PENERAPAN MODEL DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG PERUBAHAN KENAMPAKAN BULAN DI KELAS IV SDN 6 ARJAWINANGUN KECAMATAN ARJAWINANGUN KABUPATEN CIREBON.
DI KELAS IV SDN 6 ARJAWINANGUN KECAMATAN ARJAWINANGUN
KABUPATEN CIREBON
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh ICHMARUTO
1008267
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SUMEDANG 2014
(2)
PENERAPAN MODEL DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG PERUBAHAN KENAMPAKAN BULAN
DI KELAS IV SDN 6 ARJAWINANGUN KECAMATAN ARJAWINANGUN
KABUPATEN CIREBON
Oleh
ICHMARUTO 1008267
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Pembimbing I
ASEP KURNIA JAYA DINATA, M.Pd
NIP. 19800929 200801 1003
Pembimbing II
JULIA, M.Pd
NIP. 19820513 200812 1 002
Mengetahui :
Ketua Program Studi S1 PGSD KELAS UPI Kampus Sumedang
RIANA IRAWATI, M.Si
(3)
hanya kepada Tuhan-mu lah hendaknya kamu berharap. (Qs. 94: 6-8)
Ilmu itu besar pangkatnya, tidak ada yang menyenangi ilmu, kecuali
orang-orang yang kuat. (Az-Zuhry)
Ada dua cara menjalankan kehidupan. Pertama, seolah seperti tidak ada yang ajaib.
Kedua seolah seperti semuanya ajaib. (Albert Einstein)
Mungkin hasil paling berharga dari pendidikan ialah kemampuan kita untuk
mengerjakan hal-hal yang harus kita kerjakan, tidak peduli pekerjaan itu kita
sukai atau tidak. (Thomas Henry Huxley)
Kupersembahkan karya ini untuk Istriku dan anak-anakku
yang sangat aku cintai dan aku sayangi.
(4)
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Penerapan Model Discovery untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa tentang Perubahan Kenampakan Bulan di Kelas IV SDN 6 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon” beserta seluruh isinya adalah benar–benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan dengan cara- cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko/sanksi yang djatuhkan kepada saya apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggara terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain terrhadap keaslian karya saya ini.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Cirebon, Desember 2013 Yang Membuat Pernyataan
ICHMARUTO
(5)
Halaman
ABSTRAK ...iv
KATA PENGANTAR ...v
UCAPAN TERIMA KASIH ...vii
DAFTAR ISI ...ix
DAFTAR TABEL ...xii
DAFTAR GAMBAR ...xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...xiv
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Rumusan dan Pemecahan Masalah ...6
1. Perumusan Masalah ...6
2. Pemecahan Masalah ...7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...12
1. Tujuan Penelitian ...12
2. Manfaat Penelitian ...12
D. Batasan Istilah ...13
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...14
A. Hakekat IPA/ Sains ...14
1. Pengertian IPA ...14
2. IPA Sebagai Proses ...15
3. IPA Sebagai Produk ...15
4. IPA Sebagai Sikap Ilmiah ...17
B. Pembelajaran IPA di SD ...17
1. Tujuan Pembelajaran IPA di SD ...17
2. Penilaian/Hasil Belajar IPA di SD ...18
3. Manfaat Pembelajaran IPA di SD ...19
C. Teori Belajar ...20
1. Teori Jean Peaget ...20
2. Teori M. Gagne ...21
D. Model Belajar Discovery ...22
1. Pengertian Discovery ...22
2. Kelebihan dan Kekurangan Model Discovery ...23
3. Tahapan-tahapan Model Discovery ...24
E. Perubahan Kenampakan Bulan ...25
F. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan ...26
(6)
G. Hipotesis Tindakan ...27
BAB III METODE PENELITIAN ...28
A. Lokasi, Subjek dan Waktu Penelitian ...28
1. Lokasi Penelitian ...28
2. Subjek Penelitian ...30
3. Waktu Penelitian ...31
B. Metode dan Desain Penelitian ...32
1. Metode Penelitian ...32
2. Desain Penelitian ...33
C. Prosedur Penelitian ...34
1. Tahap Perencanaan Penelitian ...34
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan ...35
3. Tahap Observasi ...35
4. Tahap Analisis dan Refleksi ...36
D. Istrumen Penelitian ...37
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...39
1. Pengolahan Data Proses ...39
a. Pengolahan Data Hasil Observasi ...39
1) Kinerja Guru ...39
2) Aktivitas Siswa ...40
b. Hasil Wawan Cara ...40
c. Catatan Lapangan ...41
2. Pengolahan Data Hasil...41
F. Validasi Data ...42
BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN ...43
A. Paparan Data Awal ...43
B. Paparan Data Tindakan ...45
1. Paparan Data Tindakan Siklus I ...45
a. Paparan Data Prencanaan Tindakan Siklus I ...45
b. Paparan Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I ...49
c. Papara Data Hasil Tindakan Siklus I ...54
d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus I ...57
1) Analisis Refleksi Perencanaan Pembelajaran ...57
2) Analisis Kinerja Guru dan Aktivitas Siswa ...57
3) Analisis dan Refleksi Hasil Belajar Siswa ...59
2. Paparan data Tindakan Siklus II ...61
a. Paparan Data Perencanaan Tindakan Siklus II ...61
b. Paparan Data Pelaksanaan Tindakan Siklus II ...63
c. Papara Data Hasil Tindakan Siklus II ...69
d. Analisis dan Refleksi Siklus II ...71
1) Analisis Refleksi Perencanaan Pembelajaran ...71
2) Analisis Kinerja Guru dan Aktivitas Siswa ...72
3) Analisis dan Refleksi Hasil Belajar Siswa ...73
3. Paparan Data Tindakan Siklus III ...76 x
(7)
a. Paparan Data Perencanaan Tindakan Siklus III ...76
b. Paparan Data Pelaksanaan Tindakan Siklus III ...79
c. Papara Data Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus III ...84
d. Analisis dan Refleksi Siklus III ...87
1) Analisis Refleksi Perencanaan Pembelajaran ...87
2) Analisis Kinerja Guru dan Aktivitas Siswa ...88
3) Analisis dan Refleksi Hasil Belajar Siswa ...89
C. Paparan Pedapat Siswa dan Guru ...90
1. Paparan Pendapat Siswa ...90
2. Paparan Pendapat Guru ...91
D. Pembahasan Hasil Penelitian ...92
1. Perencanaan Pembelajaran dengan Menggunakan Discovery ...92
2. Pelaksanaan Pembelajaran dengan Menggunakan Discovery ...93
3. Hasil Belajar dengan Menggunakan Discovery ...94
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...97
A. Kesimpulan ...97
B. Saran/Rekomendasi ...98
1. Bagi Guru ...98
2. Bagi Siswa ...99
3. Bagi Sekolah ...99
DAFTAR PUSTAKA ...100
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...102
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Data awal ketuntasan siswa ... 4
3.1 Jumlah pendidik ... 28
3.2 Jumlah siswa keseluruhan ... 29
3.3 Subjek penelitian ... 31
4.1 Data awal hasil tes siswa ... 44
4.2 Data hasil observasi perencanaan pembelajaran pada siklus I ... 50
4.3 Data hasil observasi pelaksanaan kinerja guru pada siklus I... 52
4.4 Data hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I ... 53
4.5 Data hasil tes siswa pada siklus I ... 55
4.6 Rekapitulasi perencanaan pembelajaran siklus I ... 57
4.7 Perolehan tes hasil belajar sebelum penerapan model dan siklus I ... 59
4.8 Rangkuman analisis hasil observasi dan hasil belajar siklus I ... 59
4.9 Data hasil observasi perencanaan pembelajaran pada siklus II ... 64
4.10 Data hasil observasi pelaksanaan kinerja guru pada siklus II ... 66
4.11 Data hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II ... 68
4.12 Data hasil tes siswa pada siklus II ... 69
4.13 Rekapitulasi perencanaan pembelajaran siklus II ... 71
4.14 Perolehan tes hasil belajar siklus I dan siklus II ... 74
4.15 Rangkuman analisis hasil observasi dan hasil belajar siklus II ... 74
4.16 Data hasil observasi perencanaan pembelajaran pada siklus III ... 79
4.17 Data hasil observasi pelaksanaan kinerja guru pada siklus III ... 81
4.18 Data hasil observasi aktivitas siswa pada siklus III ... 83
4.19 Data hasil tes siswa pada siklus III ... 85
4.20 Rekapitulasi perencanaan pembelajaran siklus III ... 87
4.21 Perolehan tes hasil belajar siklus II dan siklus III ... 89
4.22 Rangkuman analisis hasil observasi dan hasil belajar siklus III ... 89
4.23 Pendapat siswa tentang penerapan model discovery ... 91
4.24 Pendapat guru tentang penerapan model discovery ... 92
(9)
Gambar Halaman
1.1 Grafik jumlah ketuntasan siswa pada data awal ... 5
3.1 Denah lokasi sekolah ... 30
3.2 Alur pelaksanaan penelitian ... 34
4.1 Grafik persentase ketuntasan siswa pada data awal ... 45
4.2 Grafik perbandingan persentase perencanaan pembelajaran data awal dengan siklus I ... 51
4.3 Grafik perbandingan persentase kinerja guru data awal dengan siklus I ... 53
4.4 Grafik perbandingan persentase aktivitas siswa data awal dengan siklus I ... 54
