Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan pendidikan merupakan bagian yang integral dari pembangunan nasional yang diarahkan menuju peningkatan kualitas manusia Indonesia seutuhnya. Pembelajaran IPA atau sains merupakan sebuah proses yang melibatkan seluruh komponen pembelajaran. Oleh karena itu sebagian orang ada yang mengatakan bahwa pembelajaran itu merupakan sebuah sistem sebab setiap proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan ini telah terumuskan dalam RPP rencana pelaksanaan pembelajaran sementara dari segi hasil evaluasi yang dinginkan adalah mencapai nilai terendah yang disebut KKM kriteria ketuntasan minimal. Tugas guru adalah memfasilitasi, memberikan motivasi, merancang model pembelajaran, dan memberikan arahan untuk membelajarkan peserta didik agar lebih aktif, memperoleh makna dari apa yang dipelajarinya. Pendidikan yang harus diperhatikan terlebih dahulu adalah pendidikan pada tingkat dasar, karena pada pendidikan tingkat ini guru dituntut untuk menanamkan konsep yang kuat pada setiap mata pelajaran kepada siswa. Oleh karena itu, guru harus memberikan yang terbaik bagi siswa supaya materi dapat membekas pada siswa dan akan bermanfaat pada kehidupannya kelak di masa yang akan datang ketika tumbuh menjadi manusia dewasa. Pendidikan sekolah dasar merupakan tahapan penting dalam perkembangan karakteristik siswa. Apabila perkembangan pada tahap ini dibentukdengan baik, maka tahap perkembangan siswa selanjutnya akan terbentuk dengan lebih baik. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan perkembangan karakteristik siswa sekolah dasar dengan baik. Karaktersitik siswa sekolah dasar menurut Basset Mulyani, 1998: 12 adalah sebagai berikut, 1 2 Siswa sekolah dasar secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia sekitar yang mengelilingi mereka. Mereka senang bermain dan lebih suka bergembira, mereka suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal baru, mereka biasanya tergetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi sebagaimana mereka tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak kegagalan, mereka belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang terjadi, mereka belajar dengan bekerja, mengobservasi,berinisiatif, dan mengajar anak-anak lainnya. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Vernon A Madnesen dan Peter Suherman, 2006: 2 yang sebagai berikut. Keberhasilan belajar tergantung bagaimana cara belajar yang dilakukan. Jika belajar hanya dengan membaca kebermaknaan hanya mencapai 10, dari mendengar 20, dari melihat 30, mendengar dan melihat 50, mengatakan- komunikasi mencapai 70, dan belajar dengan melakukan dan mengkomunikasikan bisa mencapai 90. Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang baik atau ideal khususnya dalam proses pembelajaran IPA adalah proses pembelajaran dengan melakukan learning by doing serta memperhatikan perkembangan karakteristik siswa. Tugas dan tanggung jawab seorang guru untuk menyukseskan wajib belajar sembilan tahun dan peningkatan mutu pendidikan tidaklah mudah seperti membalikan telapak tangan, akan tetapi perlu usaha dan kerja keras oleh semua pihak yang terlibat di dunia pendidikan. Seorang figur guru yang profesional akan membawa anak didiknya selangkah lebih maju untuk berkembang. Titik ujung keberhasilan pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran IPA atau sains adalah seorang guru mampu memilih metode pengajaran yang tepat sesuai dengan kondisi, situasi, dan siswa dalam proses pembelajaran. Adapun yang dimaksud dengan metode mengajar adalah “suatu pengetahuan tentang cara- cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur ” Ahmad, 2005: 52. Dalam kamus Bahasa Indonesia lengkap, pengertian metode adalah cara yang tersusun dan teratur untuk mencapai tujuan, khususnya dalam hal ilmu pengetahuan Daryanto, 1997: 439. Seorang guru yang profesional, mampu mengelola strategi belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Strategi belajar 3 mengajar di dalamnya mencakup berbagai hal. Metode pengajaran tidak akan terlepas karena merupakan suatu sistem yang tidak akan berdiri sendiri dari strategi belajar mengajar. Proses pembelajaran mata pelajaran sains tidak akan sama dengan mata pelajaran yang lain, karena sains atau IPA merupakan salah satu disiplin ilmu yang berkembang sangat pesat dalam kurun waktu saat ini. Perkembangan ini tidak terlepas dengan bidang ilmu yang lain atau dengan teknologi sekarang ini. Oleh karena itu, tujuan pendidikan khususnya mata pelajaran IPA atau sains yang diamanatkan oleh Pancasila yang tertuang dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan diharapkan dapat tercapai secara maksimal. Harapannya memang tujuan pembelajaran dapat tercapai. Tapi perjuangan dan upaya guru tidak mudah dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran, agar para peserta didik dapat belajar dengan lancar, kondusif, aktif dan menyenangkan sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan baik pula. Tercapainya tujuan pembelajaran dengan hasil yang baik ini tidaklah merupakan upaya yang dilaksanakan secara serta merta, tetapi memerlukan proses yang sesuai dan baik pula. Dalam Proses belajar mengajar di setiap sekolah selalu terdapat masalah-masalah yang berkembang dengan pendidikan dan pengajaran itu sendiri. Masalah-masalah pendidikan dan pengajaran di sekolah merupakan masalah yang menjadi tanggung jawab semua komponen pendidikan misalnya orang tua, guru, kepala sekolah maupun siswa itu sendiri. Masalah tersebut sesuai dengan data empiris yang merupakan hasil observasi pada hari Rabu tanggal 13 Feburuari 2013, kenyataan masalah yang ada kelas IV SDN 6 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon bahwa pada pembelajaran IPA tentang perubahan kenampakan bulan memperoleh out put yang masih sangat rendah. Berdasarkan hal tersebut maka terjadilah proses pembelajaran yang kurang memacu motivasi siswa untuk belajar, siswa merasa jenuh. 4 Masalah di atas sangat dipengaruhi oleh cara guru dalam mendesain proses pembelajaran. Misalnya guru hanya menggunakan metode yang bersifat klasikal, kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajarannya, maupun kurang menggunakan media pembelajaran. Guru hanya menjelaskan di depan kelas sehingga kebutuhan yang bersifat individu siswa kurang terpenuhi. Dampak dari desain proses pembelajaran seperti ini adalah proses belajar kurang memacu motivasi siswa sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan tidak tersentuh dengan sempurna. Selain itu pula, berdasarkan data awal yang diperoleh oleh peneliti pada siswa kelas IV SDN 6 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon tentang perubahan kenampakan bulan yang bejumlah 25 siswa, terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan hanya 7 siswa yang dapat dinyatakan tuntas atau lebih dari atau sama dengan KKM. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dan gambar grafik yang merupakan data awal dari hasil tes dengan KKM 70. Tabel 1.1 Data Awal Siswa Kelas IV SDN 6 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon No Nama Siswa Skor Nilai Ket. Tuntas Belum Tuntas 1 Bidin 8 66 √ 2 Salman 11 92 √ 3 Faujiah 7 58 √ 4 Mukhamad Fauzi 12 100 √ 5 Aliyudin Karim 6 50 √ 6 Iman Nuryana 6 50 √ 7 Irfan Maulana 8 66 √ 8 Khotiah Azzahro 9 75 √ 9 Magfuroh 7 58 √ 10 Nina Agustina 9 75 √ 11 Nuryi Sari 8 66 √ 12 Jamaludin 7 58 √ 13 Pendi 6 50 √ 14 Syifaur Rohman 7 58 √ 15 Abdul Kodir Zaelani 8 66 √ 16 Abdul Hakim 9 75 √ 17 Angga Prayoga 10 83 √ 18 Ahmad Maulana 6 50 √ 19 Abdul Rohim 6 50 √ 5 20 Bagas Saputra 7 58 √ 21 Hazimah Shofiyah 7 58 √ 22 Hamdan Mulia 7 58 √ 23 Iko Afiko 7 58 √ 24 Imron Rosadi 7 58 √ 25 Likha Marhati 12 100 √ Jumlah 197 1636 7 18 Jumlah Tuntas 7 Jumlah Belum Tuntas 18 28 72 KKM 70 Hasil penilaian tersebut menggunakan soal, yang mana siswa diharapkan dapat mengetahui fase kenampakan bulan dari hari ke hari dengan benar serta dapat mengidentifikasi penampakan bulan dari hari ke hari dengan baik. Gambar 1.1 Grafik Jumlah Ketuntasan Siswa pada Data Awal Pencapaian nilai siswa yang dinyatakan tuntas dalam pre test ini ada 28 atau dengan kata lain hanya ada 7 siswa terdiri dari 4 orang siswa laki-laki dan 3 orang siswa perempuan. Sedangkan yang dinyatakan belum tuntas sebanyak 18 siswa. Standar kelulusan tersebut menggunakan Kriteria Ketuntasan Minimum KKM 70. 7 18 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 T untas B. T untas 6 Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di SDN 6 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon khususnya kelas IV dalam proses pembelajaran IPA tentang perubahan kenampakan bulan digunakanlah model discovery. Pemilihan model discovery memiliki banyak kelebihan yang nampak dalam proses pelaksanaannya yaitu melibatkan siswa secara keseluruhan dalam proses pembelajaran dari kemunculan permasalahan yang harus dipecahkan sampai penarikan kesimpulan dari proses pembelajaran itu sendiri serta dapat menimbulkan motivasi pada siswa dalam proses pembelajaran tentang perubahan kenampakan bulan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Faiq 2008: 13 yang mengatakan bahwa model discovery mempunyai kelebihan diantaranya adalah: 1 Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa, andaikata siswa itu dilibatkan terus dalam penemuan terpimpin 2 Pengetahuan yang diperoleh sangat bersifat pribadi dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kokoh, dalam arti pendalaman dari pengertian retensi dan transfer. 3 Model ini menimbulkan semangat belajar yang lebih tinggi karena siswa melakukan penyelidikan dengan susah payah. 4 Model ini memberikan kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri. 5 Model ini membantu memperkuat rasa percaya diri siswa karena mereka bisa berpendapat sesuai dengan penemuannya. 6 Model ini berpusat pada siswa atau Student centre 7 Membantu siswa menuju persaingan sehat Melihat kenyataan ini, maka peneliti mencoba mengkaji lebih lanjut permasalahan di atas dengan melakukan penelitian yang berjudul Penerapan Model Discovery untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa tentang Perubahan Kenampakan Bulan di Kelas IV SDN 6 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon.

B. Rumusan dan Pemecahan Masalah

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL TANDUR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA TENTANG PERUBAHAN KENAMPAKAN BUMI.

0 2 42

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG PERUBAHAN KENAMPAKAN BUMI : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Cikarang Kecamatan Cidolog Kabupaten Sukabumi Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 0 32

Meningkatkan Pembelajaran Gerak Dasar Lempar Cakram dengan Modifikasi Alat Cakram pada siswa kelas VI SD Negeri 6 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun kabupaten Cirebon Oleh rasima.

0 0 49

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG PENGARUH PERUBAHAN LINGKUNGAN BAGI SISWA KELAS IV SDN 1 DUKUHWIDARA.

0 0 51

PENGGUNAAN MODEL TANDUR PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERUBAHAN KENAMPAKAN BUMI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV.

0 4 30

PENGGUNAAN MEDIA AMINI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KENAMPAKAN ALAM DI KELAS IV SDN GARDUSAYANG (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV SDN Gardusayang Kecamatan Cisalak Kabupaten Subang).

0 4 45

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP KEANEKARAGAMAN HAYATI DI KELAS X MA NUSANTARA ARJAWINANGUN KABUPATEN CIREBON - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 16

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon) - IAI

0 0 25

PROSPEK ZAKAT PERDAGANGAN DI PASAR DESA JUNGJANG KECAMATAN ARJAWINANGUN KABUPATEN CIREBON - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 37

PENERAPAN METODE DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SDN 25 MATARAM TAHUN AJARAN 20152016

0 0 21