan gejala ini
terjadi berkat kebugaran jasmani yang makin meningkat. Biasanya kerja fisik menyebabkan denyut nadi seseorang meningkat dan
ada kalanya dapat terus menanjak melebihi 200 denyutan setiap menit. Dalam hal ini seseorang melakukan latihan fisik berkelanjutan tanpa istirahat, maka pada
suatu saat dapat berada dalam keadaan mantap steady state. Ini berarti, frekuensi nadinya semenit dapat bertambah 60 dari perbedaan antara nadi basal dan nadi
maksumum menurut usianya. Marta Dinata 2003: 29 memberikan contoh sebagai berikut: misalnya, seseorang berusia 25 tahun dengan nadi basal 60 per menit dan
nadi maksimum menurut usianya rata-rata 200 per menit, maka nadinya sewaktu bekerja dalam keadaan mantap, seyogyanya berada sekitar 60 + 60 200-60 =
60 + 48 = 144 denyutan per menit. Derajat 60 dinamakan “ambang denyut jantung” perlu dipertahankan selama melakukan kegiatan fisik yang mantap.
commit to user Berikut ini disajikan tabel ambang denyut jantung dalam berbagai tingkat
usia dan denyut nadi basal menurut Marta Dinata 2003: 29 sebagai berikut: Tabel 2. Ambang Denyut Jantung dalam Berbagai Tingkat Usia dan Denyut Nadi
Basal Usia
Denyut jantung waktu kerja fisik denyutan per menit 60
65 70
75 80
85 90
25 144
146 148
150 152
154 156
30 140
142 144
146 148
150 152
35 137
139 141
146 148
150 152
40 133
135 137
139 141
143 145
45 130
132 134
136 138
140 142
50 127
129 131
133 135
137 139
55 123
125 127
129 131
133 135
60 119
121 123
125 127
129 131
65 116
118 120
122 124
126 128
Ambang denyut jantung dalam melakukan kerja fisik yang mantap dan berkelanjutan Marta Dinata, 2003:29
b. Macam-Macam Tes Kebugaran Jasmani
Latihan secara baik dan teratur merupakan langkah yang tepat untuk memelihara tingkat kebugaran jasmani. Dalam pelaksanaan latihan hendaknya
dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana hasil latihan yang telah dilaksanakan. Evaluasi ini sangat penting, sehingga akan diketahui apakah tingkat
kebugaran jasmaniya dalam keadaan baik atau belum. Untuk mengetahui tingkat kebugaran jasmani dapat dilakukan secara sederhana dan dapat melalui
laboratorium. Menurut Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi tahun 1996: 65- 105 mengelompokkan macam-macam tes kesegaran jasmani yaitu:
1 Tes daya tahan jantung dan paru terdiri dari: a Tes jalan cepat 4.800 meter
b Tes lari 2,4 meter c Tes naik turn bangku
d Step tes Indonesia
2 Pengukuran VO2 Max terdiri dari: a Metode Balke lari 15 menit
b Dengan ergocycloe c Dngan treadmill.
commit to user Pendapat lain dikemukakan M. Furqon H. 2003: 57 bahwa, “Bentuk tes
untuk mengukur atau menilai kesegaran aerobik dengan lari multitahap multistage fitness test. Sedangkan Rusli Lutan dan Adang Suherman 2000: 159
berpendapat, “Bentuk tes yang paling praktis untuk mengukur kapasitas aerobik menggunakan tes lari 12 menit rancangan dari Cooper”.
Dari macam-macam tes kebugaran jasmani tersebut, masing-masing memiliki karakteristik dan aturan sendiri-sendiri. Dari hasil tes yang telah
dilaksanakan, kemudian dikonsultasikan sesuai norma dari masing-masing bentuk tes tersebut, sehingga akan dikatahui pada kondisi yang bagaimana kebugaran
jasmani seseorang.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dibutuhkan untuk mendukung kajian teoritis yang dikemukakan. Sampai saat ini telah banyak penelitian ilmiah yang dilakukan
khususnya yang terkait dengan kebugaran jasmani dengan hasil yang masih bervariasi atau beragam. Berikut ini disajikan hasil penelitian yang relevan sebagai
berikut: 1. Penelitian Dwi Nugroho dengan judul, “Studi Tentang Daya Tahan
Kardiovaskuler Pada Anggota Fitness Center Primadona Di Banjarnegara Tahun 2006 ”. Dari penelitian ini diperoleh simpulan yaitu: Daya tahan
kardiovaskuler anggota fitness center Primadona Banjarnegara tahun 2006 yang memiliki kategori sangat baik 1 orang 3.125, yang memiliki kategori
baik 9 orang 28.125, yang memiliki kategori sedang 19 orang 59.375 dan yang memiliki kategori buruk 3 orang 9.375.
2. Penelitian Catur Priambodo dengan judul, “Studi Tentang Status Kesegaran Jasmani dan Status Gizi Pada Siswa Putra Kelas IV dan V Sekolah Dasar
Ta’mirul Islam Surakarta Tahun 20052006 ”. Dari penelitian ini diperoleh simpulan yaitu: 1 Status kesegaran jasmani siswa putra kelas IV dan V
Sekolah Dasar Ta’mirul Islam Surakarta tahun pelajaran 20052006 rata-rata adalah kurang. 2 Status gizi siswa putra kelas IV Sekolah Dasar Ta’mirul
commit to user Islam Surakarta tahun pelajaran 20052006 rata-rata adalah kurang. Sedangkan
status gizin siswa putra kelas V Sekolah Dasar Ta’mirul Islam Surakarta tahun pelajaran 20052006 rata-rata normal.
C. Kerangka Pemikiran Sepakbola merupakan olahraga permainan yang muntuk kualitas kebugaran
jasmani yang baik. Karena dalam permainan sepakbola setiap pemain dituntut selalu bergerak dengan memainkan teknik dasar dalam waktu yang lama. Dengan
kesegaran jasmani yang dimilikinya, maka seorang pemain sepakbola dapat melaksanakan tugas dengan baik tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti dan
masih memiliki cadangan energi untuk aktivitas selanjutnya. Tingkat kebugaran jasmani pada umumnya ditampilkan dengan unjuk kerja
fisik yang baik. Orang yang memiliki kondisi fisik yang baik berarti mencerminkan tingkat kebugaran jasmaninya baik pula. Olahraga secara teratur
atau melakukan aktivitas fisik secara ajeg merupakan usaha untuk menjaga dan memelihara kebugaran jasmani. Salah satu upaya untuk menjaga dan
meningkatkan kebugaran jasmani pemain sepakbola dengan melakukan latihan fisik secara sistematis dan kontinyu.
Latihan fisik merupakan sarana yang efektif untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Dalam melakukan latihan fisik harus memberi pembebanan
pada kerja jantung, paru-paru, peredaran darah dan sistem pernapasan. Latihan untuk meningkatkan kebugaran jasmani harus dilakukan dalam intensitas sedang
yang dilakukan dalam waktu relatif lama. Banyak manfaat yang diperoleh dari latihan kebugaran jasmani. Dengan
latihan fisik secara teratur, maka akan terjadi beberapa perubahan setelah melakukan latihan kebugaran jasmani yaitu: perubahan kardiorespiratori,
peningkatan daya tahan otot dan, perubahan bahan-bahan kimia dalam jaringan. Bentuk-bentuk latihan yang efektif untuk meningkatkan kebugaran jasmani seperti
jalan, jogging, bersepeda atau olahraga lainnya yang membutuhkan waktu relatif lama. Dengan latihan yang dilakukan secara baik dan teratur akan meningkatkan
commit to user kualitas kerja jantung dan paru-paru, sehingga akan diperoleh kebugaran jasmani
yang baik. Dalam pelaksanaan latihan kebugaran jasmani hendaknya selalu diadakan
evaluasi. Evaluasi sangat penting, hal ini untuk mengetahui apakah ingkat kebugaran jasmaninya dalam kondisi sudah baik atau belum. Tanpa adanya
evaluasi, maka tidak diketahui hasil dari latihan. Jika dari evaluasi diketahui kebugaran jasmaninya buruk, maka harus ditingkatkan, jika dalam kondisi baik,
maka harus dipertahankan. Banyak macam cara untuk mengukur kebugaran jasmani, baik dengan cara
yang sederhana atau melalui laboratorium. Bentuk tes kebugaran jasmani yang sederhana di antaranya, naik turun bangku, tes dalam bentuk jalan atau lari. Dari
macam-macam bentuk tes kebugaran jasmani yang sederhana tersebut dapat memberikan penaksiran terhadap kualitas kerja jantung, paru-paru, peredaran
darah dan pernapasan yang mendekati tes laboratorium. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan latihan kebugaran jasmani harus selalu dilakukan kontrol, agar
diketahui tingkat kebugaran jasmaninya.
commit to user
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian