Metode Penelitian Zaman Azuchi Momoyama hingga Zaman Edo 1989

11 a. Untuk mengetahui latar sebelum dan saat peristiwa pemboman di Hiroshima. b. Untuk mengetahui latar pasca peristiwa pemboman di Hiroshima.

1.5.2 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah: a. Bagi penulis sendiri, diharapkan dapat menambah wawasan mengenai sejarah Jepang khususnya pada peristiwa bom atom Hiroshima- Nagasaki pada Perang Dunia II. b. Bagi pembaca dan pelajar-pelajar bahasa Jepang pada khususnya dan masyarakat pada umumnya diharapkan semoga penelitian ini bisa sebagai bahan referensi dan menambah informasi tentang sejarah Jepang. c. Untuk pembaca penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dengan penelitian-penelitian lain yang telah ada sebelumnya.

1.6 Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian, sangat diperlukan metode-metode untuk menunjang keberhasilan tulisan yang akan disampaikan penulis kepada para pembaca. Metode penelitian adalah cara pengumpulan data, penyusunan data untuk menguji hipotesa pada penelitian. Universitas Sumatera Utara 12 Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan metode penelitian deskriptif. Menurut Nazir 1988: 54, metode penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, kondisi, sistem pemikiran maupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Metode deskriptif juga termasuk sebagai metode dalam penelitian kualitatif. Menurut Moleong 1994: 6, metode penelitian kualitatif adalah merupakan penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Penelitian kualitatif ini bukanlah penelitian kuantitatifikasi yang berdasarkan angka-angka, tapi menggunakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang sedang dikaji secara empiris. Untuk mendukung deskripsi dan analisis latar pada buku Hiroshima karya John Hersey ini, penulis juga menggunakan metode studi kepustakaan untuk mengumpulkan data-data pendukung. Yaitu dengan cara mengumpulkan data dari berbagai macam literatur buku yang berhubungan dengan masalah penelitian dan menghimpun data yang bersumber dari internet seperti Google dan blog-blog yang membahas mengenai permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini. Kemudian semua data tersebut dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan dan saran. Universitas Sumatera Utara 13 BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KARYA SASTRA, UNSUR-UNSUR KARYA SASTRA, LATAR DAN KONDISI PREFEKTUR HIROSHIMA