4.5 Grafik persentase ketuntasan pada siklus I ... 56
4.6 Grafik perbandingan persentase ketuntasan data awal dengan siklus I ... 56
4.7 Grafik perbandingan persentase perencanaan siklus I dengan siklus II ... 65
4.8 Grafik perbandingan persentase kinerja guru siklus I dengan siklus II ... 67
4.9 Grafik perbandingan persentase aktivitas siswa siklus I dengan siklus II ... 69
4.10 Grafik persentase ketuntasan pada siklus II ... 70
4.11 Grafik perbandingan persentase ketuntasan siklus I dengan siklus II ... 71
4.12 Grafik perbandingan persentase perencanaan pembelajaran siklus II dengan siklus II ... 80
4.13 Grafik perbandingan persentase kinerja guru siklus II dengan siklus III ... 82
4.14 Grafik perbandingan persentase aktivitas siswa siklus II dengan siklus III ... 84
4.15 Grafik persentase ketuntasan siswa pada siklus III ... 86
4.16 Grafik perbandingan persentase ketuntasan siswa siklus II dengan siklus III ... 86
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 RPP Siklus I ...102
2 Hasil Observasi Perencanaan Siklus I ...106
3 Hasil Observasi Pelaksanaan Siklus I ...110
4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ...113
5 Hasil Tes Kelompok dan Individu Siswa Siklus I ...115
6 RPP Siklus II ...119
7 Hasil Observasi Perencanaan Siklus II ...123
8 Hasil Observasi Pelaksanaan Siklus II ...127
9 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ...130
10 Hasil Tes Kelompok dan Individu Siswa Siklus II ...132
11 RPP Siklus III ...136
12 Hasil Observasi Perencanaan Siklus III ...140
13 Hasil Observasi Pelaksanaan Siklus III ...144
14 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III ...147
15 Hasil Tes Kelompok dan Individu Siswa Siklus III ...149
16 Foto-foto Kegiatan Penelitian ...153
17 SK pembimbing ...159
18 Surat izin penelitian ...160
19 Surat keterangan Penelitian ...162
(11)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan pendidikan merupakan bagian yang integral dari pembangunan nasional yang diarahkan menuju peningkatan kualitas manusia Indonesia seutuhnya. Pembelajaran IPA atau sains merupakan sebuah proses yang melibatkan seluruh komponen pembelajaran. Oleh karena itu sebagian orang ada yang mengatakan bahwa pembelajaran itu merupakan sebuah sistem sebab setiap proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan ini telah terumuskan dalam RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran) sementara dari segi hasil evaluasi yang dinginkan adalah mencapai nilai terendah yang disebut KKM (kriteria ketuntasan minimal). Tugas guru adalah memfasilitasi, memberikan motivasi, merancang model pembelajaran, dan memberikan arahan untuk membelajarkan peserta didik agar lebih aktif, memperoleh makna dari apa yang dipelajarinya.
Pendidikan yang harus diperhatikan terlebih dahulu adalah pendidikan pada tingkat dasar, karena pada pendidikan tingkat ini guru dituntut untuk menanamkan konsep yang kuat pada setiap mata pelajaran kepada siswa. Oleh karena itu, guru harus memberikan yang terbaik bagi siswa supaya materi dapat membekas pada siswa dan akan bermanfaat pada kehidupannya kelak di masa yang akan datang ketika tumbuh menjadi manusia dewasa.
Pendidikan sekolah dasar merupakan tahapan penting dalam perkembangan karakteristik siswa. Apabila perkembangan pada tahap ini dibentukdengan baik, maka tahap perkembangan siswa selanjutnya akan terbentuk dengan lebih baik. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan perkembangan karakteristik siswa sekolah dasar dengan baik. Karaktersitik siswa sekolah dasar menurut Basset (Mulyani, 1998: 12) adalah sebagai berikut,
(12)
2
Siswa sekolah dasar secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia sekitar yang mengelilingi mereka. Mereka senang bermain dan lebih suka bergembira, mereka suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal baru, mereka biasanya tergetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi sebagaimana mereka tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak kegagalan, mereka belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang terjadi, mereka belajar dengan bekerja, mengobservasi,berinisiatif, dan mengajar anak-anak lainnya.
Pendapat ini sejalan dengan pendapat Vernon A Madnesen dan Peter (Suherman, 2006: 2) yang sebagai berikut.
Keberhasilan belajar tergantung bagaimana cara belajar yang dilakukan. Jika belajar hanya dengan membaca kebermaknaan hanya mencapai 10%, dari mendengar 20%, dari melihat 30%, mendengar dan melihat 50%, mengatakan-komunikasi mencapai 70%, dan belajar dengan melakukan dan mengkomunikasikan bisa mencapai 90%.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang baik atau ideal khususnya dalam proses pembelajaran IPA adalah proses pembelajaran dengan melakukan (learning by doing) serta memperhatikan perkembangan karakteristik siswa.
Tugas dan tanggung jawab seorang guru untuk menyukseskan wajib belajar sembilan tahun dan peningkatan mutu pendidikan tidaklah mudah seperti membalikan telapak tangan, akan tetapi perlu usaha dan kerja keras oleh semua pihak yang terlibat di dunia pendidikan. Seorang figur guru yang profesional akan membawa anak didiknya selangkah lebih maju untuk berkembang.
Titik ujung keberhasilan pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran IPA atau sains adalah seorang guru mampu memilih metode pengajaran yang tepat sesuai dengan kondisi, situasi, dan siswa dalam proses pembelajaran. Adapun yang dimaksud dengan metode mengajar adalah “suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur” (Ahmad, 2005: 52). Dalam kamus Bahasa Indonesia lengkap, pengertian metode adalah cara yang tersusun dan teratur untuk mencapai tujuan, khususnya dalam hal ilmu pengetahuan (Daryanto, 1997: 439).
Seorang guru yang profesional, mampu mengelola strategi belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Strategi belajar
(13)
mengajar di dalamnya mencakup berbagai hal. Metode pengajaran tidak akan terlepas karena merupakan suatu sistem yang tidak akan berdiri sendiri dari strategi belajar mengajar.
Proses pembelajaran mata pelajaran sains tidak akan sama dengan mata pelajaran yang lain, karena sains atau IPA merupakan salah satu disiplin ilmu yang berkembang sangat pesat dalam kurun waktu saat ini. Perkembangan ini tidak terlepas dengan bidang ilmu yang lain atau dengan teknologi sekarang ini. Oleh karena itu, tujuan pendidikan khususnya mata pelajaran IPA atau sains yang diamanatkan oleh Pancasila yang tertuang dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan diharapkan dapat tercapai secara maksimal.
Harapannya memang tujuan pembelajaran dapat tercapai. Tapi perjuangan dan upaya guru tidak mudah dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran, agar para peserta didik dapat belajar dengan lancar, kondusif, aktif dan menyenangkan sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan baik pula. Tercapainya tujuan pembelajaran dengan hasil yang baik ini tidaklah merupakan upaya yang dilaksanakan secara serta merta, tetapi memerlukan proses yang sesuai dan baik pula.
Dalam Proses belajar mengajar di setiap sekolah selalu terdapat masalah-masalah yang berkembang dengan pendidikan dan pengajaran itu sendiri. Masalah-masalah pendidikan dan pengajaran di sekolah merupakan masalah yang menjadi tanggung jawab semua komponen pendidikan misalnya orang tua, guru, kepala sekolah maupun siswa itu sendiri.
Masalah tersebut sesuai dengan data empiris yang merupakan hasil observasi pada hari Rabu tanggal 13 Feburuari 2013, kenyataan masalah yang ada kelas IV SDN 6 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon bahwa pada pembelajaran IPA tentang perubahan kenampakan bulan memperoleh out put yang masih sangat rendah. Berdasarkan hal tersebut maka terjadilah proses pembelajaran yang kurang memacu motivasi siswa untuk belajar, siswa merasa jenuh.
(14)
4
Masalah di atas sangat dipengaruhi oleh cara guru dalam mendesain proses pembelajaran. Misalnya guru hanya menggunakan metode yang bersifat klasikal, kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajarannya, maupun kurang menggunakan media pembelajaran. Guru hanya menjelaskan di depan kelas sehingga kebutuhan yang bersifat individu siswa kurang terpenuhi.
Dampak dari desain proses pembelajaran seperti ini adalah proses belajar kurang memacu motivasi siswa sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan tidak tersentuh dengan sempurna.
Selain itu pula, berdasarkan data awal yang diperoleh oleh peneliti pada siswa kelas IV SDN 6 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon tentang perubahan kenampakan bulan yang bejumlah 25 siswa, terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan hanya 7 siswa yang dapat dinyatakan tuntas atau lebih dari atau sama dengan KKM. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dan gambar grafik yang merupakan data awal dari hasil tes dengan KKM 70.
Tabel 1.1
Data Awal Siswa Kelas IV SDN 6 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon
No Nama Siswa Skor Nilai Ket.
Tuntas Belum Tuntas
1 Bidin 8 66 √
2 Salman 11 92 √
3 Faujiah 7 58 √
4 Mukhamad Fauzi 12 100 √
5 Aliyudin Karim 6 50 √
6 Iman Nuryana 6 50 √
7 Irfan Maulana 8 66 √
8 Khotiah Azzahro 9 75 √
9 Magfuroh 7 58 √
10 Nina Agustina 9 75 √
11 Nuryi Sari 8 66 √
12 Jamaludin 7 58 √
13 Pendi 6 50 √
14 Syifaur Rohman 7 58 √ 15 Abdul Kodir Zaelani 8 66 √ 16 Abdul Hakim 9 75 √
17 Angga Prayoga 10 83 √
18 Ahmad Maulana 6 50 √
(15)
20 Bagas Saputra 7 58 √ 21 Hazimah Shofiyah 7 58 √
22 Hamdan Mulia 7 58 √
23 Iko Afiko 7 58 √
24 Imron Rosadi 7 58 √
25 Likha Marhati 12 100 √
Jumlah 197 1636 7 18
Jumlah Tuntas 7
Jumlah Belum Tuntas 18
(%) 28 72
KKM 70
Hasil penilaian tersebut menggunakan soal, yang mana siswa diharapkan dapat mengetahui fase kenampakan bulan dari hari ke hari dengan benar serta dapat mengidentifikasi penampakan bulan dari hari ke hari dengan baik.
Gambar 1.1 Grafik Jumlah Ketuntasan Siswa pada Data Awal
Pencapaian nilai siswa yang dinyatakan tuntas dalam pre test ini ada 28% atau dengan kata lain hanya ada 7 siswa terdiri dari 4 orang siswa laki-laki dan 3 orang siswa perempuan. Sedangkan yang dinyatakan belum tuntas sebanyak 18 siswa. Standar kelulusan tersebut menggunakan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 70. 7 18 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
(16)
6
Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di SDN 6 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon khususnya kelas IV dalam proses pembelajaran IPA tentang perubahan kenampakan bulan digunakanlah model discovery. Pemilihan model discovery memiliki banyak kelebihan yang nampak dalam proses pelaksanaannya yaitu melibatkan siswa secara keseluruhan dalam proses pembelajaran dari kemunculan permasalahan yang harus dipecahkan sampai penarikan kesimpulan dari proses pembelajaran itu sendiri serta dapat menimbulkan motivasi pada siswa dalam proses pembelajaran tentang perubahan kenampakan bulan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Faiq (2008: 13) yang mengatakan bahwa model discovery mempunyai kelebihan diantaranya adalah:
1) Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa, andaikata siswa itu dilibatkan terus dalam penemuan terpimpin
2) Pengetahuan yang diperoleh sangat bersifat pribadi dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kokoh, dalam arti pendalaman dari pengertian retensi dan transfer.
3) Model ini menimbulkan semangat belajar yang lebih tinggi karena siswa melakukan penyelidikan dengan susah payah.
4) Model ini memberikan kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri.
5) Model ini membantu memperkuat rasa percaya diri siswa karena mereka bisa berpendapat sesuai dengan penemuannya.
6) Model ini berpusat pada siswa atau Student centre 7) Membantu siswa menuju persaingan sehat
Melihat kenyataan ini, maka peneliti mencoba mengkaji lebih lanjut permasalahan di atas dengan melakukan penelitian yang berjudul Penerapan Model Discovery untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa tentang Perubahan Kenampakan Bulan di Kelas IV SDN 6 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon.
B. Rumusan dan Pemecahan Masalah 1. Rumusan Masalah
Pembelajaran IPA Kelas IV SDN 6 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebontentang perubahan posisi bulan diperlukan
(17)
suatu model pembelajaran yang dapat mempermudah dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun model pembelajaran yang akan diterapkan adalah melalui model discovery.
Pelaksanaannya akan muncul berbagai macam permasalahan. Selanjutnya permasalahan-permasalahan yang muncul dirumuskan menjadi sebuah pertanyaan yaitu bagaimana menerapkan model discovery dalam meningkatkan hasil belajar siswa IV SDN 6 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebontentang perubahan posisi bulan. Kemudian rumusan masalah di atas dapat dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimana perencanaan pembelajaran model discovery untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang perubahan kenampakan bulan di kelas IV SDN 6 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon?
b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran model discovery untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang perubahan kenampakan bulan di kelas IV SDN 6 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon?
c. Bagaimana hasil belajar siswa dengan model discovery untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang perubahan kenampakan bulan di kelas IV SDN 6 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon?
2. Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan permasalahan yang sudah dirumuskan, maka perlu dikembangkan model pembelajaran yang dapat membantu permasalahan melalui penelitian tindakan kelas (PTK). Dalam penelitian ini, permasalahan yang timbul berkaitan dengan hasil belajar siswa tentang rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran perubahan kenampakan bulan. Mengacu dari akar permasalahan yang muncul, peneliti bersama guru yang diobservasi oleh penulis (teman sejawat), melakukan refleksi pembelajaran.
Maka peneliti memandang perlu menerapkan model discovery untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran perubahan kenampakan
(18)
8
bulan. Hal ini karena metode discovery dapat memudahkan siswa dalarn memahami konsep perubahan kenampakan bulan dengan baik. Roestiyah (Suryo, 2008:10) mengatakan:
Model discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau suatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.
Selain itu, Faiq (2008: 12) mendefinisikan model discovery adalah model yang memperkenalkan siswanya menemukan sendiri informasi.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model discovery adalah sebuah model pembelajaran yang memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Dengan demikian pemahaman suatu konsep informasi akan bertahan lama, karena siswa menemukan sendiri informasi tersebut. Implikasi dari itu semua adalah ketercapaiaannya hasil belajar siswa yang telah ditetapkan dalam bentuk kriteri ketuntasan minimum.
Model mengajar tidak ada yang sempurna, ada keuntungan dan ada kerugiannya. Begitu pula dengan model discovery. Faiq (2008: 13) mengatakan bahwa model discovery mempunyai kelebihan dan juga kekurangan. Kelebihan dan kekurangan itu di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan model discovery
1) Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa, andaikata siswa itu dilibatkan terus dalam penemuan terpimpin
2) Pengetahuan yang diperoleh sangat bersifat pribadi dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kokoh, dalam arti pendalaman dari pengertian retensi dan transfer.
3) Model ini menimbulkan semangat belajar yang lebih tinggi karena siswa melakukan penyelidikan dengan susah payah.
4) Model ini memberikan kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri.
5) Model ini membantu memperkuat rasa percaya diri siswa karena mereka bisa berpendapat sesuai dengan penemuannya.
(19)
6) Model ini berpusat pada siswa atau Student centre 7) Membantu siswa menuju persaingan sehat
8) Model ini dapat menimbulkan motivasi pada siswa dalam proses pembelajaran tentang perubahan kenampakan bulan
b. Kekurangan
1) Model pembelajaran ini memerlukan pantauan dari guru
2) Model ini membutuhkan pengetahuan yang cukup luas sebagai antisipasi pertanyaan dari siswa
3) Model ini membutuhkan dana yang lumayan banyak yang digunakan untuk menyiapkan alat dan bahan materi yang akan disampaikan
Berdasarkan pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa kebaikan dan kekurangan pada model discovery adalah model discovery dapat memperjelas suatu materi pelajaran, akan tetapi bila sarana dan prasaran kurang mendukung, maka tidak menutup kemungkinan pemahaman siswa tidak akan meningkat secara signifikan.
Selanjutnya, Faiq (2008: 13) mengemukakan bahwa ada lima tahapan yang harus ditempuh dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model discovery yaitu:
a. Merumuskan masalah untuk dipecahkan siswa b. Penetapan jawaban sementara
c. Siswa mencari informasi dan data serta fakta yang berhubungan masalah tadi dan berkaitan dengan pengajuan hipotesis tadi
d. Menarik kesimpulan dan jawaban atau generalisasi e. Aplikasi kesimpulan dalam situasi baru
Sedangkan Gilstrap (Suryo, 2008:19) mengatakan bahwa dalam pelaksanaan model discovery langkah-langkah yang harus ditempuh adalah:
a. Menilai kebutuhan dan minat siswa.
b. Seleksi pendahuluan atas dasar minat dan kebutuhan siswa.
c. Mengatur susunan kelas. Dalam penelitian ini, peneliti membentuk beberapa kelompok
d. Menyiapkan masalah yang akan dipecahkan. Dalam penelitian ini yaitu masalah perubahan kenampakan bulan.
e. Mengecek pengetahuan siswa tentang perubahan kenampakkan bulan dengan melakukan tanya jawab.
f. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk rajin mengumpulkan data sehingga memberi pengalaman langsung. Dalam penelitian ini, siswa diajak melakukan penelitian membuktikan perubahan kenampakan bulan.
(20)
10
g. Memimpin analisisnya sendiri melalui percakapan dan diskusi kelompok.
h. Mengecek apakah siswa menggunakan apa yang telah ditemukannya, misalnya teori atau teknik dalam situasi berikutnya, yaitu situasi dimana siswa bebas menentukan pendekatannya
Untuk pelaksanaan proses pembelajarannya di kelas, penerapan model discovery ada beberapa tahapan-tahapan yang harus dilalui, yaitu:
a. Tahapan Persiapan
Pada tahapan ini guru mempersiapkan perencanaan pembelajaran, tempat yang digunakan sebagai tempat pembelajaran dan menyiapkan kebutuhan pembelajaran yang diperlukan. Kemudian guru mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran serta memberikan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Guru menjelaskan kepada siswa mengenai materi, tujuan, pokok-pokok kegiatan dan hasil yang ingin dicapai serta menjelaskan kepada siswa tentang konsep perubahan kenampakan bulan.
b. Tahapan Pelaksanaan
Pada tahap ini guru memberikan pengarahan kepada siswa mengenai langkah-langkah pembelajaran melalui model discovery. Tahapan-tahapan tersebut adalah :
1) Tahap penjelasan materi
Pada tahap ini siswa mendengarkan penjelasan masalah dari guru tentang perubahan kenampakan bulan. Selain itu, siswa mendengarkan penjelasan tentang prinsip generalisasi dan pengertian dalam hubungannya dengan materi.
2) Tahap persiapan pengumpulan data, pengolahan, serta penyimpulan sementara data.
Pada tahap ini guru mengatur posisi tempat duduk siswa untuk memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran siswa dalam belajar dengan penemuan. Menjelaskan peranan siswa, menjelaskan masalah yang harus dipecahkan, mempersiapkan alat peraga yang akan digunakan untuk kepentingan penemuan, memberi kebebasan kepada siswa untuk mengumpulkan dan mengatur data, serta melakukan
(21)
penyelidikan. 3) Tahap komunikasi
Pada tahap ini guru merangsang siswa untuk berkomunikasi dengan rekannya misalnya dalam menentukan strategi penemuan, menentukan hipotesis maupun mengolah data yang terkumpul, membantu jawaban siswa, ide siswa, pandangan, dan tafsirannya yang berbeda. guru bukan menilai secara kritis tetapi membantu siswa membuat kesimpulan yang benar.
4) Tahap kesimpulan atau generalisasi.
Pada tahap ini guru membantu siswa menulis atau merumuskan prinsip, aturan, ide, generalisasi, atau pengertian yang menjadi pusat dari masalah semula yang ditemukan melalui strategi penemuan. Guru mengecek apakah siswa menggunakan pengertian atau teori atau teknik dalam situasi berikutnya. Pada situasi itu siswa bebas menentukan pendekatannya.
c. Tahapan Evaluasi
Pada tahapan ini guru mengevaluasi dengan cara memberikan soal untuk mereka kerjakan.
d. Tahapan Upaya Peningkatan Kemampuan
Pada tahapan ini guru dapat melihat peningkatan kemampuan siswa melalui model dicovery yang dilakukan oleh siswa. Dari tahapan pertama sampai tahapan terakhir.
Karena model ini mengutamakan keaktifan siswa untuk menemukan pemecahan dari masalah secara pribadi dengan maka pengetahuan yang didapat akan sangat kukuh. Dalam materi perubahan kenampakan bulan siswa dapat menemukan pemecahan permasalahan yang diberikan oleh guru dengan langsung mengamatinya dari alat pembelajaran yang telah disediakan.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka diharapkan akan tercipta pembelajaran yang kondusif, efektif, serta menyenangkan bagi anak sehingga akan diperoleh hasil belajar yang memuaskan dengan kata lain 90% siswa akan tuntas atau melampaui KKM yang telah ditetapkan.
(22)
12
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui gambaran perencanaan pembelajaran model discovery untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang perubahan kenampakan bulan di kelas IV SDN 6 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon.
b. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pembelajaran model discovery untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang perubahan kenampakan bulan di kelas IV SDN 6 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon.
c. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan model discovery untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang perubahan kenampakan bulan di kelas IV SDN 6 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian tindakan kelas ini adalah:
a. Bagi Siswa
1) Dapat memotivasi dan membangkitkan siswa dalam pembelajaran IPA khususnya tentang perubahan kenampakan bulan.
2) Dapat meningkatkan tingkat keberhasilan dalam pembelajaran pendidikan IPA khususnya tentang perubahan kenampakan bulan. b. Bagi Guru
1) Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di SD.
2) Dapat memperbaiki proses pernbelajaran IPA bagi kemajuan hasil belajar siswa yaitu melalui model pembelajaran discovery.
3) Dapat mengembangkan profesionalisme guru dalam melaksanakan pernbelajaran IPA.
c. Bagi Sekolah
(23)
pembelajaran di sekolah.
2) Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA SDN 6 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon. 3) Dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran pada umumnya,
Khususnya tentang materi perubahan kenampakan bulan. d. Bagi Peneliti yang Lain
1) Dapat dijadikan sebagai bahan literatur dalam penulisan karya ilmiah dimasa yang akan datang
E.Batasan Istilah
Untuk memudahkan dan membatasi penelitian skripsi agar terarah pada pokok permasalahan yang dibahas maka penulis membatasi penelitian dalam bentuk penguraian maksud dari istilah yang digunakan dalam judul,yaitu: 1. Model discovery, adalah model pembelajaran dimana dalam proses belajar
mengajar guru memperkenalkan siswanya menemukan sendiri informasi khususnya tentang perubahan kenampakan bulan (Faiq, 2008: 12)
2. Hasil Belajar Perubahan kenampakan bulan adalah prestasi belajar
tentang perubahan bentuk bulan jika diamati dari bumi (Suhartini, 2010: 137)
(24)
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Subjek dan Waktu Penelitian 2. Lokasi Penelitian
Lokasi tempat penulis melaksanakan penelitian adalah SD Negeri 6 Arjawinangun yang beralamat di Desa Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon dengan nilai akreditasi B. SD Negeri 6 Arjawinangun merupakan salah satu sekolah Inpres yang didirikan pada tahun 1982 pada sebidang tanah dengan luas 1470 m2 yang sekarang dipimpin oleh seorang kepala sekolah yaitu Ibu Drapujawati, SPd dengan jumlah guru sebanyak 10 orang. Dilihat dari kualifikasi pendidikan,, guru-guru SD Negeri 6 Arjawinangun yang menamatkan sarjana sebanyak 7 orang, menamatkan D.3 sebanyak 1 orang, SPG sebanyak 2 orang, dan 1 orang penjaga sekolah dengan lulusan paket B. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1
Data Kepala Sekolah dan Guru SD Negeri 6 Arjawinangun
No Nama Guru Golongan Pendidikan Jabatan 1 Drapujawati, S.Pd IV.a S.1 Kepala Sekolah 2 Ely Rakhmawati, S.Pd SD IV.a S.1 Guru Kelas 3 Sunarti, S.Pd SD IV.a S.1 Guru Kelas 4 Siti Nurhayati, S.Pd I IV.a S.1 Guru Agama 5 Mustani, S.Pd IV.a S.1 Guru Kelas 6 Heni Yuliarti II.b SPG Guru Kelas 7 Rasima, S.Pd II.b S.1 Guru Olahraga 8 Ichmaruto II.b SPG Guru Kelas 9 Makhrus II.b Paket B Penjaga 10 Ika Kartika Suminar Honorer D.3 Guru Kelas 11 Iin Fadilah, S.Pd SD Honorer S.1 Guru Kelas
(25)
Selain itu pula, Sekolah Dasar Negeri 6 Arjawinangun merupakan salah satu sekolah ideal dengan jumlah murid sebanyak 204 siswa. Dengan rincian siswa kelas I sebanyak 28 siswa, kelas II sebanyak 35 siswa, kelas III sebanyak 37 siswa, kelas IV sebanyak 25 siswa, kelas V sebanyak 36 siswa, dan kelas VI sebanyak 39 siswa. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada tabel 3.2 di bawah ini.
Tabel 3.2
Jumlah Siswa Keseluruhan SDN 6 Arjawinangun
No Kelas Jmlh Jenis Kelamin Ket. L P
1 Kelas I 28 13 15 2 Kelas II 35 15 20 3 Kelas III 37 19 18 4 Kelas IV 25 17 8 5 Kelas V 36 25 11 6 Kelas VI 39 18 21 Jumlah 200 107 93
Alasan penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 6 Arjawinangun adalah:
a. Sekolah Dasar Negeri 6 Arjawinangun merupakan salah satu sekolah yang harus ditingkatkan kualitas pendidikannya, khususnya dalam pencapaian hasil belajar pelajaran IPA.
b. Dalam melakukan penelitian ini, yang bertindak sebagai peneliti adalah wali kelas tersebut yaitu wali kelas IV Sekolah Dasar Negeri 6 Arjawinangun sehingga memudahkan dalam proses mengidentifikasi peserta didiknya dan juga mempermudah dalam proses pemantauan serta mencari data yang diperlukan.
c. Hasil belajar siswa kelas IV tentang perubahan kenampakan bulan sebagain besar masih dibawah KKM
d. Di kelas IV terdapat pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang perubahan kenampakan bulan yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
(26)
30
Sekolah ini memiliki beberapa sarana belajar yang cukup memadai dan bersifat permanen. Diantaranya adalah 6 ruangan tempat belajar mengajar, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang UKS, 1 tempat garasi, 1 ruang musholah, 1 ruang perpustakaan dan 1 lokal wc siswa. Untuk lebih jelas posisi ruangan tersebut di atas, dapat dilihat pada gambar 3.1 tentang denah sekolah di bawah ini.
U
Keterangan:
1. Ruang kelas I 2. Ruang kelas II 3. Ruang kelas III 4. Ruang kelas IV 5. Ruang kelas V 6. Ruang kelas VI
7. Ruang kantor kepala sekolah 8. WC siswa
9. Garasi motor 10.Perpustakaan 11.Ruang guru 12.UKS 13.Musholah
Gambar 3.1. Denah Lokasi Sekolah
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 6 Arjawinangun, yang terdiri dari 17 orang siswa laki-laki, 8 orang siswa perempuan dan seluruhnya berjumlah 25 orang. Hal ini dapat terlihat pada tabel di bawah ini.
3 2
1
7 8 9 10
6
5
4
11
12
13 11
(27)
Tabel 3.3 Subjek Penelitian
No Nama Siswa Jenis Kelamin L P
1 Bidin √
2 Salman √
3 Faujiah √
4 Mukhamad Fauzi √ 5 Aliyudin Karim √ 6 Iman Nuryana √ 7 Irfan Maulana √
8 Khotiah Azzahro √
9 Magfuroh √
10 Nina Agustina √ 11 Nuryi Sari √ 12 Jamaludin √
13 Pendi √
14 Syifaur Rohman √ 15 Abdul Kodir Zaelani √ 16 Abdul Hakim √ 17 Angga Prayoga √ 18 Ahmad Maulana √ 19 Abdul Rohim √ 20 Bagas Saputra √
21 Hazimah Shofiyah √ 22 Hamdan Mulia √
23 Iko Afiko √
24 Imron Rosadi √
25 Likha Marhati √ Jumlah 17 8
4. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 16 Juli 2013 sampai dengan tanggal 30 Nopember 2013 tepatnya dalam kurun waktu 5 bulan
(28)
32
B. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas yang difokuskan pada situasi kelas atau kita kenal dengan Classroom Action Research dengan menggunakan model Spiral dari Kemmis dan Mc. Taggart.
Penelitian tindakan kelas menurut Suyanto (1997: 8) adalah; "suatu bentuk penelitian yang bersifat refleksif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki atau meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih professional”. Selanjutnya menurut Suyanto (1997: 7), tujuan utama penelitian tindakan kelas yaitu memperbaiki praktik pernbelajaran yang seharusnya dilakukan oleh guru.
Secara prosedur penelitian tindakan kelas ditentukan oleh suatu kajian reflektif diri secara, inovatif, partisipasi diri, kolaboratif terhadap latar alamiah dan implikasi dari suatu tindakan. Menurut Hardjodipuro (1997: 6), "Dasar sosial Classroom Action Research adalah keterlibatan; dasar pendidikannya adalah perbaikan atau peningkatan mutu baik segi personal maupun keseluruhan sistem yang terlibat dalarn penelitian Action Research". Dengan demikian Classroom Action Research adalah suatu upaya pendekatan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang dihadapi guru serta dapat dipecahkan secara kolaboratif dengan teman sejawat untuk mencapai peningkatan kualitas pendidikan dan pembelajaran yang dihadapinya.
Dilihat dari masalah yang harus dipecahkan, penelitian tindakan kelas selalu berangkat dari persoalan praktik pembelajaran yang dihadapi oleh guru dan ditandai dengan adanya upaya tertentu untuk dicobakan oleh guru, guna memperbaiki pembelajaran di kelas. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ebbut dan Rapport (Kanda, 2001: 46-47) yang mengatakan bahwa;
Penelitian tindakan bertujuan untuk memberian kontribusi praktis kepada mereka yang memberikan persoalan yang membutuhkan penyelesaian segera, dan sama di dalam kerangka etis yang bisa diterima.
Penelitian tindakan adalah suatu studi sistematik dari upaya perbaikan praktik/pelaksanaan pendidikan oleh sekelompok partisipan dengan memakai cara tindakan-tindakan mereka yang praktis yang disertai dengan refleksi tentang dampak tindakan mereka. .
(29)
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : (1) bertujuan untuk perbaikan layanan profesional guru, (2) bersifat reflektif inkuiri, dan (3) dilakukan secara kolaboratif
Metode pemaparan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah diskriptif, karena penelitian ini berusaha untuk mendiskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Adapun karakteristik dasar dari metode diskriptif ini yang digunakan oleh penulis adalah (1) masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan, (2) lebih berfungsi sebagai pemecaah masalah praktis pendidikan sedikit sekali untuk pengembangan ilmu, (3) pemanfaatan temuan penelitian berlaku pada saat itu pula yang belum tentu relevan bila digunakan untuk waktu yang akan datang, (4) hasil penelitian disusun dan disimpulkannya dipaparkan, dideskripsikan sebagaimana mestinya.
2. Desain Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Digambarkan peranan dan intensitas kegiatan, sehingga tampak jelas tingkat dan kualitas kolaborasi dalam penelitian tersebut untuk dapat membantu menyusun rencana tindakan ini. Dalam penelitian ini, peneliti meggunakan model Spiral Kemmis dan Mc Taggart (Kasbolah, 1999:70) yaitu model siklus yang dilakukan secara berulang dan berkelanjutan, semakin lama diharapkan akan semakin meningkat perubahan dalam pencapaian hasil. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar desain di bawah ini.
(30)
34
Gambar 3.2 Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Kasbolah, (1999: 70)
C. Prosedur Penelitian 1. Tahap Perencanaan
Berasumsi pada rancangan dasar penelitian tindakan kelas yang peneliti gunakan yaitu Model Spiral Kemmis dan Mc. Taggart, bagian awal dari rencana penelitian tindakan yang akan dilakukan untuk adalah dengan membuat perencanaan tindakan. Kasbolah (1999: 81) menerangkan bahwa ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam merancang tindakan, diantaranya adalah;
a. Penentuan bukti yang akan dijadikan indikator untuk mengukur pencapaian pemecahan masalah sebagai akibat dilakukan tindakan. b. Penetapan tindakan-tindakan yang diharapkan akan menghasilkan dampak ke arah perbaikan program.
c. Pemilihan metode dan alat yang akan digunakan untuk mengamati dan merekam atau mendokumentasikan semua informasi tentang pelaksanaan tindakan.
d. Perencanaan metode dan teknik pengolahan data sesuai dengan sifat data dan tujuan penelitian.
Rencana Refleksi
Observasi
Action
Rencana Refleksi
Observasi
(31)
Berdasarkan pemaparan di atas, maka pelaksanaan langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
a. Permintaan izin pada kepala sekolah untuk melakukan penelitian.
b. Membuat dokumentasi dan wawancara, kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal dan gambaran pelaksanaan proses belajar-mengajar.
c. Identifikasi masalah, dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran terhadap mata pelajaran IPA kelas IV dengan Kurikulkum Tingkat Satuan Pendidikan. Langkah ini didahului oleh telaah buku sumber terhadap, tujuan pembelajaran, buku sumber yang digunakan serta, metode discovery yang dipakai, dapat ditentukan strategi pembelajaran yang dapat mengoptimalkan prestasi belajar siswa.
d. Menyusun rencana tindakan berupa, siklus tindakan kelas.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap, ini, peneliti melakukan tindakan-tindakan yang sudah dirancang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran berupa intervensi pada pelaksanaan kegiatan atau program pembelajaran yang menjadi tugas sehari-hari yang selanjutnya merupakan bagian dari pelaksanaan siklus dalam penelitian. Konteks penelitian ini aktivitas dirancang untuk menghasilkan adanya peningkatan atau perbaikan dalam proses pembelajaran dan hasil yang akan dicapai khususnya tentang perubahan kenampakan bulan.
Bersamaan dengan dilakukannya tindakan, peneliti melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dan hasil dari proses pembelajaran.
3. Tahap Observasi
Observasi tidak lain merupakan upaya untuk mengamati pelaksanaan tindakan. Secara operasional dapat dinyatakan bahwa observasi adalah semua kegiatan yang ditujukan untuk mengenali, merekam, dan mendokumentasikan setiap indikator dari proses dan hasil yang dicapai baik yang timbul oleh
(32)
36
tindakan rencana maupun akibat pembelajaran. Kasbolah (1999: 91-92) mengemukakan bahwa fungsi observasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu;
a. Untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya. Untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dapat diharapkan akan menghasilkan perubahan yang diinginkan,
b. Fungsi kedua dari pelaksanaan observasi mempunyai arti yang lebih penting dibandingkan dari fungsi yang pertama. Karena dengan adanya observasi diharapkan dapat dikenali apakah tindakan yang dilakukan mengarah kepada terjadinya perubahan positif dalam proses pembelajaran sesuai dengan yang harapkan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Kasbolah (1999: 92) bahwa “Dapat saja terjadi pelaksanaan tindakan tidak menghasilkan perubahan apapun; atau perubahan yang terjadi justru bersifat negatif seperti menurunnya kualitas
proses pembelajaran”.
Berdasarkan uraian di atas, tahap observasi dalam pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran discovery untuk meningkatkan kemampuan siswa tentang perubahan kenampakan bulan, ada beberapa langkah yang dilakukan peneliti diantaranya, yaitu:
a. Mempersiapkan lembar observasi yang menjadi tolok ukur keberhasilan pembelajaran.
b. Melakukan pengamatan terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa. c. Merekam hasil atau kejadian yang terjadi dalam proses pembelajaran
baik kejadian dari kinerja guru maupun dari aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran discovery untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang perubahan kenampakan bulan.
4. Tahap Analisis dan Refleksi
Tahap ini merupakan kegiatan untuk menganalisis menginterpretasi dan eksplorasi terhadap semua informasi yang diperoleh dari hasil observasi terhadap perecanaan dan pelaksanaan siklus yang telah dilakukan sebagai acuan untuk perencanaan dan pelaksanaan tindakan siklus. Selain itu pula,
(33)
pada tahap ini dilakukan diskusi balikan terhadap data apa yang telah diperoleh atau terekam pada siklus yang telah berlangsung dan ditentukannya apakah diperlukan pelaksanaan siklus selanjutnya atau tidak.
D. Instrumen Penelitian
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh berbagai informasi yang saling menunjang dan melengkapi satu sama lainnya, dan dikumpulkan dari subyek penelitian dengan berdasar pada instrumen penelitian yang digunakan. Instrumen ini berupa lembar observasi, pedoman wawancara, lembar catatan lapangan, dan lembar tes.
1. Lembar Observasi
Lembar observasi adalah suatu panduan yang digunakan sebagai alat dalam proses merekam data di lapangan. Observasi atau pengamatan sendiri menurut Arikunto (2006: 156) adalah kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan alat-alat indra. Dalam melakukan observasi ini, data diambil dari kelas IV SDN 6 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon dengan jumlah siswa sebanyak 25 siswa yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. SDN 6 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon merupakan salah satu sekolah negeri atas dasar instruksi presiden (SD Inpres) yang berdiri pada tahun 1982 dengan N.S.S 101021720018 yang berlokasi di desa Arjawinangun dengan alamat Jl. Ki Manten Kec. Arjawinangun Kab. Cirebon. Observasinya ini dilakukan secara bersama-sama ketika proses pembelajaran sedang berlangsung.
2. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara adalah sebuah alat acuan dalam pengumpulan data melalui proses wawancara secara tertutup. Wawancara merupakan salah satu teknik untuk mengumpulkan data atau informasi melalui komunikasi yang bersifat langsung dari narasumber atau responden (orang yang dimintai keterangan), dalam hal ini yang menjadi narasumber adalah guru dan siswa. Dari pihak guru yang diwawancara adalah Bapak Rasima, S.Pd
(34)
38
dan dari pihak siswa adalah Bidin. Dalam melakukan wawancara ada beberapa tujuan yang akan diketahui diantaranya yaitu memperoleh informasi yang dibutuhkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006: 155) yang mengatakan bahwa wawancara/interview adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari pihak yang diwawancara.
3. Lembar Catatan Lapangan
Kemmis (Wiriaatmaja, 2006: 123) mengatakan bahwa catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang pengamatan, perasaan, tanggapan, penafsiran, refleksi, firasat, hipotesis, dan penjelasan tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data. Lembar catatan lapangan ini merupakan alat yang sangat penting dalam melakukan penelitian kualitatif. Catatan lapangan ini berisi dua bagian, yaitu (1) deskriptif, reflektif yang berisi pendapat peneliti, gagasan dan kepedulian. Kedua isi yang diperoleh dari dari lapangan inilah yang akan digunakan sebagai bahan dalam memperoleh informasi mengenai pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh pengawas terhadap guru. Dalam proses penulisan catatan lapangan ini, peneliti langsung mencatat berbagai hal yang ditemui di lapangan saat itu.
Supaya tidak terjadi distorsi dari luar, maka penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pencatatan awal dilakukan sewaktu berada dilatar penelitian dengan jalan menuliskan hanya kata-kata kunci pada buku catatan
b. Pembuatan catatan lapangan lengkap setelah kembali ke tempat tinggal dilakukan dalam suasan yang tenang, tidak ada gangguan. Hasilnya sudah berupa catatan lengkap
c. Memasukan berbagai hal yang terlewat yang belum dicatat dan dimasukan dalam catatan lapangan.
4. Tes
Tes menurut Linn dan Gronlund (1999:66) adalah sebuah alat atau prosedur sistematik bagi pengukuran sebuah sampel pribadi. Pemberian
(35)
tes dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat penguasaan dan pemahaman siswa dalam pembelajaran yang telah dilaksanakan khususnya mengenai materi perubahan kenampakan bulan. Proses penjaringan data dengan menggunakan tes dilakukan dengan aturan-aturan tertentu yang telah ditetapkan guna mengukur bagaimana hasil pembelajaran tentang materi pembelajaran.
Dalam penelitian ini tes yang digunakan adalah tes tulis yang berbentuk essay. Tes ini terdiri dari 5 soal yang mana skor dari setiap soal itu berbeda.
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Teknik pengolahan dan analisa data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan melalui tahap pengumpulan, kodifikasi data, dan kategori data. Pada tahap ini akan dikumpulkan data yang diperoleh dari berbagai instrumen penelitian, kemudian diberikan kode-kode tertentu sesuai dengan jenis dan sumbernya. Untuk memudahkan penyusunan kategori data dan perumusan sejumlah hipotesa mengenai rencana tindakan selanjutnya, peneliti akan melakukan interpretasi terhadap keseluruhan data penelitian. Pada data hasil belajar diola dan dianalisis menggunakan persentase dengan rumus
Keterangan:
∑ x = jumlah dari keseluruhan data x = frekuensi banyaknya data 100 = tetapan persentase.
1. Pengolahan Data Proses
a. Pengolahan Data Hasil Observasi 1) Kinerja Guru
Dalam proses observasi, yang dijadikan objek observasi dalam penelitian ini salah satunya adalah guru baik dari mulai perencanaan
(36)
40
sampai pada tahap pelaksanaan. Untuk melihat dan mengukur aktivitas guru, alat yang digunakan adalah lembar observasi perencanaan pembelajaran dan proses pelaksanaan pembelajaran aktivitas guru. Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, langkah selanjutnya adalah proses pengolahan data. Proses pengolahan data ini dimulai dari bagian perencanaan guru dengan menghitung hasil penaksiran atau penyekoran yang tertulis dalam lembar alat penilaian perencanaan kinerja guru. Setelah diperoleh skor dari komponen penilaian langkah selanjutnya adalah menghitung persentase dari komponen tersebut kemudian menyimpulkan dari hasil keseluruhan yang diperoleh dari alat penilaian perencanaan pembelajaran dengan menggunakan acuan penaksiran.
Untuk mengolah data pelaksanaan proses pembelajaran, tidak berbeda jauh dari proses pengolahan dari perencanaan pelaksanaan pembelajaran. Yang berbeda di sini hanyalah standar penaksiran atau deskriptor dari penaksiran tersebut.
2) Aktivitas Siswa
Untuk mengolah skor data yang sudah terkumpul dari proses aktivitas siswa, digunakan acuan penaksiran skor yang digunakan. Penaksiran skor tersebut dibagi kedalam 3 kategori yaitu kategori baik, cukup, dan kurang. Skor tersebut sebelum ditaksirkan, dirubah terlebih dahulu kedalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus persentase. Setelah dirubah dalam bentuk persentase, barulah ditaksir seberapa besar keberhasilan yang telah dicapai dari komponen aktivitas siswa.
b. Hasil Wawancara
Data hasil wawancara diperoleh, maka data tersebut diolah dengan mencocokkan jawaban responden dengan jawaban yang diharapkan. Tujuan dari pengolahan data hasil wawancara ini adalah untuk
(37)
mengetahui keberhsilan pelaksanaan penelitian dengan menggunakan model discovery dalam bentuk audio.
Ketika jawaban dari responden sesuai dengan jawaban yang diinginkan maka pertanyaan tersebut diberi skor 1, tetapi ketika tidak sesuai, maka dengan skor 0. Setelah diperoleh akumulasi skor dari tiap soal dan jawaban, maka langkah selanjutnya adalah menghitung persentase dari jawaban yang sesuai dan jawaban yang tidak sesuai.
c. Hasil Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan rekaman dari kejadian-kejadian yang telah terjadi selama pelaksanaan proses pembelajaran dalam penelitian. Hasil catatan lapangan ini dijadikan penyesuaian antara hasil yang sudah tertulis dalam alat penilaian kinerja guru dan aktivitas siswa.
Dalam pengolahannya, hasil catatan lapangan ini dikelompokkan ke dalam beberapa kategori yang saling berhubungan yaitu kategori aktivitas siswa dan kategori kinerja guru. Setelah dikelompokkan kedalam beberapa kategori, data hasil dari pengelompokkan tersebut disesuaikan dengan data yang sudah terkumpul dari instrumen-instrumen penilaian yang digunakan.
2. Pengolahan Data Hasil
Evaluasi merupakan tahapan yang ketiga dalam pelaksanaan proses penelitian tindakan kelas. Hasil evaluasi ini diperoleh dari jumlah jawaban yang benar dalam tes evaluasi yang masih dalam bentuk skor. Setelah jumlah skor dari jawaban yang benar diperoleh, kemudian dikonversi kedalam bentuk nilai dengan menggunakan standar skor ideal. Cara yang digunakan adalah skor yang diperoleh dibagi dengan skor ideal kemudian dikali dengan 100 persen. Setelah diperoleh nilai akhir, maka dilakukan seleksi berdasarkan KKM yang telah ditentukan, apakah nilai tersebut dinyatakan tuntas atau belum tuntas.
(38)
42
F. Validasi Data
Validasi data dalam penelitian ini merujuk pendapat Hopkins (Wiriaatmadja, 2005: 168-171) antara lain:
1. Member Check, yakni meninjau kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara, dengan cara membicarakan kembali dengan guru maupun siswa melalui kegiatan reflektif-kolaboratif pada setiap akhir kegiatan pembelajaran.
Pada kesempatan ini peneliti mengemukakan hasil temuan sementara untuk memperoleh tanggapan, sanggahan atau informasi tambahan baik dari guru maupun siswa, sehingga terjaring data yang benar dan memiliki derajat validasi yang tinggi.
2. Triangulasi, yakni memeriksa kebenaran data yang diperoleh peneliti, dengan membandingkan terhadap hasil yang diperoleh sumber lain yakni guru dan siswa. Tujuannya untuk memperoleh derajat kepercayaan data yang maksimal. Selain itu juga dilakukan kegiatan wawancara dengan siswa, dengan tujuan untuk mendapat gambaran tentang persepsi siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran. Hasil triangulasi ini kemudian dijabarkan dalam bentuk catatan lapangan.
3. Audit Trail, yakni mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpulan data dengan cara mendiskusikannya dengan guru, pembimbing, peneliti senior, dan teman-teman peneliti. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh data dengan validasi yang tinggi.
4. Expert Opinion, dilakukan dengan cara mengkonsultasikan hasil temuan peneliti kepada para ahli. Dalam kegiatan ini, peneliti mengkonsultasikan hasil temuan peneliti kepada pembimbing untuk memperoleh arahan dan masukan sehingga temuan penelitian dapat dipertanggungjawabkan.
Berangkat dari uraian di atas tentang pengolahan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka tahapan-tahapan pengolahan data tersebut peneliti gunakan sebagai prosedur pengolahan data pokok yang diperlukan. Langkah-langkah yang dilakukan meliputi Member Chek, Triangulasi, Audit Trail, dan Expert Opinion.
(39)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penelititan melalui pengolahan data, analisis data, dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai penerapan model discovery untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang perubahan kenampakan bulan siswa kelas IV SDN 6 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Perencanaan penerapan pembelajaran dengan menerapkan model discovery meliputi permintaan ijin, pemilihan metode pembelajaran, serta penentuan bentuk, cara, serta alat evaluasi yang akan dilaksanakan. Hasil dari perencanaan pembelajaran dengan menerapkan model discovery dari setiap siklusnya mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil data yang diperoleh dari hasil observasi perencanaan guru dalam mendesain pembelajaran dengan menerapkan model discovery. Dari hasil kinerja guru pada siklus I memperoleh 69%, kemudian menjadi 72% pada siklus II dan menjadi 92,4% pada siklus III.
2. Pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan model discovery dilakukan di dalam kelas. Dalam pembelajarannya dilakukan secara individu dan kelompok. Hasil dari pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model discovery dari setiap siklusnya mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil data yang diperoleh dari hasil observasi kinerja guru dan aktivitas siswa. Dari hasil kinerja guru pada siklus I memperoleh 58% kemudian menjadi 77% pada siklus II dan menjadi 96% pada siklus III. Sedangkan untuk aktivitas siswa pada siklus I memperoleh 65%, kemudian menjadi 87% pada siklus II dan menjadi 92% pada siklus III.
(40)
98
3. Hasil belajar siswa dengan menggunakan model discovery yang berpedoman pada kriteria ketuntasan minimal sebesar 70. Pada hasil pre test jumlah siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 7 siswa atau 10%, kemudian pada siklus I menjadi 10 siswa atau 40%. Kemudian pada siklus II menjadi 18 siswa atau 72%. Kemudian pada siklus III semua siswa dinyatakan tuntas berdasarkan KKM atau dengan kata lain terjadi peningkatan dari setiap siklusnya sampai mencapai ketuntasan 100%.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan pula bahwa hipotesis yang diajukan oleh peneliti diterima, yaitu penerapan model discovery dalam proses pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 6 Arjawinangun tentang perubahan kenampakan bulan.
B. Saran/ Rekomendasi
Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh dalam penelitian ini, penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Guru
a. Guru harus memiliki kemampuan dan mampu mengelola kelas serta dapat menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan dalam setiap pembelajaran khususnya dengan menggunakan model discovery.
b. Hal yang perlu diperhatikan guru sebelum menggunakan model discovery yaitu melihat keadaan lingkungan sekitar, menyiapkan berbagai solusi ketika muncul masalah, serta memperhatikan kesiapan siswa dalam proses pembelajarannya.
c. Guru hendaknya harus selalu termotivasi untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalismenya, dalam upaya membantu siswa mempermudah dan menguasai materi yang diajarkan.
d. Guru hendaknya bersifat selektif dalam memilih model pembelajaran yang tepat dalam setiap pembelajaran sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
(41)
2. Bagi Siswa
a. Jangan mudah merasa puas dalam memahami konsep pelajaran IPA khususnya materi perubahan kenampakan bulan.
b. Selalu memperhatikan penjelasan guru ketika sedang menjelaskan suatu konsep pelajaran IPA khususnya tentang materi perubahan kenampakan bulan.
c. Bertindak kerjasama dalam tim dan bersikap sportif selama melakukan pembuktian materi.
3. Bagi Sekolah
a. Hendaknya selalu memberikan dukungan bagi guru yang selalu ingin mengembangkan dan memajukan dunia pendidikan, salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran yang bersifat inofativ, kreatif, efektif, dan menyenangkan khususnya dalam proses belajar mengajar pembelajaran IPA.
b. Sebagai acuan pengambilan kebijakan dalam dunia pendidikan.
c. Memberikan pengahargaan sebagai pemacu motivasi bagi guru yang mau berkreasi mendesain proses pembelajaran yang menarik bagi siswa khususnya dalam proses pembelajaran IPA.
(42)
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad. 2005. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Tiga Serangkai Asri. 2011. IPA untuk Kelas IV. Jakarta: Erlangga
Bundu, Patta. 2006. Penelitian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan
Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Daryanto. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Lengkap. Jakarta: Depdikbud Faiq (2008) Karakteristik Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran. [online].
Tersedia:http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/karakteristik -peserta-didik-dalam.html [Rabu 08 Februari 2013]
Hanuri. 2011. Metode Pembelajaran Discovery. http://www.psb-psma.org/content/blog/3474-metode-pembelajaran-discovery. (download 2011-05-18)
Hardjodipuro. 1997. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: IKIP Jakarta Joyce, B dan Weil M. 2000. Models of Teaching. Boston Ally and Bascon
Kanda. 2001. Pendekatan Kualitas Pembelajaran IPS di SD (Tesis) UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan
Kasbolah. 1999.Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti Proyek PGSD
Komaruddin. 2000. Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara Nasution. 1988. Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito Sagala. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Samatowa. 2006. Bagaimana Membelajarakan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan
Sarkim. 1998. Humaniora dalam Pendidikan Sains. Pendidikan Sains yang Humanistis. Yogyakarta: Kanisius
(43)
Aksara Cetakan keempat
Suryosubroto. 2002. Macam-macam Metode Pembelajaran.
http://martiningsih.blogspot.com/2007/12/macam-macam-metode-pembelajaran.html. (download 2011-05-18)
Suyanto. 1997. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Dirjen Dikdasmen Wiriaatmaja.2005.Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosda
(1)
F. Validasi Data
Validasi data dalam penelitian ini merujuk pendapat Hopkins (Wiriaatmadja, 2005: 168-171) antara lain:
1. Member Check, yakni meninjau kembali keterangan-keterangan atau
informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara, dengan cara membicarakan kembali dengan guru maupun siswa melalui kegiatan reflektif-kolaboratif pada setiap akhir kegiatan pembelajaran.
Pada kesempatan ini peneliti mengemukakan hasil temuan sementara untuk memperoleh tanggapan, sanggahan atau informasi tambahan baik dari guru maupun siswa, sehingga terjaring data yang benar dan memiliki derajat validasi yang tinggi.
2. Triangulasi, yakni memeriksa kebenaran data yang diperoleh peneliti,
dengan membandingkan terhadap hasil yang diperoleh sumber lain yakni guru dan siswa. Tujuannya untuk memperoleh derajat kepercayaan data yang maksimal. Selain itu juga dilakukan kegiatan wawancara dengan siswa, dengan tujuan untuk mendapat gambaran tentang persepsi siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran. Hasil triangulasi ini kemudian dijabarkan dalam bentuk catatan lapangan.
3. Audit Trail, yakni mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpulan
data dengan cara mendiskusikannya dengan guru, pembimbing, peneliti senior, dan teman-teman peneliti. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh data dengan validasi yang tinggi.
4. Expert Opinion, dilakukan dengan cara mengkonsultasikan hasil temuan
peneliti kepada para ahli. Dalam kegiatan ini, peneliti mengkonsultasikan hasil temuan peneliti kepada pembimbing untuk memperoleh arahan dan masukan sehingga temuan penelitian dapat dipertanggungjawabkan.
Berangkat dari uraian di atas tentang pengolahan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka tahapan-tahapan pengolahan data tersebut peneliti gunakan sebagai prosedur pengolahan data pokok yang diperlukan. Langkah-langkah yang dilakukan meliputi Member Chek, Triangulasi, Audit Trail, dan Expert Opinion.
(2)
97
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penelititan melalui pengolahan data, analisis data, dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai penerapan model discovery untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang perubahan kenampakan bulan siswa kelas IV SDN 6 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Perencanaan penerapan pembelajaran dengan menerapkan model discovery meliputi permintaan ijin, pemilihan metode pembelajaran, serta penentuan bentuk, cara, serta alat evaluasi yang akan dilaksanakan. Hasil dari perencanaan pembelajaran dengan menerapkan model discovery dari setiap siklusnya mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil data yang diperoleh dari hasil observasi perencanaan guru dalam mendesain pembelajaran dengan menerapkan model discovery. Dari hasil kinerja guru pada siklus I memperoleh 69%, kemudian menjadi 72% pada siklus II dan menjadi 92,4% pada siklus III.
2. Pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan model discovery dilakukan di dalam kelas. Dalam pembelajarannya dilakukan secara individu dan kelompok. Hasil dari pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model discovery dari setiap siklusnya mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil data yang diperoleh dari hasil observasi kinerja guru dan aktivitas siswa. Dari hasil kinerja guru pada siklus I memperoleh 58% kemudian menjadi 77% pada siklus II dan menjadi 96% pada siklus III. Sedangkan untuk aktivitas siswa pada siklus I memperoleh 65%, kemudian menjadi 87% pada siklus II dan menjadi 92% pada siklus III.
(3)
3. Hasil belajar siswa dengan menggunakan model discovery yang berpedoman pada kriteria ketuntasan minimal sebesar 70. Pada hasil pre test jumlah siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 7 siswa atau 10%, kemudian pada siklus I menjadi 10 siswa atau 40%. Kemudian pada siklus II menjadi 18 siswa atau 72%. Kemudian pada siklus III semua siswa dinyatakan tuntas berdasarkan KKM atau dengan kata lain terjadi peningkatan dari setiap siklusnya sampai mencapai ketuntasan 100%.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan pula bahwa hipotesis yang diajukan oleh peneliti diterima, yaitu penerapan model discovery dalam proses pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 6 Arjawinangun tentang perubahan kenampakan bulan.
B. Saran/ Rekomendasi
Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh dalam penelitian ini, penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Guru
a. Guru harus memiliki kemampuan dan mampu mengelola kelas serta dapat menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan dalam setiap pembelajaran khususnya dengan menggunakan model discovery.
b. Hal yang perlu diperhatikan guru sebelum menggunakan model discovery yaitu melihat keadaan lingkungan sekitar, menyiapkan berbagai solusi ketika muncul masalah, serta memperhatikan kesiapan siswa dalam proses pembelajarannya.
c. Guru hendaknya harus selalu termotivasi untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalismenya, dalam upaya membantu siswa mempermudah dan menguasai materi yang diajarkan.
d. Guru hendaknya bersifat selektif dalam memilih model pembelajaran yang tepat dalam setiap pembelajaran sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
(4)
99
2. Bagi Siswa
a. Jangan mudah merasa puas dalam memahami konsep pelajaran IPA khususnya materi perubahan kenampakan bulan.
b. Selalu memperhatikan penjelasan guru ketika sedang menjelaskan suatu konsep pelajaran IPA khususnya tentang materi perubahan kenampakan bulan.
c. Bertindak kerjasama dalam tim dan bersikap sportif selama melakukan pembuktian materi.
3. Bagi Sekolah
a. Hendaknya selalu memberikan dukungan bagi guru yang selalu ingin mengembangkan dan memajukan dunia pendidikan, salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran yang bersifat inofativ, kreatif, efektif, dan menyenangkan khususnya dalam proses belajar mengajar pembelajaran IPA.
b. Sebagai acuan pengambilan kebijakan dalam dunia pendidikan.
c. Memberikan pengahargaan sebagai pemacu motivasi bagi guru yang mau berkreasi mendesain proses pembelajaran yang menarik bagi siswa khususnya dalam proses pembelajaran IPA.
(5)
Ahmad. 2005. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Tiga Serangkai Asri. 2011. IPA untuk Kelas IV. Jakarta: Erlangga
Bundu, Patta. 2006. Penelitian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan
Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Daryanto. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Lengkap. Jakarta: Depdikbud Faiq (2008) Karakteristik Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran. [online].
Tersedia:http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/karakteristik -peserta-didik-dalam.html [Rabu 08 Februari 2013]
Hanuri. 2011. Metode Pembelajaran Discovery. http://www.psb-psma.org/content/blog/3474-metode-pembelajaran-discovery. (download 2011-05-18)
Hardjodipuro. 1997. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: IKIP Jakarta Joyce, B dan Weil M. 2000. Models of Teaching. Boston Ally and Bascon
Kanda. 2001. Pendekatan Kualitas Pembelajaran IPS di SD (Tesis) UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan
Kasbolah. 1999.Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti Proyek PGSD
Komaruddin. 2000. Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara Nasution. 1988. Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito Sagala. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Samatowa. 2006. Bagaimana Membelajarakan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan
Sarkim. 1998. Humaniora dalam Pendidikan Sains. Pendidikan Sains yang Humanistis. Yogyakarta: Kanisius
(6)
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bumi Aksara Cetakan keempat
Suryosubroto. 2002. Macam-macam Metode Pembelajaran.
http://martiningsih.blogspot.com/2007/12/macam-macam-metode-pembelajaran.html. (download 2011-05-18)
Suyanto. 1997. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Dirjen Dikdasmen Wiriaatmaja.2005.Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosda