Cara Pengukuran Kebugaran Jasmani

commit to user a Meningkatnya jumlah, ukuran dan daerah permukaan membran mitochondria. b Meningkatnya tingkat kegiatan atau konsentrasi enzim yang terlibat di dalam daur krebs dan sistem transport elektron. c Peningkatan penyimpanan glikogen dalam otot. 3 Meningkatnya oksidasi lemak meliputi: a Meningkatnya penyimpanan trigliserida di dalam intramuskular, yang disimpan dalam bentuk lemak. b Meningkatnya pengeluaran asam lemak bebas dari jaringan lemak, sehingga tersedianya lemak sebagai bahan bakar meningkat. c Meningkatnya kegiatan enzim yang terlibat di dalam aktivitas transport, dan pemecahan asam lemak. Selain perubahan-perubahan yang terjadi seperti yang telah diuraikan di atas, latihan daya tahan aerobik juga dapat merubah hal-hal penting lainnya seperti perubahan pada komposisi tubuh, perubahan pada tekanan darah, perubahan pada penyesuaian terhadap panas, perubahan pada jarigan ikat dan perubahan pada otot dan serabut-serabut otot Junusul Hairy, 1989: 210-211 Pengaruh yang ditimbulkan dari latihan daya tahan aerobik mempunyai pengaruh baik terhadap kesegaran jasmani. Perubahan-perubahan dari latihan daya tahan aerobik meliputi perubahan kardiorespiratori, daya tahan otot dan perubahan bahan-bahan kimia dalam jaringan. Untuk memperoleh kesegaran jasmani yang baik, maka harus melakukan latihan aerobik secara baik dan teratur

4. Pengukuran Tingkat Kebugaran Jasmani

a. Cara Pengukuran Kebugaran Jasmani

Banyak ahli telah berhasil mengembangkan metode yang cukup cermat untuk mengukur kemampuan aerobik daya tahan jantung, peredaran darah dan pernafasan ditinjau dari kesehatan yang membutuhkan peralatan yang rumit dan keahlian khusus. Bagi kita orang awam tentunya tidak memahami cara menggunakan alat-alat tersebut untuk mengikuti perkembangan jasmani dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan. Dalam hal ini ada cara penilaian yang sangat sederhana dan dapat dilakukan setiap orang yaitu dengan jalan mengukur denyut jantung atau denyut nadi. Frekuensi denyut jantung denyutanmenit selama dan setelah melakukan latihan dan begitu pula pada waktu istirahat penuh nadi basal, tidak saja dapat commit to user memberi gambaran tentang kesegaran seseorangsecara umum, akan tetapi juga tentang beban kerja yang selaras dengan kemampuannya. Rusli Lutan dan Andang Suherman 2000: 158 menyatakan: Fitness aerobik diukur berdasarkan kemampuan jantung untuk memompa darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh, dan kemampuan untuk menyesuaikan ke proses pemulihan dari aktivitas jasmani. Fitness aerobik diukur berdasarkan kemampuan maksimum penyerapan oksigen, yang disebut dalam istilah VO2 maks. Yang menggambarkan seberapa efisien tubuh memanfaatkan oksigen selama aktivitas jasmani berlangsung dari derajat sedang hingga yang lebih berat. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, untuk mengukur daya tahan kardiovaskuler dapat diketahui berdasarkan kemampuan jantung memompa darah ke seluruh tubuh dan kemampuan penyesuaian pemulihan dari kegiatan atau aktivitas. Pada umumnya terdapat kecenderungan bahwa, seseorang dengan denyut nadi basal yang rendah, relatif lebih segar daripada mereka dengan denyut nadinya tinggi. Ini menunjukkan bahwa, kemampuan jantung untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh melalui denyutan yang lebih sedikit dalam satu menit, oleh karenanya daya pompanya begitu besar. Dikatakan secara fisiologis bahwa, daya kerja jantung yang demikian sangat efisien. Frekuensi denyut nadi semenit, baik yang basal maupun setelah melakukan latihan relatif lebih rendah dan gejala ini terjadi berkat kebugaran jasmani yang makin meningkat. Biasanya kerja fisik menyebabkan denyut nadi seseorang meningkat dan ada kalanya dapat terus menanjak melebihi 200 denyutan setiap menit. Dalam hal ini seseorang melakukan latihan fisik berkelanjutan tanpa istirahat, maka pada suatu saat dapat berada dalam keadaan mantap steady state. Ini berarti, frekuensi nadinya semenit dapat bertambah 60 dari perbedaan antara nadi basal dan nadi maksumum menurut usianya. Marta Dinata 2003: 29 memberikan contoh sebagai berikut: misalnya, seseorang berusia 25 tahun dengan nadi basal 60 per menit dan nadi maksimum menurut usianya rata-rata 200 per menit, maka nadinya sewaktu bekerja dalam keadaan mantap, seyogyanya berada sekitar 60 + 60 200-60 = 60 + 48 = 144 denyutan per menit. Derajat 60 dinamakan “ambang denyut jantung” perlu dipertahankan selama melakukan kegiatan fisik yang mantap. commit to user Berikut ini disajikan tabel ambang denyut jantung dalam berbagai tingkat usia dan denyut nadi basal menurut Marta Dinata 2003: 29 sebagai berikut: Tabel 2. Ambang Denyut Jantung dalam Berbagai Tingkat Usia dan Denyut Nadi Basal Usia Denyut jantung waktu kerja fisik denyutan per menit 60 65 70 75 80 85 90 25 144 146 148 150 152 154 156 30 140 142 144 146 148 150 152 35 137 139 141 146 148 150 152 40 133 135 137 139 141 143 145 45 130 132 134 136 138 140 142 50 127 129 131 133 135 137 139 55 123 125 127 129 131 133 135 60 119 121 123 125 127 129 131 65 116 118 120 122 124 126 128 Ambang denyut jantung dalam melakukan kerja fisik yang mantap dan berkelanjutan Marta Dinata, 2003:29

b. Macam-Macam Tes Kebugaran Jasmani