2.1 Pengertian Karya Sastra

Ada beberapa problematika dalam mendefinisikan karya sastra. Problematika itu bersumber pada beberapa hal. Pertama, kebanyakan orang mendefinisikan karya sastra secara umum, tetapi perlu dipertimbangkan adanya kenyataan bahwa ada berbagai jenis karya sastra Siswanto, 2008:70-71. Selain bersifat umum, karya sastra juga bersifat khusus, bahkan perseorangan. Dikatakan bersifat umum karena semua karya sastra seharusnya dapat dibedakan dengan bentuk hasil-hasil seni atau kebudayaan lainnya, seperti seni patung, seni tari, seni lukis, seni rupa, dan pidato. Karya sastra bersifat khusus karena karya sastra bisa dibedakan atas puisi, prosa dan drama. Kita akan setuju bila setiap jenis karya sastra itu tidak sama satu sama lain. Hal inilah yang menyebabkan orang gagal jika akan mendefinisikan karya sastra secara umum. Terlebih bila mau membagi-bagi lagi. Puisi dapat dibedakan atas puisi naratif, Universitas Sumatera Utara 14 ekspresif, impresif, ode, atau jenis puisi lainnya. Prosa dapat dibedakan atas cerpen, novelet, novel, roman atau jenis pembagian yang lain. Kedua, definisi karya sastra hanya didasarkan pada satu sudut pandang saja. Kita tidak mendefinisikan karya sastra berdasarkan situasi kesusastraan: sastrawan-karya sastra-alam-pembaca. Sebagai contoh, dalam hubungannya karya sastra dengan alam, ada orang menyatakan bahwa karya sastra adalah sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan pertama-tama sebuah imitasi. Ternyata definisi yang demikian juga terdapat dalam laporan di koran-koran yang ditulis secara kreatif seperti wawancara yang dilakukan John Hersey terhadap enam tokohnya dalam peristiwa pemboman Hiroshima. Buku Hiroshimatidak pernah disebut sebagai novel meskipun ia memiliki semua unsur karya sastra dan ditulis dengan gaya narasi. Ketiga, dalam mendefinisikan hakikat karya sastra, definisi hanya didasarkan pada definisi evaluatif. Orang mendefinisikan dengan memasukkan keinginan untuk menilai apakah sebuah karya tulis termasuk karya sastra yang baik atau tidak. Keempat, banyak definisi karya sastra di Indonesia diambil dari contoh- contoh dan definisi-definisi karya sastra Barat. Sejarah dan perkembangan sastra di Barat berbeda degnan sejarah perkembangan sastra di Indonesia. Estetika yang dianut orang Barat juga tidak selalu sama dengan yang kata anut. Apalagi, di Barat terlebih dahulu mengalami kemajuan di bidang tradisi tulis. Oleh karena itu, definisi yang diambil dari Barat tidak atau kurang memerhatikan bentuk-bentuk khusus dari karya sastra yang kita miliki. Menurut Siswanto kita memiliki sastra Universitas Sumatera Utara 15 yang mempunyai estetika sendiri. Ia mencontohkan Tembang di Jawa yang mempunyai laras, guru lagu, guru wilangan, atau kriteria keindahan yang berbeda dengan di dunia Barat. Luxemburg dalam Wicaksono 2014:7 menjelaskan beberapa ciri yang selalu muncul dari definisi-definisi yang pernah diungkapkan, yaitu: a. Sastra merupakan ciptaaan atau kreasi, bukan pertama-tama imitasi. b. Sastra bersifat otonom menciptakan dunianya sendiri, terlepas dari dunia nyata. c. Sastra mempunyai koherensi atau keselarasan antara bentuk dan isinya. d. Sastra menghidangkan sintesa jalan tengah antara hal-hal yang saling bertentangan. e. Sastra berusaha mengungkapkan hal yang tidak terungkapkan. Lebih lanjut, Sumardjo dan Saini dalam Wicaksono 2014:7-8 mengajukan sepuluh syarat karya sastra bermutu, yaitu: a. Karya sastra adalah usaha merekam isi jiwa sastrawannya. b. Sastra adalah komunikasi, artinya bisa dipahami oleh orang lain. c. Sastra adalah sebuah keteraturan, artinya tidak tunduk pada kaidah- kaidah seni. d. Sastra adalah penghiburan, artinya mampu memberi rasa puas atau rasa senang pada pembaca. e. Sastra adalah sebuah integrasi, artinya terdapat keserasian antara isi, bentuk, bahasa, dan ekspresi pribadi pengarangnya. f. Sebuah karya sastra yang bermutu merupakan penemuan. Universitas Sumatera Utara 16 g. Karya yang bermutu merupakan totalitas ekspresi sastrawannya. h. Karya sastra yang bermutu merupakan sebuah karya yang pekat, artinya padat isi dan bentuk, bahasa dan ekspresi. i. Karya sastra yang bermutu merupakan hasil penafsiran kehidupan. j. Karya sastra yang bermutu merupakan sebuah pembaharuan. Wicaksono 2014:1 sendiri menyimpulkan karya sastra adalah bentuk kreativitas dalam bahasa yang indah berisi sederetan pengalaman batin dan imajinasi yang berasal dari penghayatan realitas sosial pengarang.Karya sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Karya sastra merupakan ungkapan batin seseorang melalui bahasa dengan cara penggambaran. Penggambaran atau imajinasi ini dapat merupakan titian terhadap kenyataan hidup, wawasan pengarang terhadap kenyataan kehidupan, dapat pula imajinasi murni pengarang yang tidak berkaitan dengan kenyataan hidup rekaman peristiwa atau dambaan intuisi pengarang, dan dapat pula sebagai campuran keduanya. Meskipun begitu sebuah karya sastra diciptakan pengarang untuk dinikmati, dihayati dan dimanfaatkan bagi khalayak pembaca. Oleh karena itu, untuk dapat menikmati dan memahami suatu karya sastra secara optimal dapat ditempuh dengan jalan menganalisis struktur karya sastra tersebut secara menyeluruh sebagai satu kesatuan, karena wujud formal suatu karya sastra adalah bahasa Dirgantara, 2011:123. Universitas Sumatera Utara 17

2.1.1 Karya Sastra Imajinatif dan Non-Imajinatif

Menurut Wicaksono 2014:5 terdapat tiga hal yang membedakan karya sastra dengan karya tulis lainnya, yaitu sifat khayali, adanya nilai-nilai seniestetika, dan penggunaan bahasa yang khas. Karya satra dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu a sastra imajinatif, dan b sastra non-imajinatif. Sastra imajinatif mempunyai ciri isinya bersifat khayali, menggunakan bahasa yang konotatif, memenuhi syarat-syarat estetika seni. Sastra non-imajinatif mempunyai ciri-ciri isinya menekankan unsur faktualfakta, menggunakan bahasa yang cenderung denotatif, memenuhi unsur-unsur estetika seni. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada bentuk, tetapi juga keindahan isi yang berkaitan dengan emosi, imaji, kreasi dan ide Retno Winarni dalam Wicaksono, 2014:5. Dengan demikian, kesamaan antara sastra imajinatif dan non-imajinatif adalah masalah estetika seni. Unsur estetika seni meliputi keutuhan unity, keselarasan harmony, keseimbangan balance, fokuspusat penekanan suatu unsur right emphasis. Perbedaannya terletak pada isi dan bahasanya. Isi sastra imajinatif sepenuhnya bersifat khayalfiktif sedangkan isi sastra non-imajinatif didominasi oleh fakta-fakta. Bahasa sastra imajinatif cenderung konotatif sedangkan bahasa sastra non-imajinatif cenderung denotatif. Bentuk karya sastra yang termasuk karya sastra imajinatif adalah: a. Puisi : 1. Epik 2. Lirik 3. Dramatik b. Prosa : 1. Fiksi novel, cerpen, roman 2. drama drama prosa, drama puisi Bentuk karya sastra yang termasuk sastra non-imajinatif adalah: Universitas Sumatera Utara 18 a. Esai, yaitu karangan pendek tentang suatu fakta yang dikupas menurut pandangan pribadi penulisnya. b. Kritik, adalah analisis untuk menilai suatu karya seni atau karya sastra. c. Biografi, adalah cerita tentang hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain. d. Otobiografi, adalah biografi yang ditulis oleh tokohnya sendiri. e. Sejarah, adalah cerita tentang zaman lampau suatu masyarakat berdasarkan sumber tertulis maupun tidak tertulis. f. Memoar, adalah otobiografi tentang sebagian pengalaman hidup saja. g. Catatan harian, adalah catatan seseorang tentang dirinya atau lingkungannya yang ditulis secara teratur.

2.2 Unsur-Unsur Karya Sastra

Sebuah karya sastra yang baik dibangun dari unsur-unsur karya sastra yang menjadikannya satu kesatuan yang utuh. Sebuah karya sastra setidak-tidaknya terbentuk dari dua unsur dasar, yakni unsur instrinsik atau unsur dari dalam karya sastra yang membangun terciptanya sebuah karya sastra dan unsur ekstrinsik yakni unsur dari luar yang turut mempengaruhi terciptanya karya sastra.

2.2.1 Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang ada dalam sebuah karya sastra itu sendiri. Unsur ini secara langsung turut membangun cerita. Menurut Nurgiyantoro 1995:23 unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai ketika orang-orang membaca sebuah karya sastra. Universitas Sumatera Utara 19 Menurut Stanton dalam Wiyatmi 2006:30 unsur-unsur tersebut adalah tokoh, alur, latar, judul, sudut pandang, gaya bahasa, tema, dan amanat. a. Tokoh Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro 1995: 20, tokoh cerita character adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif. Atau dalam sebuah drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan melalui tindakan. Tokoh dan penokohan adalah dua hal yang berbeda, tetapi saling berkaitan. Tokoh secara langsung menunjuk pada orang atau pelakunya. Penokohan berarti lebih luas dari tokoh, seperti yang dikatakan oleh Jones dalam Nurgiyantoro 1995:165 bahwa penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Dapat dikatakan bahwa penokohan bermakna lebih luas dari tokoh dan tokoh sendiri ada dalam unsur penokohan. b. Alur Alur plot menurut Stanton dalam Nurgiyantoro 1995:13, adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab-akibat. Alur sering berpusat pada konflik, namun konflik tidak bisa dipaparkan begitu saja. Sebuah alur haruslah terdiri atas tahap awal, tahap tengah, dan tahap akhir. c. Latar Universitas Sumatera Utara 20 Latar latar yang disebut juga sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995:216. d. Judul Judul merupakan hal pertama yang paling mudah dikenal oleh pembaca. Judul sering mengacu pada tokoh, latar, tema, maupun kombinasi dari ketiganya. Judul harus mewakili keseluruhan isi cerita. Bentuknya singkat namun padat dan jelas. e. Sudut Pandang Sudut pandang point of view terbagi atas sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga. Sudut pandang orang pertama dibagi lagi menjadi sudut pandang akuan sertaan first person central yaitu cerita disampaikain oleh tokoh utama dengan memakai kata ganti “aku”, dan sudut pandang akuan taksertaan first person peripheral yaitu pencerita merupakan tokoh pembantu yang merupakan tokoh pembantu yang hanya muncul di awal dan di akhir cerita. Sedangkan sudut pandang orang ketiga dibagi lagi menjadi sudut pandang diaan maha tahu third person omniscient yaitu pencerita berada di luar cerita dan menjadi pengamat dan mengetahui banyak hal tentang tokoh-tokoh lain, dan sudut pandang diaan terbatas third person limited yaitu pencerita hanya tahu dan menceritakan tokoh yang menjadi tumpuan cerita saja. Sudut pandang ini jarang ditemui karena dengan detail tokoh yang terbatas, cerita menjadi kurang hidup. f. Gaya Bahasa Gaya bahasa merupakan cara pengungkapan yang khas bagi seorang pengarang. Gaya tersebut meliputi penggunaan diksi pilihan kata, imajeri Universitas Sumatera Utara 21 citraan, dan sintaksis pilihan pola kalimat. Gaya dalam karya sastra akan memperindah bahasa, sehingga menaruh nilai lebih pada sebuah karya sastra. g. Tema Tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi ciptaan karya sastra Fananie, 2000:84. Karena sastra merupakan refleksi kehidupan masyarakat, maka tema yang diungkapkan dalam karya sastra bisa sangat beragam. Tema dapat berupa persoalan moral, etika, agama, sosial budaya, teknologi, tradisi yang berkaitan erat dengan masalah kehidupan. h. Amanat Amanat adalah pesan yang disampaikan pengarang kepada pembaca. Amanat biasanya merupakan pandangan hidup pengarang tentang nilai-nilai kebenaran yang ingin disampaikan kepada pembaca. Menurut Kenny dalam Fikri 2010:19, amanat dalam cerita biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis kemudian dapat diambil melalui cerita oleh pembaca.

2.2.2 Unsur Ekstrinsik

Wellek dan Warren 1995:290 mengatakan bahwa unsur ekstrinsik sebuah novel haruslah tetap dipandang sebagai sesuatu yang penting. Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu sendiri yang ikut mempengaruhi penciptaan karya sastra. Sebagaimana halnya unsur intrinsik, unsur ekstrinsik juga memiliki beberapa unsur di antaranya keadaan subjektivitas individu pengarang yang Universitas Sumatera Utara 22 memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang keseluruhannya itu akan mempengaruhi karyayang ditulisnya. Unsur ekstrinsik merupakan segala faktor yang melatarbelakangipenciptaan karya sastra. Yang merupakan milik subjektif pengarang yang berupakondisi sosial, motivasi, tendensi yang mendorong dan mempengaruhi kepengarangan seseorang. Unsur-unsur ekstrinsik meliputi latar belakang pengarang, adat-istiadat yang berlaku, situasi politik, keyakinan dan pandangan hidup pengarang, agama, ekonomi dan sebagainya. Unsur ini mencakup berbagai aspek kehidupan sosial yangtampaknya menjadi latar belakang penyampaian amanat cerita dan tema. Unsurekstrinsik karya sastra cukup berpengaruh terhadap totalitas keterpaduan cerita yang dihasilkan.

2.3 Latar

Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro 1995:216 latar yang disebut juga sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Dalam sebuah karya sastra, latar dapat terjadi di mana saja termasuk di dalam benak tokoh, sehingga tidak terlalu banyak membutuhkan deskripsi tentang latar Lukens dalam Nurgiyantoro, 1995:248. Latar sebuah karya sastra fiksi mencakup tiga aspek yang berkaitan erat Sogang University, http:serc.sogang.ac.krercLiteratureSetting.htm, yaitu : a. Fisik, dunia yang berhubungan dengan panca indera sebuah karya. b. Waktu tindakan dari karya tersebut berlangsung. Universitas Sumatera Utara 23 c. Lingkungan sosial dari karakter misalnya sopan santun, adat istiadat, dan nilai-nilai moral masyarakat dari karakter tersebut. Sama halnya dengan sebuah gambar, cerita juga memiliki latar depan dan latar belakang, yaitu : a. Karakter utama dan tindakan mereka, merupakan ketertarikan terbesar bagi pembaca untuk membentuk latar depan. b. Waktu dan tempat peristiwa serta keadaan yang mengelilingi peristiwa tersebut untuk membentuk latar belakang atau latar. Sebuah cerita yang menggunakan latar yang benar atau untuk waktu dan tempat tertentu menggunakan verisimilitude sesuatu yang seakan-akan tampak benar adanya. Kadang-kadang latar dan plot tidak dapat dipisahkan. a. Beberapa konflik cerita hanya bisa terjadi dalam suatu lingkungan tertentu. b. Lainnya, konflik dan cerita bisa terjadi di setiap waktu dan tempat. Latar juga dapat membantu untuk mengungkapkan karakter. a. Lingkungan di mana kehidupan karakter dapat membantu pembaca untuk memahami motif karakter dan perilaku. Misalnya, pencurian sepotong roti dari orang kaya oleh orang miskin, orang yang lapar akan memberikan satu interpretasi dari karakter tersebut, sedangkan pencurian yang sama dari orang-orang miskin lainnya akan memberikan interpretasi Universitas Sumatera Utara 24 lain. Pencurian oleh orang kaya yang sama-sama kaya akan menyebabkan kesan yang berbeda. b. Bagaimana latar menjelaskan sesuatu juga dapat menunjukkan perasaan batin karakter. Bagaimana latar dijelaskan juga dapat mempengaruhi suasana sebuah cerita. Misalnya, membandingkan cuaca dingin, gerimis basah dengan dingin, lembut, hujan musim semi.

2.3.1 Pertanyaan tentang Tempat

Pertama harus mendapatkan rincian latar fisik yang jelas. 1. Di mana tindakan berlangsung? a. Di planet, negara, dan daerah mana? b. Seperti apa yang dilihat, didengar dan dirasakan? 2. Apakah ada kesan dominan latar? Kemudian tanyakan: Apa hubungan tempat tersebut dengan karakterisasi dan tema? Dalam beberapa novel, lokasi geografis tampaknya tidak berpengaruh pada karakter. Dalam atau di luar, dalam satu daerah atau lain mereka berperilaku sama. Dalam cerita-cerita yang lain, tempat mempengaruhi karakter secara mendalam.

2.3.2 Pertanyaan tentang Waktu

Tiga jenis utama yang penting dari pertanyaan tentang waktu. 1. Periode apa dalam sejarah tindakan tersebut berlangsung? Universitas Sumatera Utara 25 a. Apakah peristiwa sejarah mempengaruhi karakter? 2. Berapa lama waktu yang diperlukan tindakan tersebut terjadi? a. Petunjuk apa yang penulis berikan dalam bagian waktu? b. Apakah bagian waktu penting untuk tema? c. Apakah bagian waktu penting bagi kepercayaan dari cerita ini? d. Apakah waktu yang digunakan dalam struktur cerita tersebut? 3. Bagaimana perjalanan waktu yang dirasakan oleh karakter? a. Apakah bagian cepat atau lambat waktu membantu dalam memahami tindakan dan pikiran karakter?

2.3.3 Pertanyaan tentang Lingkungan Sosial

Kadang-kadang lingkungan sosial tidak penting dan dilain waktu perannya sangat penting. a. Apakah lingkungan sosial dari cerita ini? 1. Apa penulis merasakan tentang sopan santun, adat istiadat, kebiasaan, ritual, atau kode etik masyarakat? 2. Bagaimana mereka mempengaruhi karakter?

2.4 Kondisi Prefektur Hiroshima

Universitas Sumatera Utara 26 Hiroshima 広 島 市 Hiroshima-shi merupakan sebuah kota di Jepang, tepatnya di bagian barat Prefektur Hiroshima, bagian selatan wilayah Chugoku, barat daya pulau Honshu. Pada zaman dulu merupakan ibu kota Provinsi Aki dan sekarang merupakan ibu kota Prefektur Hiroshima. Hiroshima adalah kota pelabuhan di tepi Laut Pedalaman Seto yang dikenal sebagai pusat industri tekstil dan barang-barang dari karet. Kota ini didirikan pada abad ke-16 sebagai kota istana di delta Sungai Ota. Kota ini juga menjadi kota pertama di dunia yang pernah dijatuhi bom atom di akhir Perang Dunia II, 6 Agustus 1945. Sekarang, Hiroshima terkenal di dunia sebagai kota perdamaian. Monumen Perdamaian Hiroshima Genbaku Dome terletak di pusat kota Hiroshima. Secara harafiah Hiroshima berarti “pulau luas”. Pada waktu itu istana didirikan di tengah pulau daratan yang paling luas di tengah-tengah delta sungai. Nama “Hiroshima” mungkin berasal dari nama-nama tokoh yang dulunya mendirikan kota Hiroshima. “Hiro” diambil dari nama Ōe Hiromoto nenek moyang klan Mōri, sedangkan “shima” diambil dari nama Fukushima Motonaga yang memimpin pembangunan konstruksi istana. Hiroshima merupakan kota utama di wilayah Chugoku. Pada zaman Edo, Hiroshima merupakan kota di sekeliling istana untuk Han Hiroshima. Sejak zaman Meiji hingga berakhirnya Perang Dunia II, Hiroshima merupakan pusat industri militer dan logistik untuk keperluan perang. Di antara produk kebanggaan kota Hiroshima adalah mobil Mazda, makanan ringan merek Calbee dan saus merek Otafuku. Universitas Sumatera Utara 27 Tim bisbol kebanggaan penduduk kota Hiroshima adalah Hiroshima Carp. Tim tersebut pernah menjadi juara Central League sebanyak 6 kali dan juara Japan Series sebanyak 3 kali. Berikut adalah kondisi prefekstur kota Hiroshima yang dikutip dari http:id.wikipedia.orgwikiHiroshima,_Hiroshima dengan referensi dari Ensiklopedi Umum. Yogyakarta: Kanisius, 1993 diakses pada 23 September 2014.

2.4.1 Kondisi Geografis

Di sebelah selatan, Hiroshima berbatasan Laut Pedalaman Seto dan Teluk Hiroshima. Di tengah kota mengalir Sungai Ōta. Pusat kota terletak di delta Sungai Ota yang dikelilingi daerah pegunungan di bagian barat, utara, dan timur. Kota terbelah menjadi 6 buah daratan yang dipisahkan oleh 7 anak sungai Ota yang bermuara di Teluk Hiroshima. Gunung : Gunung Shiraki 889 m, Gunung Bizenbō 789 m Sungai : Sungai Ōta, Sungai Sanjō, Sungai Seno, Sungai Yahata, Sungai Kyūōta, Sungai Motoyasu, Sungai Tenma, Sungai, Kyōbashi, Sungai Enkō, Sungai Fuchūōkawa Pulau : Ninoshima, Kanawajima, Ujinajima, Tōgejima Teluk dan pelabuhan : Teluk Hiroshima, Pelabuhan Hiroshima Pelabuhan Universitas Sumatera Utara 28 Ujina. Hiroshima memiliki delapan distrik, berikut jumlah populasi menurut data 31 Oktober 2006. Distrik Populasi Luas wilayah km² Kepadatan per km² Aki-ku 78,176 94.01 832 Asakita-ku 156,368 353.35 443 Asaminami-ku 220,351 117.19 1,88 Higashi-ku 122,045 39.38 3,099 Minami-ku 138,138 26.09 5,295 Naka-ku 125,208 15.34 8,162 Nishi-ku 184,881 35.67 5,183 Saeki-ku 135,789 223.98 606 Perkiraan jumlah penduduk penduduk: 1.158.788 urutan ke-11 di Jepang, data tahun 2006. Kepadatan penduduk 1.532,44 orang per km². Luas wilayah 741.75 km².

2.4.2 Sejarah Kota Hiroshima

Sejarah kota Hiroshima disajikan secara lugas menurut tahun-tahun penting yang telah dilalui oleh kota Hiroshima selama sepuluh tahun dari 1989 hingga 1998. Berikut linimasa sejarah Hiroshima.

a. Zaman Azuchi Momoyama hingga Zaman Edo 1989

: Mōri Terumoto mereklamasi tanah dan memerintahkan pembangunan Istana Hiroshima di Gokashō no Hakoshima sekarang berada di kawasan yang disebut Hakushima Universitas Sumatera Utara 29 1591 : Walaupun masih dalam penyelesaian, Mōri Terumoto pindah ke Istana Hiroshima, dan menyebut kotanya sebagai Hiroshima. 1599 : Pembangunan Istana Hiroshima selesai. 1600 : Klan Mōri mengalami kekalahan dalam Pertempuran Sekigahara, wilayah kekuasaan ditukar dengan Provinsi Nagato yang beribu kota di Hagi. Istana Hiroshima berpindah tangan menjadi milik Fukushima Masanori 1619 : Kekuasaan Fukushima Masanori dicabut dan Asano Nagaakira ditunjuk sebagai pengganti. Klan Asano terus menjadi penguasa wilayah han Hiroshima hingga Restorasi Meiji.

b. Zaman Meiji hingga Perang Dunia II 19 Agustus 1871